Kisah Tragis Petani yang Mencintai Rajanya

Artikel di bawah ini adalah terjemahan pidato bahasa Inggris Putri Salsa tentang UAN (Ujian Akhir Tahun), yang disampaikan dalam sebuah lomba pidato. Saya rasa uraianya sangat menarik untuk disimak. Selamat merenungkannya!

Kisah petani yang mencintai rajanya
oleh Putri Salsabila

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya ingin memulai dengan sebuah cerita yang sangat menarik untuk Anda

Ini adalah kisah tentang seorang petani yang benar-benar setia kepada raja. Raja memiliki tanah yang sangat besar dan ada ratusan petani yang mengurus daerah tersebut. Tapi di antara semua para petani, hanya ada satu petani yang benar-benar mendedikasikan dirinya untuk pekerjaan. Dia mencintai raja dan itulah sebabnya dia mencintai pekerjaan itu. Setiap pagi ia bangun pukul lima sore sementara petani lainnya masih tertidur. Dan setiap sore, dia pulang ke rumah yang terakhir setelah semua petani lain pulang ke rumah duluan. Ketika petani lain bekerja delapan jam sehari, ia bekerja dua belas jam sehari meskipun tidak ada gaji tambahan untuk melakukan itu.

Dalam setiap tahun ada satu hari, raja sendiri secara pribadi datang ke tanah pertanian tersebut dan dia ingin bertemu semua petani. Ada peraturan di kerajaan tersebut yang mengatakan bahwa semua petani harus datang untuk bertemu raja dan mereka semua harus berjabat dan mencium tangan raja untuk menunjukkan pengabdian mereka.

Sayangnya, hanya satu hari sebelum raja datang, sang petani yang setia sakit karena ia bekerja terlalu keras untuk persiapan untuk menyambut raja. Untuk itu alasan dia tidak menghadiri pertemuan dengan raja.

"Aturan adalah aturan" kata sekretaris kerajaan. Karena petani tidak datang ke pertemuan dengan raja, ia dianggap sebagai warga negara tidak hormat. Dia harus menghadapi pengadilan dan berakhir ke penjara sebagai konsekuensinya. Jadi petani yang rajin dan setia tersebut harus mendekam di penjara.
Hanya karena satu hari yang tidak menguntungkan.

Apakah Anda pikir apa yang terjadi dengan petani dalam cerita ini adil?
Apakah menurut Anda dia layak untuk pergi ke penjara?
Tidak adil bukan?
Oke, saya setuju dengan Anda, itu tidak adil.
Dia tidak pantas mendapatkannya.

Tetapi kenyataannya, hal yang sama terjadi dalam sistem pendidikan kita.
Apakah Anda tahu apa ini cerita tentang?
Ini adalah ujian nasional tentang akhir atau disebut UAN (Ujian Akhir Nasional).

Pemerintah membiarkan tiga atau empat hari uji untuk menentukan nasib siswa. Mereka tidak peduli tentang proses belajar siswa, mereka tidak peduli apakah para siswa bekerja keras atau tidak untuk beberapa tahun terakhir, mereka hanya peduli tentang nilai akhir dan itu saja. Jika siswa memiliki skor yang baik di ujian akhir nasional, siswa lulus. Jika tidak, siswa harus mengulang lagi. Sungguh sangat keliru.

Semua siswa harus bekerja keras enam tahun di SD, tiga tahun di kedua sekolah menengah dan sekolah tinggi. tetapi jika mereka menemukan satu hari yang malang, mereka akan kehilangan segalanya.

Sebagai contoh, Wahyuningsih dari SMK 3 di Muaro Jambi yang meninggal setelah menelan racun serangga. Dia memiliki nilai UN terbaik di sekolahnya untuk bahasa Indonesia. Sayangnya, ia gagal pada matematika. Dia bisa saja mengambil tes remedial tapi karena sudah frustasi dia menjadi murung dan bunuh diri.

Melati, dari SMA 6 Jakarta telah menerima beasiswa untuk Jerman dan Australia, tetapi karena dia gagal dalam matematika, semua beasiswa yang dia dapat langsung menghilang

Contoh lain adalah Alex Arida, dia adalah seorang kontestan pada Olimpiade Fisika di jawa tengah. Dia anak yang pintar, dia sudah diterima di Universitas Semarang nasional, tetapi karena skor rendah di matematika, ia tidak lulus ujian Akhir Nasional.

Coba bayangkan. Jika Anda adalah seorang murid yang baik, jika Anda bekerja keras sehari-hari yang semua siswa iri pada Anda, tetapi pada hari ujian akhir nasional, salah satu yang tercinta Anda meninggal. Anda tidak dapat berkonsentrasi melakukan tes, tetapi Anda tidak dapat menghindari UAN. Dan karena itu, Anda gagal dan harus mulai dari awal lagi.

Atau mungkin contoh yang agak terlalu ekstrem. Tapi yang penting, bagaimana jika terjadi sesuatu hari sangat buruk sebelum ujian akhir nasional? Bagaimana jika suatu bencana alam terjadi? Bagaimana jika orang-orang tercinta Anda mengalami kecelakaan? Bagaimana jika ANDA mengalami kecelakaan?

Menurut pendapat saya, saya sangat tidak setuju dengan bagaimana sistem pendidikan ini bekerja! Saya tidak mengatakan bahwa UAN ujian akhir nasional seharusnya tidak ada (dihilangkan). Yang saya maksud adalah bahwa kita masih dapat memiliki UAN, tetapi bukan sebagai penentu dari yang lulus dan yang gagal, tapi sebagai indikator atau evaluasi terhadap kualitas pendidikan kita saat ini. Dengan demikian semuanya menang.
Pemerintah masih dapat menjalankan UAN, dan kita bisa lulus dengan penilaian yang masuk akal.

Guru adalah orang yang tahu siswa bertahun-tahun. Mereka tahu betapa keras kita bekerja atau bagaimana nilai-nilai yang biasa kita. Mereka harus menjadi orang yang memiliki otoritas untuk membuat keputusan yang lulus atau tidak.

Pendidikan bukan hanya tentang angka. Pendidikan adalah seharusnya adalah tempat belajar tentang kemajuan, bukan tentang nilai.

Seperti Martin Luther King Jr katakan “ Intelligence plus character - that is the goal of true education” artinya "Kecerdasan dan kepribadian adalah tujuan pendidikan yang utama"

Dan masalah lain, saya pikir tidak adil bahwa standar antara setiap provinsi dipukul rata. Maksud saya, mereka memberi kita ujian yang sama di sini seperti yang mereka lakukan di pedalaman Papua padahal benar-benar jelas bahwa fasilitas belajar sangat kekurangan.

Sebagai siswa saya tidak ingin menjadi seperti petani dalam cerita.

Dan saya rasa banyak dari kita berpikir dengan cara yang sama.

Terima kasih

24 comments

  1. hanya satu kata buat Putri Salsabila : B R I L I A N T !!!!

    ReplyDelete
  2. Membuat keputusan jauh lebih mudah daripada menghilangkannya. Karena itu pelajaran bertambah terus. Menghilangkannya susah.

    ReplyDelete
  3. Kisah yang miris, namun benar2 terjadi di negeri ini. Masya Allah, pendidikan yang dipatok dalam beberapa hari bukannya berdampak baik malahan sebaliknya. Kalau pemerintah meninjau ulang UN dengan mengajak seluruh elemen masyarakat dalam musyawarah, yang betul2 mendengarkan keluhan masyarakat sebelum ditetapkan 'tidak UN/ UN kecil=tidak lulus', mungkin kejadian2 menggenaskan tersebut tidak akan terjadi.

    ReplyDelete
  4. like this...
    " Pendidikan bukan hanya tentang angka. Pendidikan adalah seharusnya adalah tempat belajar tentang kemajuan, bukan tentang nilai."

    tanpa melihat proses dan hanya menilai hasil, sungguh kurang adil.. T.T
    tapi itulah kenyataan yg saya rasakan dulu sampe sekarang...

    ReplyDelete
  5. Erianto Simalango Eu PkuJanuary 28, 2011 at 9:26 AM

    terimakasih pak, menggugah hati, harusnya dikirim ke diknas

    ReplyDelete
  6. Saya terkesan dengan tulisan ini. Bisa membuat saya membacanya berulang-ulang. :) Kadang saya pikir, sistem pendidikan sekarang memang mungkin terlalu membebani anak. Seharusnya ditinjau ulang. Coba saja lihat, anak-anak SD sekarang saja pulang sekolah sudah sampai sore, tas mereka penuh dengan buku-buku berat.

    ReplyDelete
  7. KOREKSI
    memang sekarang ini kita terikat dengan prosedur, juga prosedur yang ada dalam pendidikan di indonesia. tapi memang begitulah keadaannya, harus ada yang berani mengambil keputusan dan menekankannya pada pemerintah. sebenarnya sudah sejak lama terjadi perdebatan antara sistem UAN, baik yang diadakan maupun yang ditiadakan. mungkin kita buat angket dengan 3 opsi :
    a. tetap diadakan UAN sebagai penentu kelulusan
    b. UAN harus dihapuskan
    c. UAN tetap ada tapi hanya sebagai test, bukan sebagai penentu kelulusan, dan tes dibuat disesuaikan dengan karakter sekolah, sesuai dengan KTSP.

    silahkan dipilih, dan ajukan proposal penelitian ke kemendiknas, bukankah pemerintah selalu menekankan bukti nyata, hitam di atas putih. ...
    begitulah plus minus pendidikan dalam pemerintahan kita.

    ReplyDelete
  8. Salut buat Putri salsa. Yup ! sebuah PR besar buat kita bersama terlepas kita berada dalam lingkup dunia pendidikan atau tidak. Mengubah total barangkali perlu proses panjang, namun setidaknya kita bisa memulainya dari lingkup terdekat dengan kita. Sebagai seorang guru saya selalu menekankan kepada murd - murid saya. "Nak, nilai itu penting tapi bukan segala - galanya. Proses untuk mendapatkan nilai itu jah lebih penting. Karena kelak itu akan menjadi bekal berharga kalian di tahapan kehidupan berikutnya".

    ReplyDelete
  9. Ya..memang ini hanya ambisi pemerintah supaya di mata negara lain..wah..indonesia ternyata makin naik kualitas pendidikannya..padahal yang terjadi di dalam malah sebaliknya..generasi kita hanya dijadikan PROYEK belaka tanpa memperhatikan KUALITAS YANG SESUNGGUHNYA.. yang berprestasi krn 1 & lain hal jatuh di slh 1 mata pelajaran..sedangkan banyak yang biasa saja bahkan pemalas tp krn keberuntungannya malah lulus..dan ini terjadi di kota saya..salah satunya ttg murid putri MTs, sehari-harinya ia harus jalan kaki ke sekolah dgn jarak skitar 12 kilo..krn keterbatas dana..belum lagi bila ada kegiatan di sore harinya..termasuk rajin belajar..tetapi tidak lulus..sebaliknya..ada murid yang termasuk pemalas, sering berbuat yg membuat para guru jengkel..tp sekali lagi..krn KEBERUNTUNGAN nya..ia lulus...ini hanyalah slh 1 cth saja betapa tidak adilnya kebijakan UAN sbg penentu kelulusan..wahai para pemimpin..MALU lah engkau pada diri sendiri... jgn membuat bangunan yang indah diluar tapi rapuh di dalam. niscaya kehancuran akan terus mengintai....

    ReplyDelete
  10. Meliana Aryuni: Sudah banyak buku dan diskusi tenteng UAN ini jadi memang harus dievaluasi

    Dito Chan: Betul apalagi jika anak-anak stres hanya menghapalkan untuk memori bukan diajar berpikir

    Erianto Simalango: Semoga saja ada forward yang sampai

    Fitria Chakrawati: Pelajadran di Indonesia jauh lebih banyak dari Eropa bahkan Amerika. PAdahal tidak semuanya akan kepakai dalam kehidupan

    Reza Muhammad Tjahjono: Thanks

    Nur Asri Handayani: Sebenarny aangket bisa saja tapi jangan seperti sensus nanti biayanya besar. Coba pemerintah bertemu dengan para pemerhati pendidikan, bukan sekedar pakar

    Diyah Rahma: PR Dunia pendidikan sebenarnya masih banyak

    Mohammad Rizal: Lucunya sudah mati-matian dan makan korban masih gak dianggap dunia

    ReplyDelete
  11. pendidikan sekarang banyak yang mengejar nilai semata tanpa memerhatikan psikologi anak. Anak yang tidak bisa satu mata pelajaran dianggap tidak pintar padahal di mata pelajaran lain dia sukses.
    Padahal dalam rancangan KTSP harus mementingkan tiga aspek. psikomotor, afektif dan kognitif.
    Sebenarnya sistem pendidikan seperti apa yang paling cocok untuk di indonesia?
    kalau pun mau di rekontruksi harus semuanya. dari mulai sistem sampai SDM guru yang ada.

    ReplyDelete
  12. Tulisan Putri Salsa bagus. Caca sudah memikirkan sejauh itu ya.. Hebat.

    Saya sangat menyayangkan kejadian ini. Seandainya saja setiap ganti Mentri nggak perlu ganti kebijakan (dibaca: ganti buku). Saya pernah mengalami hal ini. Kurukulum memang selalu terjadi setiap di pergantian kebijakan tersebut. Mahalnya harga buku signifikan dengan arti pendidikan itu sendir. Belum lagi jika ada tugas-tugas pendamping.

    Ekskul itu penting untuk support materi pelajaran diluar sekolah. Namun, yang sangat disayangkan adalah cerita usaha dapet nilai bagus buat lulus UAN. Semua orang akan berusaha keras mendapatkan nilai bagus. Dan akhirnya yang terlihat yang punya uang banyak yang bisa menempuh semua cara, dia punya segalanya...

    Hal lain yang tidak menguntungkan juga adalah jika hanya nilai UAN sebagai satu-satunya "tiket" lulus. Apakah nilai-nilai ulangan sebelumnya tidak jadi pertimbangan? Stamina belajar anak-anak itu bisa dilihat dari nilai ulangan harian, tugas-tugas dari guru. Saya rasa menjadikan UAN sebagai parameter pendidikan anak sekolah?? kurang setuju. Namun, jika ingin melihat siklus perjalanan mutu pendidikan di Negeri ini, boleh lah..

    ReplyDelete
  13. Bisa jadi koreksi buat semuanya, mirisnya : anak kecil aja bisa melakukan evaluasi. Mudah-mudah bisa mengetuk hati penentu kebijakan.

    ReplyDelete
  14. Angy Sonia: Belajar adalah proses panjang tidak bisa diputuskan dengan satu dua hari tes

    Nunung Nurhasanah: Thanks, semoga tulisan ini bisa memberi pencerahan

    ReplyDelete
  15. Mamah Ghulam Itu LindaJanuary 28, 2011 at 9:39 AM

    Subhanallah.. senangnya dianugrahi putri yg cerdas spt Caca. Selamat tuk ayah bundanya yg tlh berjuang keras menjadikan Caca se-hebat itu. Lalu, jika anak belia spt Caca sdh memiliki cara pandang demikian, mengapa para profesor itu tdk? Alangkah lucunya negeri ini!

    ReplyDelete
  16. Putri Salsa hebat. Analoginya keren.. Akhirnya, ada jg yang menyuarakan UN dari para 'Penikmat 'UN' sendiri. Persoalan pendidikan kita yang lain adalah bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan oleh para guru yang jauh dari standar yang 'Layak'. Ketercapaian kurikulum lebih dikejar ketimbang bagaimana Tujuan pembelajaran dapat tersampaikan kepada peserta didik yang BERAGAM potensi kecerdasannya. Ini artinya tentang kualitas sumber daya Guru-Guru kita, yang sebagian besar belom 'mau' sedikit kretif menciptakan strategi pembelajaran. Muaranya tentu kepada pemerintah lagi yang dalam hal ini adalah DIKNAS agar terus membenahi kualitas para pendidik di Indonesia dengan membuat kebijakan yang membuat para guru 'Mau tidak Mau' harus mau untuk memperbarui dan meningkatkan kemampuannya. Sehingga -akhirnya-, UN bukanlah apa-apa bagi anak-anak kita..

    ReplyDelete
  17. Sayyidah Djauhar MurtafiahJanuary 28, 2011 at 9:40 AM

    Salut buat Caca ... pemikiran yang sangat dalam tentang dunia UAN yang memang .... seringnya merugikan banyak pelajar :(

    saya juga pernah mikir .... iya ya, bener2 gak dilihat "Proses"nya, tapi hanya melihat "hasil" .. padahal yang namanya hasil, bisa berbagai cara mendapatkannya...

    Disitu bener2 bisa merasakan, hanya Allah aja deh Yang Maha Adil, karena DIA gak pernah melihat "Hasil" ... melainkan "Proses" ...

    proses jatuh bangunnya kita, proses duka-lukanya, proses berdarah2nya .... hasil gemilang yang bener2 sejati dimataNya, tentunya sudah melalui proses yang sangat sangat panjang, berat dan melelahkan ...

    selamat ya utk Caca .... ^ ^

    ReplyDelete
  18. Mamah: Iya Salsa memang cerdas, karena itu kalau tidak diimbangi kita bisa kewalahan. Alhamdulillah semua berjalan lancar

    Honeym Binti Aziar: Kalau UAN yang bicara pakar juga kan jadi antar pakar, sekarang siswa juga harus mulai bicara

    Moenk Sayeeda Moorthafia: Proses sama pentingnya dengan hasil, jadi proses juga harus dipertimbangkan

    ReplyDelete
  19. Bagi saya UAN tak peerlu dihapuskan...akan tetapi hanya menjadi barometer untuk sebuah arti kualita pendidikan kita,namun keputusan lulus atau tidak adalah pada hasil ujian daerah yg mengacu pada sistem pendidikan regulernya....(mohon maaf apabila sudah ada yg memberikan komentar yg sama sebelum saya)

    ReplyDelete
  20. @Sultan Ilahi Zahier : Betul, sebagai barometer UAN bagus, tapi kalau untuk kelulusan malah jadi banyak sekolah atau daerah yang sepakat kasih bocoran agar tidak banyak siswa stres

    ReplyDelete
  21. Asri Fitriasari PurnamaJanuary 28, 2011 at 9:42 AM

    speechless.. caca keren banget. saya jadi tercerahkan dan tergelitik untuk lebih kritis menanggapi masalah UAN ini. sejak lulus SMA saya gak prnah ambil pusing sama yang namanya UAN tapi pas baca tulisannya caca saya jadi tergugah lagi untuk do something. thx caca :)

    ReplyDelete
  22. Melisa Emelda SyahrulJanuary 28, 2011 at 9:42 AM

    subhanallaaaahhh.... saya sukaaaaa sekali tulisannya... brilliant!
    tetaplah bekarya putri salsa

    ReplyDelete
  23. Thanks @Asri. For some people UAN just nothing but for most people it cretes fear.

    @Melisa Thanks

    ReplyDelete
  24. yah....sekarang ini mungkin sistem UAN sedang mengadopsi sistem UAN dari negara lain.bikin komparasi studi dgn pendidikan dgn negara lain saja,yg sistem pendidikannya bagus,tapi UAN tidak menjadi satu2nya standar kelulusan.
    btw,denger2 UAN tuh muatannya politis,melibatkan proyek2 dan tender2 pengadaan kertas ujian,dll.Kalau uang sudah berbicara,susah deh.wallahu'alam.

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon