Guru baik, Ibu Jahat (No Excuse! for Parent and Family)

Guru baik, Ibu galak (No Excuse! for Parent and Family)

Beberapa waktu lalu saya bertemu seorang suami yang bercerita tentang perilaku istrinya.
Istrinya adalah seorang guru TK yang sangat disukai anak-anak.
Ia terkenal sabar dan telaten jika menghadapi anak-anak.
Sekalipun anak-anak nakal dan mengganggu sang istri sebagai guru TK
tetap bisa menghadapi mereka dengan senyum.

Akan tetapi itu tidak terjadi di rumah.
Setelah pulang ke rumah, istrinya sama sekali jauh dari wanita ramah.
Ia sering kali marah kepada anak-anaknya
yang juga masih kecil sebagaimana anak-anak TK di sekolah.
Jika anaknya nakal ia menegurnya kasar.
Jika anaknya mengganggu ia dengan kasar mengabaikan.
Memang sang istri tidak memukul anak-anaknya,
tapi sang suami melihat begitu jauh perilaku istrinya sebagai guru TK
di sekolah dan sebagai ibu di rumah.

Tak tahan melihat perilaku sang istri, akhirnya suami bertanya;
"Berapa sih kamu di gaji di TK?" Kamu kok bisa ramah benar kalau di TK?
Begini saja, saya gaji kamu sebagaimana kamu digaji di TK,
tapi kamu harus seramah kamu ketika menjadi guru TK di sana?"


Kenapa hal tersebut terjadi?
Karena sang Istri menerapkan prinsip No Excuse! secara sepotong-sepotong.
Ketika di TK, ia bisa menahan diri untuk marah kepada murid TK,
Ketika di rumah ia tidak bisa bersikap sama.
Di rumah dia bisa excuse, "Ibu lagi cape jadi jangan ganggu ibu dulu."
Tapi di sekolah sebagai guru tidak mungkin dia bilang ke murid: "Bu Guru cape, jangan ganggu dulu!"

Ya itu salah satu masalah kita dalam parenting.
Banyak di antara kita yang bisa menjadi profesional worker tapi tidak bisa menjadi profesional parent.
Di dunia profesional kalau kita berhadapan dengan klien, marah sekalipun kita tetap bisa menahan diri untuk tidak menuangkan amarah, seharusnya juga begitu di rumah.
Sekalipun marah, sebagai profesional parent kita harus bisa menahan marah.
Kita hanya marah kalau dibutuhkan, dalam dunia profesional pun kita mengenal konsep complain - marah untuk sesuatu yang proporsional.

Di dunia profesional kita dengan ramah sering menyapa orang ketika berpapasan bahkan yang kita tidak kenal.
Di rumah, dengan anak sekalipun kita juga harus saling menegur sapa.

Untuk menjadi profesional parent prinsipnya sederhana,
Kita sebagai ayah atau bunda adalah profesional,
klien kita adalah anak-anak dan keluarga.
Service kita adalah untuk menyiapkan masa depan terbaik untuk mereka.
Setiap tindakan kita harus menujang semua itu.
Dan garis bawahi: Tidak ada excuse untuk melanggar sekalipun cape, sekalipun waktu mendesak, lagi lembur, dsb.
Kita harus mengatur segalanya berjalan baik, di rumah di tempat kerja, atau keluarga.
Tapi yang berat dalam parenting adalah kadang kita harus bersikap sebagai teman, sebagai guru, sebagai murid, sebagai pemimpin, sebagai pendamping dan semua harus dilakukan dalam proporsi dan waktu yang tepat.

Memang tidak mudah tapi ada caranya.
Karena itu kami menyelenggarakan workshop "Sakinah Family" yang bertujuan untuk membangun keluarga sejahtera, bahagia dan profesional.

Sesi 1:
Membangun keluarga kuat mental dan spiritual dengan spirit No Excuse!
Instruktur: Isa Alamsyah

Bagaimana Islam mengajarkan budaya No Excuse?
Bagaimana membangun budaya No Excuse! di rumah?
Bagaimana membangun keluarga profesional tapi menyenangkan?
Apa saja budaya No Excuse yang ada hampir di setiap keluarga tanpa disadari orang tua?
Bagaimana membangun disiplin tapi fun?
Bagaimana menyikapi pendidikan di sekolah yang makin membebani, tetap berprestasi tapi tidak stres? Temukan cara menaklukkannya!
Bagaimana bersikap profesional sebagai ayah, bunda, dan menanamkan sikap profesional sebagai anak.

Sesi 2:
Membangun keluarga kuat finansial dengan konsep Think Dinar!

Bagaimana meningkatkan penghasilan rumah tangga?
Kenapa dinar lebih powerful dari menabung, asuransi pendidikan, deposito, tabungan haji, tabungan pensiun, main saham, main property, atau metode finansial lain yang diketahui banyak orang
Instruktur: Endy J. Kurniawan

Sesi 3:
Membangun keluarga harmonis dengan spirit "Sakinah Bersamamu"
Instruktur: Asma Nadia
Keluarga yang bahagia bukanlah keluarga yang sempurna tapi keluarga yang bisa mengoptimalkan segala potensi dalam ketidaksempuranannya.
Bagaimana menyikapi ketidaksempurnaan?
Bagaimana menciptakan hubungan yang lebih harmonis dengan apa yang ada?
Temukan trik-triknya.

Hadiri Seminar Workshop Spektakuler 3 ini 1
Seminar dan Workshop Paket terlengkap dan termurah
"Sakinah Family"

Acara : 26 Februari 2011
Pukul : 09.00 - 17.00
Tempat: Jakarta Design Center Slipi Jakbar
Investasi: Rp 200.00 untuk 20 pendaftar pertama
Rp 250.000 untuk pendaftaran sebelum 15 Feb,
Harga Normal Rp 300.000 setelah tanggal 15 feb
(Untuk suami istri berdua Rp 400.000)
Tempat terbatas. Info Roonie: 081282210742


34 comments

  1. Good writing ayah. Koreksi dikit waktu workshop sd 17.00:)

    ReplyDelete
  2. Ok Bunda, sudah direvisi, tapi yang terkirim ke member bisa! sudah terkirim, salah waktunya

    ReplyDelete
  3. Saya tertarik banget nih....
    cuman, kok jauh banget ya...mesti k Jakarta..
    Coba kalo d Garut atau Bandung deh...

    btw; bisa ga kira2 ngadain disini?
    Biar nanti saya bantu persiapannya..

    Ok, mas?

    ReplyDelete
  4. co2k dgn kbthan sya saat ini yg sdang dbingungkn oleh remaja yg brmsalah. Tp sya jd bingung ya, dgn htm nya antra hrga normal dgn pasutri. Jd kl sya daftr skr b2 dgn suami, total yg hrus dbyar brapa ya?

    ReplyDelete
  5. Pagi Pak Isa..
    Semoga sehat selalu..

    Sungguh teganya..teganya..
    Ibu,masa ma anaknya begitu??

    Tapi memang bener Pak Isa,sahabatku kepsek TK rangkap guru juga,dia suka mengeluh tentang anaknya yg aktif dan ketidak sabarannya dalam mendidik dan mengurus kedua buah hatinya,hampir sama tuh kasusnya sama yang di atas..

    Kayanya mesti ikutan seminar workshop ini yah heheh*promosi juga*
    Tapi kejauhan di Jakarta,nanti deh kalo di Bandung insyaallah ikut.
    Kemarin2 aku kan ikut juga workshopnya Mba Asma di Bandung tuh..

    salam

    ReplyDelete
  6. Lia: Untuk penyelenggraan di daerah, kita menunggu kerja sama dari panitia lokal

    ReplyDelete
  7. nita delina: HTM NOrmal 300 ribu, kecuali 20 pertama. Harga pasutri berdua Rp 400.000 sekalipun tidak 20 orang pertama

    ReplyDelete
  8. Nchie Hanie: Memang begitu, kalau kita bekerja karena digaji kita profesional. Di rumah karena digaji seiklasnya saja. Padahal kita juga digaji dan diamanahkan dari atas.

    ReplyDelete
  9. Happy Hawra MuslimahFebruary 8, 2011 at 8:30 PM

    Jadi kita itu harus profesional dalam hal apapun, hehe :D

    ReplyDelete
  10. Happy Hawra Muslimah: Betul, seperti status muslim, muslim dahulu sebelum lainnya

    ReplyDelete
  11. an interesting and usefull note... especially for me as a teacher...!
    begitulah seharusnya... kita hrs mnjd profisional di sgl lini kehidupan... sbg IRT... bgimn memanage RT dng kemampuan yg tdk hnya sktr sumur, dapur dn kasur... ttp bgimn dia bs mncetak ank2 yg tdk hanya mmpunyai IQ yg bs dibanggakan to jg memiliki ESQ yg cantik...
    ini tantangn utk IRT jmn sekarang yg bgt trs berat... krn saat ini jaman sdh tdk sm dng jamn dimn kt msh kcil dulu...
    I LIKE THIS NOTE MUCH...!

    ReplyDelete
  12. Nina Siblie Buhari: Betul Bu, membangun masa depan dari rumah

    ReplyDelete
  13. Begitulah beratnya menjadi IRT..bahkan tak jarang hopeless menyapa...mudah2an tetap semangat

    ReplyDelete
  14. Desy Triyanti: Mempunyai anak buat kita adalah pilihan, sedangkan anak dilahirkan bukan pilihan mereka, jadi kita harus bertanggung jawab untuk membesarkan anak dengan baik.

    ReplyDelete
  15. Great,ijin share Ɣªª

    ReplyDelete
  16. agree,,,,,

    ReplyDelete
  17. Viana AzZahraa: thanks
    Dhanik Andreastut : thanks

    ReplyDelete
  18. aku di palembang, gimana bisa ikutan....???

    ReplyDelete
  19. Evi Kurnia Novianty: Kalau mau hadir ke Jakarta dipersilakan

    ReplyDelete
  20. Subhanallah...selalu ada yg istimewa :::: Ide2nya selalu segar dan mberi inspirasi...Smoga selalu terjaga. -)

    ReplyDelete
  21. jadi semuanya itu, biarpun secape' apapun kita, kita hrs sabar...dlm melayani di rt..amin..

    ReplyDelete
  22. dulu sih wkt blm maried aku cenderung galak,alhamdl pas anak lahir (2008)terbit catatan hati bunda,belajar untuk lebih sabar gitu...hehehe

    ReplyDelete
  23. ya sama seperti yg aq alami,aq ngajar dsd klo dkelas sbsa mungkn sabar,tp klo udah drmh cpt marah.......

    ReplyDelete
  24. Erlita Fujiawati: Be profesional and proportional

    ReplyDelete
  25. Ayah saya pernah berkata sewaktu saya masih lajang : "Sayangilah anak-anak sebelum punya anak"... artinya, rasa sayang pada anak harus tumbuh dalam setiap jiwa, terutama perempuan.. bahkan sebelum anak itu hadir ke dunia..

    ReplyDelete
  26. Komen lg disini, pak...sy share di wall fb ... makasih pembelajarannya ya...

    ReplyDelete
  27. laser tedjasukman dolo istri saya juga galak. skr alhamdullilah sudah tidak pernah lagi

    ReplyDelete
  28. di pukul aja waktu kecil...mumpung masih kecil

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon