Catatan Idul Adha

Catatan Idul Adha

oleh Isa Alamsyah

Menyambut hari raya Idul Adha, kami ucapkan selamat hari raya bagi yang merayakan, dan selamat berkurban bagi yang mampu menyisakan sebagian rizkinya untuk kurban.

Hari raya Idul Kurban kali ini memang tidak bisa dinikmati seluruh saudara kita.

Banyak saudara kita yang masih hidup di pengungsian akibat bencana yang menimpa di sekitar Merapi, Wasior, dan Mentawai.

Semoga saja Allah memberi kesabaran dan ketabahan bagi para korban dan membuka hati kita semua untuk selalu menolong saudara yang kesusahan dan semoga Allah membuka hati para pemimpin agar lebih memberi perhatian bagi para korban bencana.

Buat para peternak korban di Merapi mungkin Idul Adha ini terasa lebih emosional. Bayangkan saja hari Idul Adha yang sedianya adalah masa panen bagi mereka justru kini mereka kehilangan ternak-ternak mereka. Detikcom memberitakan setidaknya 1.961 ekor sapi (sapi perah dan sapi potong) akibat meletusnya gunung merapi. Jauh lebih banyak dari jumlah kambing atau domba yang mati yaitu sekitar 180 ekor.

Republika mencatat ada sejumlah 61.884 ternak yang rawan karena berada di radius 20 kilometer. Dari total ternak rawan 61.884 ekor, jumlah ternak yang berhasil dievakuasi baru 8364 ekor, sedangkan sisanya 53520 ekor belum dievakuasi. Semoga saja bencana ini tidak meluas dan masalah ini bisa segera teratasi.

Tentu saja bukan hanya peternak yang rugi tapi semua korban merasakan kerugian akibat bencana ini.

Alhamdulillah, sebagian rakyat Indonesia punya kesadaran untuk membantu saudaranya yang menderita.

Banyak kurban yang sengaja dipotong di daerah bencana dalam rangka membantu saudara kita.

Selain itu ada juga kisah kepahlawanan yang bisa membanggakan kita.

Hanya saja sayang, justru berita baik seperti ini jarang diliput media. Karena itu kami berkepentingan menyampaikan berota kepahlawanan mereka sebagai sumber inspirasi.

Kepahlawanan yang menunjukkan bahwa semangat berkurban bukan hanya bagi yang punya uang, bukan bagi yang bisa beli kambing dan bukan hanya ketika idul kurban.

Semangat berkorban adalah semangat buat siapa sayja yang punya kepedulian, karena kita bisa berkorban dengan apa saja.

Simak kisah kepahlawanan ini yang semoga memberi inspirasi buat Anda.

(Data ini didapat dari grup pohon inspirasi facebook yang mendapat data dari lapangan).

Seorang pedagang kecil ambil tabungan haji, sediakan kebutuhan pengungsi.

Sebuah rumah sederhana berkamar tiga tampung 100 pengungsi Merapi.

Sebuah rencana walimah, anggaran dan berasnya dialihkan ke barak pengungsi Merapi.

Seorang penjual gudheg, sedekahkan dagangan sepekan untuk Merapi.

Juru masak hotel berbintang ambil cuti tiga pekan, layani dapur umum Merapi.

Tukang pijat dan tukang cukur hibahkan keahlian, keliling barak-barak.

Para dokter rela meninggalkan ruang nyaman ber-AC dan keberlimpahan untuk berdebu-debu bersama pengungsi. Seorang dokter hewan keliling evakuasi ternak, suntikkan nutrisi untuk sapi-sapi.

Pemulia insan nan tak gentar abu dan gemuruh api, yang terus berjuang temukan warga, hidup maupun mati.

Pemuda-pemudi yang kembalikan dirinya jadi kanak-kanak, bermain bersama bocah-bocah pengungsi.

Seorang gadis yang tetap setia menemani dan membantu keluarga dan tetangganya di stadion olah raga dengan menolak tawaran tempat penampungan yang lebih nyaman.

Mereka rela berkorban untuk saudaranya.

Tidak perlu kaya untuk berkorban, tidak perlu menunggun hari raya untuk berkorban,

bagaimana dengan kita?

Anda adalah seorang ..........melakukan..............................untuk saudara kita yang mengalami musibah.

Isilah titik-titik dengan hati Anda, cukup Allah dan Anda saja yang tahu.

0 Comments

Post a Comment