Must watch Movie: ? (Baca: Tanda Tanya)


Must watch Movie: ? (Baca: Tanda Tanya)

Isa Alamsyah

Apa pendapat Anda tentang seorang muslim yang berprofesi sebagai aktor mengambil peran sebagai Yesus Kristus dalam sebuah drama paskah di gereja, yang diadakan dalam rangka meningkatkan iman kristiani?
Ada muslim mungkin akan keberatan atau tidak setuju sama sekali. Bukankah demikian?
Tapi tidak sedikit juga pemeluk agama Katholik atau kristen yang juga keberatan jika peran Yesus dimainkan oleh orang yang tidak mengimani Yesus.

Bagaimana pendapat Anda tentang seorang muslimah berjilbab yang bekerja di restoran Cina di mana hidangan babi dan makanan halal disajikan?
Apakah jika sang koki Cina memisahkan panci, penggorengan dan piring dan sebagainya untuk makanan yang halal dan tidak halal, maka restoran tersebut jadi restoran halal?

Apa pendapat Anda tentang seorang wanita yang pindah agama dari Islam ke Katholik karena kecewa dengan suaminya yang alim kemudian memutuskan untuk poligami.

Sudahkan Anda memikirkan pendapat Anda?
Well, sebaiknya jangan jawab dahulu.
Saran saya saksikan dahulu film film "?" baca tanda tanya karya Hanung Bramantyo.

Saya berani katakan ini adalah karya Hanung yang temanya berani tapi patut dapat acungan jempol. Two thumb up!
Film ini sangat menghibur, komedinya cerdas, banyak dialog yang tajam, gambar apik, simbolis yang berbobot dan penceritaan yang kaya.

Terus terang, sebelumnya ketika saya baca sekilas di Republika tentang isu yang diangkat dalam film ini, dengan detail sebagaimana saya tulis di atas, saya sempat agak skeptis.
Skeptis karena temanya berat, kontroversial, dan bertanya-tanya apakah akan bisa digarap jadi film yang menarik.
Ternyata sekptisme saya, SALAH BESAR.

Hanung BERHASIL membuat tema yang berat tersebut menjadi sangat menyejukkan, berimbang, dan memberi pelajaran yang tinggi akan makna sebuah perbedaan.
Asma Nadia yang dulu mengatakan, film "Sang Pencerah" sebagai masterpiece Hanung, kini mengatakan film "?" lebih bagus dari Sang Pencerah. Lebih kaya, lebih dalam, dan lebih berbobot. Menurut Asma film ini menunjukkan bahwa sang sutradara tetap berkembang dalam karyanya.
Penulis yang baru saja menerima penghargaan sebagai salah satu tokoh perubahan Republika ini ini bahkan mengatakan film ini harus menjadi agenda nasional sebagai bahan perenungan bangsa. Asma juga mengagendakan film ini sebagai tontonan wajib keluarga khususnya Salsa dan Adam sebagai media pembelajaran buat anak dalam melihat perbedaaan.

Saya akui, di film "?" ini, mungkin ada yang kecewa melihat gambaran perilaku muslim yang anarkis. Tapi kita juga disejukkan dengan fakta bahwa ada muslim (Banser NU) yang menerapkan rahmatan lil alamin, dengan menjaga gereja dan berkorban untuk keselamatan manusia, sekalipun mereka adalah jemaat gereja.
Di film ini akan melihat ada pendeta yang bijak, tapi juga ada umat yang antipati pada Islam.
Di film ini kita lihat ada orang Cina yang sangat toleran, tapi ada juga yang antipati pada pribumi.
Semua digambarkan berimbang, apa adanya, tanpa ada penghakiman.

Jangan salahkan Hanung kalau ada fakta yang kurang berkenan, karena sang sutradara hanya menyajikan potret yang benar-benar terjadi.
Karena ini diangkat dari kisah nyata maka fakta yang ditampilkan juga harus nyata.
Hampir setiap scene yang ditampilkan, diilhami kisah nyata.
Saya berani berkata demikian, karena beberapa di antara scene yang ada pernah saya liput sendiri ketika masih aktif sebagai jurnalis lapangan beberapa tahun lalu.
Beberapa saya baca juga beritanya di koran.

Justru sajian film ini kembali mengingatkan pada kita adanya fakta yang terjadi, adanya masalah di lapangan, dan kita dibekali visi untuk menghargai perbedaan.

Kalau saya boleh berbagi apa yang saya dapatkan dari film ini, saya bisa katakan bahwa film ini akhirnya menunjukkan bahwa betapa banyak konflik yang terjadi sebenarnya bersumber pada individu pada oknum.
Terkadang oknum membawa embel-embel kelompok, seragam, organisasi yang akhirnya membuat sebuah masalah kecil menjadi besar.
Film ini juga menyentil kita untuk tidak dengan mudah menghakimi pilihan orang lain, karena pada akhirnya setiap pilihan ada tanggung jawabnya masing-masing.

Seusai saya menonton premier film ini, saya sedikit bertanya pada Hanung, kenapa ia membuat film ini, dan kurang lebih ini jawabannya.
"Saya risih Islam dianggap teroris, jadi saya juga ingin menampilkan Islam yang bersahabat. Saya memang dari kecil hidup dalam keluarga yang multi kultural dan multi religi. Keluarga dari Ibu saya keturunan Cina. Dulu kan agama Kong Hu Chu dilarang sehingga keturunan Cina harus pilih antara agama Islam, Kristen, Katholik (Hindu atau Budha). Ibu saya pilih Islam sedangkan sebagain besar keluarga pilih kristen. Saya betul betul melihat situasi seperti itu. Jadi saya ikut merasakan dua hari raya. Kalau lebaran saya dan ibu dan ayah berlebaran, kalau natal kita berkunjung ke keluarga ibu. Dan hubungan kami baik-baik saja tidak ada pertentangan apa-apa. Tapi sekarang kan orang jadi di kotak-kotakan hanya karena kelompok tertentu. Dikelompok-kelompokan, kalau tidak begini berarti teroris ini itu, main stigma label-labelan.'

Artinya spirit Hanung ketika membuat film ini adalah spirit religius, akan tetapi ia ingin juga mengusung isu ini menjadi milik bersama bukan kelompok Muslim saja. Karena itu patut kita dukung.

Hari Kamis ini, 7 April film akan ditayangkan.
Jadi luangkan waktu untuk menonton di hari-hari pertama.
Sempatkan menonton film ini saat week end, Anda tidak akan menyesal.

Sama seperti dukungan saya pada Rumah Tanpa Jendela, artikel ini adalah satu langkah saya dam Komunitas Bisa! untuk mendukung film Indonesia bermutu.

Sekali lagi saya rekomendasikan buat umat Muslim, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha untuk menonton film ini sebagai hiburan yang mencerahkan.
Benar lo, film ini sangat menghibur. Ternyata disamping ide besarnya, film ini bisa membuat kita terbahak-bahak.
Semoga saja persatuan semakin terbina di antara kita, dengan hadirnya film ini.

Oh ya, film ini memberi sayembara Rp 100 juta bagi yang menemukan judul yang menarik untuk film ini. Kenapa tidak dicoba?

Salam Bisa! No Excuse!



47 comments

  1. sebaiknya mas isa lihat juga di www.suaramuslim.com di situ di katakan film ini mengusung isu spilis (skularisme pluralisme liberalisme)di situs itu juga ada di kolom TERKAIT seorang taufik ismail mengomentari film hanung yang berjudul perempuan berkalung sorban. hanung kau keterlaluan:pesantren dan kyai kau burukan (taufik ismail, tentu mas isa kenal/paham beliau siapa?)semoga mas isa sedang tidak berada pada kolom spilis.

    ReplyDelete
  2. berisik. coba bikin film yang lebih bagus kalau bisa hahaha. cari sumber tuh yg banyak jangan cuma ngudek unek di suaramuslim.com

    ReplyDelete
  3. Sudah bisa ditebak, misi film Hanung yang bakal mendangkalkan akidat umat Islam ini. Umat Islam mengira film ini film religius, tapi nyatanya mengusung sepilis, bahkan mengajak umat ini menjadi murtad. Sebelum kecewa, umat Islam diserukan untuk mewaspadai film berbahaya dan menyesatkan ini.(http://voa-islam.com/news/indonesiana/2011/04/06/14019/menyoal-film-pluralisme-tanda-tanya-garapan-hanung/)

    ReplyDelete
  4. Saya tidak ingin menyalahkan atau membenarkan pendapat yang mencela film itu, tapi saya ingin para pencela berusaha membuat film yang bernuansa "akidah" tahun ini.
    Bukankah tingkatan berbuat lebih baik daripada sekadar berucap?
    Kalau dalam konteks ini, "lebih efektif".

    Admiral Doni

    ReplyDelete
  5. Menurut saya setelah saya menonton film tsb, Film ini mencampuradukan antara akidah dengan toleransi, sehingga tidak bagus ditonton (seakan-akan Islam mengakui kebenaran agama lain)

    Kita diharuskan bertoleransi dan sesuai agama masing-masing seperti dilansir dalam surah Al Qafirun, namun kita dilarang menerima/mengakui kebenaran kitab suci agama lain, seperti dilansir dalam penutupan film dengan melampirkan injil Matius, ayatnya saya lupa.
    Berikut dalil larangan saya lampirkan....

    Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari melihat di tangan Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu ada selembar dari Taurat, dan Umar mengagumi isinya,, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam marah dengan kemarahan yang keras. Dalam hadits diriwayatkan:

    عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكُتُبِ فَقَرَأَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَغَضِبَ فَقَالَ أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً لَا تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي

    Dari Jabir bin Abdullah ‘Umar bin khatab menemui Nabi Shallallahu’alaihiwasallam dengan membawa tulisan yang dia dapatkan dari Ahli Kitab. Nabi Shallallahu’alaihiwasallam terus membacanya dan marah seraya bersabda: “Bukankah isinya hanya orang-orang yang bodoh Wahai Ibnu Khottob?. Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, saya datang kepada kalian dengan membawa cahaya yang terang. Janganlah kalian bertanya kepada mereka tentang sesuatu! Bagaimana jika mereka mengabari kalian kebenaran lalu kalian mendustakannya atau mereka (menyampaikan) kebatilan lalu kalian membenarkannya?. Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa ‘alaihissalam hidup maka tidak ada jalan lain selain dia mengikutiku.” (Sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnadnya 3/387 nomor 14623, dan Al-Baihaqi dalam Syu’bul Iman, dan Ad-Darimi 1/115-116 dengan lebih sempurna.

    Maksud hadits diatas adalah sbb :

    bahwa Nabi Musa as sendiri yang dituruni Kitab Taurat seandainya dia masih hidup pasti dia wajib mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan meninggalkan syari’at yang telah dia sampaikan kepada manusia.

    Hadits ini adalah pokok mengenai penjelasan manhaj (pola) Al-Quran dan As-Sunnah. Tidak boleh seorangpun mencari petunjuk (untuk mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada Allah dan memperbaiki diri) kepada ajaran yang tidak dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hatta walaupun dulunya termasuk syari’at yang diturunkan atas salah satu nabi yang dahulu.

    Selain itu juga dilihat, bahwa dibolehkan orang muslim ikut serta dalam perayaan RITUAL umat lain (dalam hal ini memerankan tokoh Yesus).
    Sudah jelas dalil, fatwa MUI maupun hadits, bahwa umat Islam Dilarang mengikuti Ritual agama lain, karena hal ini adalah bentuk pengakuan kebenaran agama tersebut...(apalagi tokoh difilm ini dia ikut memerankan, berarti mendukung peribadatan tersebut.)

    Ada sebuah hadits, yang saya lupa perawinya, isinya pada prinsipnya adalah, Allah melaknat pembuat, penjual, peminum, dan hal-hal yang mendukung agar khamer bisa diproduksi dan dijual. Artinya adalah, kita dilarang mendukung terjadinya sebuah kemaksiatan (dalam film ini mendukung acara RITUAL Non Muslim).

    Itu menurut saya sebagai muslim, mungkin ada yang tidak bisa menerima.

    Wallahua'lam
    Ef

    ReplyDelete
  6. Hanung harusnya belajar Islam lebih dalam. Atau ambil konsultan syariah, setelah itu baru bikin film. Selain itu ghirah Islam harus dikedepankan. Kalau ini hanung miliki, insya allah akan lebih bijak dalam membuat film. termasuk beralasan "ini kan kenyataan di masyarakat". Ini alasan klasik. Seharusnya kenyataan ataupun tidak, kalau membahayakan pemikiran/aqidah masyarakat ya jangan dibuat filmnya.

    ReplyDelete
  7. Sementara ini saya belum bisa berkomentar. Nanti sehabis nonton film ini akan segera kembali ke sini. Thanks Mas Isa atas rekomendasinya *melipir ke bioskop*

    ReplyDelete
  8. Hmm.. Padahal film ini yang mau disorot adalah bagaimana meningkatkan toleransi umat beragama dalam kehidupan. Tapi kalau liat komentar2 diatas, sepertinya memang masih susah ya.

    Hey Bapak/Ibu yang komen di atas, apa kalian tidak punya tetangga yang lain agama? Apa kalian tidak punya rekan kerja yang berbeda agama? Jika iya, sayang sekali pemikiran kalian tidak bisa terbuka mengenai toleransi. Film ini sepertinya (saya tidak jadi menonton Premiernya karena ada kuliah, jadi cuma berdasarkan alur cerita yang saya dengar dari teman saya saja)lebih memfokuskan tentang toleransi itu sendiri, tentang pengorbanan saat ada seorang tokohnya mengorbankan dirinya untuk menyingkirkan bom di gereja. Jadi fokusnya bukan, apakah memerankan tokoh Yesus (yang tidak ada dalam Islam) benar atau salah.

    Saya memang masih kecil dan tidak ahli soal agama, tapi ada satu kisah yang diceritakan guru agama SD saya. Bagaimana Rasulullah menyerukan untuk orang2 non muslim yang tidak ingin terluka dalam suatu perang untuk berlindung di rumah Allah. Bukankah itu berarti Rasulullah mengajarkan toleransi antar umat beragama?

    Maaf jika anak kecil ini dianggap sok tahu.

    ReplyDelete
  9. LU_JENG:
    Ada beberapa hal yang perlu saya tanggapi:
    PERTAMA:
    "Menurut Anda (Lu_jeng)kira kira bagaimana Rasulullah berpendapat pada umatnya yang memberi label SPILIS pada orang lain padahal kita tahu itu adalah penyakit kelamin. Apakah pantas? Apakah itu ciri ahlakul karimah, memberi panggilan buruk pada orang lain?
    Bukankan surat Al Hujurat: 11 dan 12 ini sudah mengaturnya?
    “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan janganlah pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan). dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kau panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah Iman dan barang siapa yang tidak bertobat,maka mereka itulah orang-orang yang zalim”[11]
    “Hai orang2 yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudha mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertkwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang”[12]
    KEDUA
    Sekularisme Pluralisme dan Liberalisme itu bukan satu paket
    Saya tidak setuju dengan Sekularisme.
    Tapi Islam menjunjung tinggi pluralisme dalam arti menghargai perbedaan.
    Liberalisme itu tergantung konteks. Karena kalau liberalisme berarti kebebasan penuh dengan mengabaikan ajaran agama tentu kita tidak setuju.
    Tapi kalau konteksnya kebebasan berpendapat, saya mendukung.
    Saya tetap berpegang pada artikel yang pernah saya tulis "BAIK BURUK BUKAN SATU PAKET".
    Jadi jangan benci atau suka seseorang secara full sebagai individu tapi dipisahkan berdasarkan perbuatannya.
    KETIGA:
    Tentang Perempuan Berkalung Sorban, saya tidak melihat Hanung memperburuk ulama tapi itu adalah cara auto kritik Hanung terhadap muslim. Hanung sebagai Muslim berusaha mengingatkan sesama Muslim dengan caranya sebagai sutradara.
    Menurut saya itu sama dengan Taufik Ismail yang menulis puisi "Aku Malu Jadi Orang Indonesia"
    Tujuannya bukan menjelek-jelekkan Indonesia, tapi kembali mengingatkan kita untuk bangga Indonesia.
    Itu juga sama dengan buku No Excuse! yang mengungkap keprihatinan situasi Indonesia dalam rangka membangkitkan kembali semangat membangun Indonesia.
    Kalaupun ada keberatan atas film Perempuan Berkalung Sorban, saya keberatan dengan diangkatnya nama Pramudya Ananta Toer sebagai contoh buku yang disebarkan ke Pesantren.
    Keberatan lainnya cerita tersebut kehilangan fokus di akhir-akhirnya.
    Karena saya dan istri, keimanannya bertambah setelah menonton film ini, jadi muncul "Dendam Positif" untuk lebih membesarkan Islam dan Perdamaian.
    Semoga siapapun yang menonton juga bisa merasakan siprit ini.

    ReplyDelete
  10. Yang setuju dan tidak setuju harus sama-sama saling menghormati. Ya kan.
    Anonymous said... :
    berisik. coba bikin film yang lebih bagus kalau bisa hahaha. cari sumber tuh yg banyak jangan cuma ngudek unek di suaramuslim.com

    ReplyDelete
  11. Aby said:
    Sudah bisa ditebak, misi film Hanung yang bakal mendangkalkan akidat umat Islam ini.
    Tanggapan to Aby:
    Saya percaya Hanung punya tujuan baik. Saya yakin ia tidak mau menghabiskan waktu dan tenaga untuk mendangkalkan aqidah umat. Ia hanya mengungkap poteret nyata, dengan atau tanpa film Hanung, fakta ini sudah ada.
    Seharusnya kita memulai dengan prasangka baik, bahkan kita dianjurkan Rasul SAW untuk mencari berbagai alasan untuk prasangka baik baru masuk ke judgement. Kalau dibilang mendangkalkan, saya tidak melihat Hanung mengatakan semua agama sama, tapi Hanung ingin mengangkat bahwa ada ajaran kebaikan dalam setiap agama, dan unsur itu bisa membuat kita bekerja sama

    Aby said:
    Umat Islam mengira film ini film religius, tapi nyatanya mengusung sepilis, bahkan mengajak umat ini menjadi murtad. Sebelum kecewa, umat Islam diserukan untuk mewaspadai film berbahaya dan menyesatkan ini.(http://voa-islam.com/news/indonesiana/2011/04/06/14019/menyoal-film-pluralisme-tanda-tanya-garapan-hanung/)
    Tanggapan to Aby:
    Saya sepakat kita harus mawas diri, itu harus dilakukan terhadap semua film.
    Tapi saya tidak melihat film ini menyesatkan dan membahayakan.
    Saudara kita di Republika dan Dapur Film (Hanung) banyak yang punya semangat tinggi untuk memajukan Islam.
    Jadi kita harus mendukung niat baik mereka.
    Coba tanya yang sudah tonton film ini:
    Apakah mereka akan melihat semua agama sama setelah menonton film ini? Tidak.
    Bahkan kalau kita lihat kasus wanita yang pindah agama dalam film "?", di film itu terlihat bahkan wanita tersebut belum sepenuhnya meninggalkan keimanan Islam.
    Justru menunjukkan pindahnya ia ke agama lain karena bentuk pelarian.

    ReplyDelete
  12. Admiral Doni said: Saya tidak ingin menyalahkan atau membenarkan pendapat yang mencela film itu, tapi saya ingin para pencela berusaha membuat film yang bernuansa "akidah" tahun ini.
    Bukankah tingkatan berbuat lebih baik daripada sekadar berucap?
    Kalau dalam konteks ini, "lebih efektif".
    Tanggapan:
    Sepakat, kalaupun belum bisa buat film (karena memang susah) lebih baik merangkul bukan memusuhi mereka (Daur Film, Republika, dll).

    ReplyDelete
  13. Anonymous EF said... :
    April 6, 2011 10:42 PM
    Menurut saya setelah saya menonton film tsb, Film ini mencampuradukan antara akidah dengan toleransi, sehingga tidak bagus ditonton (seakan-akan Islam mengakui kebenaran agama lain)

    Tanggapan:
    Saya senang cara ANda menanggapi film ini, sekalipun tidak setuju, dengan cara yang bijak.
    Saya garis bawahi kata-kata (Seakan-akan... jadi artinya memang film ini tidak menunjukkan bahwa Islam mengakui kebenaran agama lain)> Saya percaya penonton lain juga sadar pesan itu.

    Anonymous EF said... :
    Kita diharuskan bertoleransi dan sesuai agama masing-masing seperti dilansir dalam surah Al Qafirun, namun kita dilarang menerima/mengakui kebenaran kitab suci agama lain
    Tanggapan: Saya sepakat

    Anonymous EF said... :
    seperti dilansir dalam penutupan film dengan melampirkan injil Matius, ayatnya saya lupa.
    Tanggapan: Saya sangat mengerti keberatan tersebut, tapi saya juga mengerti kenapa Hanung melakukannya.
    Karena sulit untuk membangun kepercayaan dan kebersamaan kalau kita sama sekali tidak menghargai orang lain.
    Hanung hanya menampilkan, dia tidak bilang ini benar atau tidak.
    Sama seperti saya terkadang mengutip quote orang-orang sukses.
    Jadi nilai kata-katanya yang diambil.

    Anonymous EF said... :
    Berikut dalil larangan saya lampirkan....

    Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari melihat di tangan Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu ada selembar dari Taurat, dan Umar mengagumi isinya,, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam marah dengan kemarahan yang keras. Dalam hadits diriwayatkan: (Bahasa arab)
    Dari Jabir bin Abdullah ‘Umar bin khatab menemui Nabi Shallallahu’alaihiwasallam dengan membawa tulisan yang dia dapatkan dari Ahli Kitab. Nabi Shallallahu’alaihiwasallam terus membacanya dan marah seraya bersabda: “Bukankah isinya hanya orang-orang yang bodoh Wahai Ibnu Khottob?. Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, saya datang kepada kalian dengan membawa cahaya yang terang. Janganlah kalian bertanya kepada mereka tentang sesuatu! Bagaimana jika mereka mengabari kalian kebenaran lalu kalian mendustakannya atau mereka (menyampaikan) kebatilan lalu kalian membenarkannya?. Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa ‘alaihissalam hidup maka tidak ada jalan lain selain dia mengikutiku.” (Sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnadnya 3/387 nomor 14623, dan Al-Baihaqi dalam Syu’bul Iman, dan Ad-Darimi 1/115-116 dengan lebih sempurna.

    Maksud hadits diatas adalah sbb :

    bahwa Nabi Musa as sendiri yang dituruni Kitab Taurat seandainya dia masih hidup pasti dia wajib mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan meninggalkan syari’at yang telah dia sampaikan kepada manusia.

    Hadits ini adalah pokok mengenai penjelasan manhaj (pola) Al-Quran dan As-Sunnah. Tidak boleh seorangpun mencari petunjuk (untuk mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada Allah dan memperbaiki diri) kepada ajaran yang tidak dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hatta walaupun dulunya termasuk syari’at yang diturunkan atas salah satu nabi yang dahulu.

    Tanggapan:
    Terus terang saya baru lihat hadis di atas.
    Tapi saya melihat yang jadi masalah utama adalah ketika itu diklaim sebagai firman Allah padahal buatan manusia (Rabi).
    Seingat saya banyak juga hadis yang menunjukkan Rasulullah menghormati agama lain dan mengadopsi hal baik dari luar.
    Misalnya ketika Hijrah pertama ke Ethiopia, Muslim dikirim untuk berlindung ke raja Nasrani (ahlul kitab, belum mengatakan beriman pada Rasul).
    Contoh lain, ketika Rasullah melihat ada orang salaman, lalu
    bertanya ini budaya mana? Lalu ketika Nabi SAW melihat itu kebiasaan bagus diserap menjadi budaya islami.
    Uang Dinar juga berasal dari dinarium Romawi.
    Intinya, jangan melihat dari satu sisi saja.
    Anda mungkin benar tapi belum tentu yang berbeda pendapat dengan Anda pasti salah.

    ReplyDelete
  14. Anonymous EF said... :
    Selain itu juga dilihat, bahwa dibolehkan orang muslim ikut serta dalam perayaan RITUAL umat lain (dalam hal ini memerankan tokoh Yesus).
    Sudah jelas dalil, fatwa MUI maupun hadits, bahwa umat Islam Dilarang mengikuti Ritual agama lain, karena hal ini adalah bentuk pengakuan kebenaran agama tersebut...(apalagi tokoh difilm ini dia ikut memerankan, berarti mendukung peribadatan tersebut.)

    Ada sebuah hadits, yang saya lupa perawinya, isinya pada prinsipnya adalah, Allah melaknat pembuat, penjual, peminum, dan hal-hal yang mendukung agar khamer bisa diproduksi dan dijual. Artinya adalah, kita dilarang mendukung terjadinya sebuah kemaksiatan (dalam film ini mendukung acara RITUAL Non Muslim).

    Tanggapan:
    Dalam pemerintahan Islam (negara Islam), setahu saya kita berkewajiban untuk memberi kebebasan untuk orang beribadah.
    Membiarkan orang mendirikan gereja berarti mendukung orang melakukan ritual di gereja, dan dalam Islam kita tidak dibenarkan mempersulit orang beribadah (kecuali kalau gereja tersebut digunakan sebagai misi kristenisasi - itu beda kasus).

    Pada pertengahan abad ke-9 Khalifah Islam di Spoanyol tidak hanya mengizinkan gereja dibangun tapi juga memberikan izin kaum nasrani untuk ikut pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen.
    Bahkan banyak pemerintahan Islam yang membangun gereja untuk peribadatan
    Itu bentuk penghargaan atas pilihan warga negara.

    Kebebasan ibada beda konteks dengan rokok atau khamar.
    Misalnya merokok, kalau merokok salah sebaiknya kita beri kebebasan merokok atau dipersulit. Tentu saja harus dipersulit bukan?
    Tapi untuk kegiatan agama kita tidak boleh mempersulit.

    Anonymous EF said... :
    Itu menurut saya sebagai muslim, mungkin ada yang tidak bisa menerima.

    Wallahua'lam
    Ef

    Tanggapan:

    Sama-sama, Wallahu a'lam

    ReplyDelete
  15. Anonymous said... :
    April 6, 2011 11:05 PM
    Hanung harusnya belajar Islam lebih dalam.
    Tanggapan: Sepakat, tidak hanya Hanung, saya, Anda dan semua juga harus selalu belajar ISlam lebih dalam.

    Anonymous said... :
    Atau ambil konsultan syariah, setelah itu baru bikin film.
    Tanggapan: Sepakat, lebih baik saran lebih selektif.

    Anonymous said... :
    Selain itu ghirah Islam harus dikedepankan. Kalau ini hanung miliki, insya allah akan lebih bijak dalam membuat film. termasuk beralasan "ini kan kenyataan di masyarakat". Ini alasan klasik. Seharusnya kenyataan ataupun tidak, kalau membahayakan pemikiran/aqidah masyarakat ya jangan dibuat filmnya.
    Tanggapan: Terus terang semangat Islam saya meningkat loh setelah menonton film ini. Ini membangkitkan DENDAM POSITIF dan mengingatkan banyak PR Yang harus kita kerjakan.

    ReplyDelete
  16. Iman said... :
    April 7, 2011 3:44 AM
    Sementara ini saya belum bisa berkomentar. Nanti sehabis nonton film ini akan segera kembali ke sini. Thanks Mas Isa atas rekomendasinya *melipir ke bioskop*

    Tanggapan:
    Thanks, ditunggu komentarnya

    ReplyDelete
  17. Sebelum komen sy dibaca dan dipublis,tolong tenangkan hati terlebih dulu,dan adil lah bahwa ini hanyalah ''pendapat''.
    Saya heran kepada orang yg menjunjung liberalisme itu kebebasan berpendapat tapi tak menghargai pendapat yg mengkritik hanung?? Padahal mereka hanya ''berpendapat'' tentang film hanung yang bisa jadi tak dihiraukan oleh hanung dan masyarakat(anda dan saya). Namun hanung telah ''berpenddapat'' yg katanya auto kritik terhadap ulama dengan cara membuat film yg dikonsumsi oleh kebanyakan rakyat yg belum mengerti, padahal tanpa sadar hanung telah mengajak masyarakat untuk mengkritik ulama yg mau menegakkan hukum islam di film kalung sorban.
    Mengkritik hukum islam sama saja dengan mengkritik pembuat hukum islam (Allah),siapa orang hina yg berani lancang kritik seperti itu??siapa yg rela menjadi pengikut hanung dengan cara setuju dengan karya kritikannya??
    Coba lihat,mana yg dampaknya lebih fatal??
    Sy pun heran terhadap umat islam yg membela hanung mati-matian namun menolak komentar Rasulullah yg berupa hadits shahih yg dibawa periwayat besar.entah stelah ini apakah mereka akan mengkritik dengan ilmu mereka sebuah komentar dari ulama masa kini, KH Cholil Ridwan (Ketua MUI Bid. Budaya)
    soal film terbaru Hanung(''?'') : "Film itu
    menyebarkan paham syirik modern/
    pluralisme agama, mendukung orang
    murtad dari Islam, menyatakan semua
    agama menuju Tuhan yg sama,
    mencampuradukkan antara Tauhid dan
    syirik, antara iman dan kufur, dan
    berlebih2an dlm menggambarkan konflik
    antar agama."

    ReplyDelete
  18. belajarlah, niscaya kita akan makin cerdas

    ReplyDelete
  19. sesungguhnya islam itu indah, tapi umat islam sendiri yang menghalangi keindahannya.

    ReplyDelete
  20. Ulama memang bisa salah,namun hanung tak sepenuhnya benar

    ReplyDelete
  21. Terima kasih atas komentar rekan-rekan semua, semoga makin memperkaya khazanah berpikir kita.

    ReplyDelete
  22. Atau lebih baik tidak nonton film yah...?
    Lebih baik baca buku. Ada banyak buku yang belum saya baca..
    sementara saya masih asyik di depan komp...
    Ada tafsir ibnu katsir, ada sejarah nabi muhammad, ada sohih bukhori, ada sohih muslim...semua lebih bermanfaat kan?

    ReplyDelete
  23. http://www.youtube.com/watch?v=cTimHrATcqA&feature=player_embedded#at=478

    ReplyDelete
  24. m.facebook.com/note.php?note_id=10150149916977344&refid=21

    ReplyDelete
  25. http://www.youtube.com/watch?v=cTimHrATcqA&feature=youtu.be

    ReplyDelete
  26. Maaf, saya sedikit menanggapi lagi,

    Mas Isa mengatakan :
    Tapi saya melihat yang jadi masalah utama adalah ketika itu diklaim sebagai firman Allah padahal buatan manusia (Rabi).
    Seingat saya banyak juga hadis yang menunjukkan Rasulullah menghormati agama lain dan mengadopsi hal baik dari luar.
    Misalnya ketika Hijrah pertama ke Ethiopia, Muslim dikirim untuk berlindung ke raja Nasrani (ahlul kitab, belum mengatakan beriman pada Rasul).

    Tanggapan saya,
    Sebenarnya Taurat itu yang ditangan Umar bin Khotthob adalah buatan Allah. Permasalahan bangsa Yahudi adalah mereka "menyembunyikan" kebenaran sehingga dikatakan dalam surah Al Fatihah, bangsa Yahudi adalah bangsa yang dimurkai Allah.
    Tapi karena syariat untuk bangsa Yahudi sudah selesai, digantikan oleh Islam , maka umat Islam dilarang menggunakan apapun dari kitab suci mereka, karena kitab suci Al Quran adalah kitab yang paling sempurna.

    Memang umat islam dibolehkan "mengadopsi" budaya lain dari bangsa lain (non muslim) selama hal tersebut bukan terkait dengan ibadah ritual (ibadah mahdhoh).

    Mas Isa mengatakan :

    Dalam pemerintahan Islam (negara Islam), setahu saya kita berkewajiban untuk memberi kebebasan untuk orang beribadah.
    Membiarkan orang mendirikan gereja berarti mendukung orang melakukan ritual di gereja, dan dalam Islam kita tidak dibenarkan mempersulit orang beribadah (kecuali kalau gereja tersebut digunakan sebagai misi kristenisasi - itu beda kasus).

    Pada pertengahan abad ke-9 Khalifah Islam di Spoanyol tidak hanya mengizinkan gereja dibangun tapi juga memberikan izin kaum nasrani untuk ikut pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen.

    Tanggapan saya,

    Pemerintah memang harus menjamin kebebasan dan keamanan beribadah, apalagi bila umat lain membayar Jizyah...Wong yang gak bayar jizyah saja dijaga, apalagi yang bayar..hehehe...Namun konteksnya selama umat lain tidak memerangi Islam kita tidak boleh memeranginya.
    Permasalah yang saya maksud tentang umat muslim yang berperan menjadi Yesus, adalah bahwa orang ini ikut dalam perayaan Ritual.
    Sudah jelas kesepakatan Jumhur ulama beserta MUI juga, bahwa umat Islam dilarang mengikuti acara Peribadatan (acara ritual) u mat lain.

    Itu saja tanggapan saya mas.

    Wallahua'lam
    Ef

    ReplyDelete
  27. Na'udzubillah min dzalik ... semoga terlaknat orang yang membuat film ini, yang mengacungi jempol film ini, dan yang menganjurkan orang untuk melihat film bejat ini!!! Amin

    ReplyDelete
  28. Toleransi dalam Islam adalah hal2 yang bersifat keduniaan saja. misal bersama2 kerja bakti dan membangun sarana2 umum lainnya. dalam muamalah atau jual beli. tidak saling mengganggu. bukan mengikuti ritual agama lain dengan dalih toleransi.

    ReplyDelete
  29. Mas Isa Alamsyah yang terhormat.
    Anda adalah suami dari Asma Nadia, seorang pegiat sastra Islam lewat FLP. Setahu saya, FLP selama ini sangat gencar dalam melawan sastra selangkangan.

    Saya baru tahu, ternyata yang ditentang FLP hanya sastra selangkangan. Tapi film yang berisi propaganda pluralisme justru didukung.

    Oh, tragis sekali!

    ReplyDelete
  30. "Apa pendapat Anda tentang seorang wanita yang pindah agama dari Islam ke Katholik karena kecewa dengan suaminya yang alim kemudian memutuskan untuk poligami."

    ===>>> Maaf beribu maaf...
    Saya sering membaca kalimat seperti ini di forum diskusi "Faith Freedom Internasional" yang isinya berisi kebencian dan permusuhan terhadap Islam.

    Ada orang di sana yang mengaku murtad dari Islam gara2 bapaknya yang seorang haji tapi doyan memperkosa anak gadis orang.

    Oh, sungguh tragis!

    Mas Isa, terus terang tulisan Anda di atas membuat pandangan saya terhadap Anda, Asma Nadia dan FLP berubah seratus persen!!!!!

    ReplyDelete
  31. Mengucapkan Selamat Natal saja hukumnya haram. Apalagi memerankan tokoh Yesus di dalam sebuah acara drama?

    Tapi lewat tulisan di atas Anda justru membela tindakan seperti itu?

    Naudzubillahi Min Dzalik!!!!!

    Bertobatlah Mas Isa, juga buat Mbak Asma Nadia.

    Kembalilah ke jalan yang benar.

    ReplyDelete
  32. "Apa pendapat Anda tentang seorang wanita yang pindah agama dari Islam ke Katholik karena kecewa dengan suaminya yang alim kemudian memutuskan untuk poligami."

    Kecewa sama suami, tapi Islam yg disalahkan. Benar2 kaco nih, pikiran orang yg bikin film ? tsb. Lebih kaco lagi krn si penulis blog ini mendukung kekacauan tsb.

    ReplyDelete
  33. Saya sebenarnya sudah tidak mau menanggapi tapi karena ada pihak lain seperti FLP ikut diseret terpaksa saya tanggapi lagi satu per satu.
    Alhamdulillah diskusi berjalan terus

    ReplyDelete
  34. Tentang aktor yang berperan sebagai Yesus, saya ingin bertanya?
    Anthony Queen berperan sebagai Hamzah di film Risalah dan Umar Muchtar di film Lion of the desert. Apakah boleh umat Islam menyaksikan aktor non muslim berperan dalam film Islam?

    Pertanyaan lain?
    Gereja adalah tempat ritual ibadah?
    Yang membangun gereja berarti mendukung ritual ibadah.
    Apakah tukang genteng, tukang pasang ubin, kontraktornya melakukan hal haram karena mendukung terselenggaranya ritual keagamaan?

    Jika berperan yesus dianggap mendukung ritual ibadah dan haram,
    lalu apakah haram juga yang mengatur sound systemnya?
    Apakah haram juga yang membantu aliran listriknya mendukung ritual tersebut?
    Apakah haram juga yang menjahitkan pakaian mereka yang menjalankan ritual tersebut?
    Kalau jawabannya halal, bukankah alur berpikirnya sama?

    Semoga saja bisa direnungkan.

    ReplyDelete
  35. Kalau ada pekerjaan yang lebih baik bagi seorang muslim daripada ikut membangun gereja, maka lebih baik cari pekerjaan lain.

    Tapi jika tidak ada dan kondisinya darurat, bahkan babi pun boleh dimakan.

    Islam tentu saja mengenal kondisi darurat.

    Tapi apakah aktor yang memerankan Yesus tersebut berada pada kondisi darurat?

    "Anthony Queen berperan sebagai Hamzah di film Risalah dan Umar Muchtar di film Lion of the desert."

    Hallowwww???
    Kita sedang bicara tentang aturan hukum bagi umat Islam, bukan bagi umat agama lain. Apakah Anthony Qween seorang muslim? Jika bukan, tak ada gunanya kita bahas di sini, karena tidak relevan dengan pembahasan ini.

    Bung Isa:
    Saya tidak peduli pendapat Anda, karena beda pendapat pasti hal biasa. Saya peduli karena Anda adalah suami Asma Nadia. Pendapat Anda sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap citra FLP.

    Coba renungkan itu!

    ReplyDelete
  36. Anonymous said... : (Kalau bisa masukkan nama jadi jelas jawabnya ke siapa)
    April 7, 2011 4:45 PM
    Mengkritik hukum Allah sama dengan mengkritik Allah, saya sepakat.
    Kita tidak boleh mengkritik hukum Allah, saya sepakat.
    Tapi kita harus mengkritisi penerapan hukum Allah yang tidak sesuai dengan hukum Allah tersebut.
    Saya tidak akan membahas panjang karena contohnya mungkin ada di Perempuan Berkalung Surban tapi saya lupa detailnya (ingat loh tidak semua di perempuan berkalung surban saya sepakat, sama dengan film "3" tidak semua saya sepakat tapi saya rekomen untuk ditonton untuk bahan pemikiran dan renungan).
    Saya sendiri setelah menonton, menyimpulkan bahwa pesan yang disampaikan film ini adalah semua kasus (terorisme/ anarki) terjadi atas nama individu atau oknum.
    Bukankah itu bagus, bahwa akhirnya masalah terorisme ini, di tuduhkan pada individu, anarki juga pada individu bukan umat.
    Saya juga tidak tahu apa yang ada di hati hanung. Saya juga tidak punya kemampuan membaca hati manusia.
    Tapi seingat saya, di film "3"
    tidak ada kalimat "Semua agama sama"
    tidak ada istilah "Murtad itu wajar"
    malah saya melihat Hanung secara halus akhirnya mengungkap keunggulan Islam (Yang Cina akhirnya masuk Islam).
    Bedanya yang Cina masuk Islam karena yakin
    Yang pindah dari Islam karena labil
    Jadi Islam menang di film itu.
    Yang teroris (pasang bom) tidak dibilang siapa tapi yang menolong sudah jelas yang Muslim (banser)

    Kalaupun saya mau berlelah-lelah memberi respon atas tulisan atau film "3" ini, lebih karena saya peduli agar sesama Muslim bisa saling bekerja sama, melihat sisi positif sebuah karya, bukan karena membela "3" atau Hanung.
    Bahkan saya tidak tahu apa Hanung baca tulisan ini atau tidak.

    Sebenaranya kalau ada yang wajib kita hujat, adalah para pengebom yang karena kedangkalan pemahaman agama merusak agenda dakwah yang lebih besar.
    Islam yang mulai merebak di Eropa dan Amerika jadi tiarap semenjak terjadinya aksi bom di mana-mana.

    ReplyDelete
  37. Anonymous said... :
    April 7, 2011 6:03 PM
    belajarlah, niscaya kita akan makin cerdas

    Tanggapan:
    Amin

    ReplyDelete
  38. bwt saya film ini menarik, islam itu toleransi tapi jg tegas dalam perbedaan,

    ReplyDelete
  39. Bang Isa Alamsyah, nampaknya ada pengecut-pengecut yang berseliweran di sini.
    Terlihat dari menyeret-nyeret nama besar FLP dan Asma Nadia, tapi tidak mau menampakkan identitas dan nomor HP-nya (apalagi kontribusinya di lingkungan sekitar).
    Oh ya, aku lumayan panik nih, ada seorang "anonymous" melaknat orang-orang yang merekomendasikan film ini.
    Hahaha... :P

    Admiral Doni

    ReplyDelete
  40. Apa logikanya, menyebut nama Asma Nadia dan FLP disebut pengecut? Kok dihubung2kan dgn kontribusi ke lingkungan segala????

    Anda juga Anonymous, berarti pengecut juga dong?

    ReplyDelete
  41. Assalamualaikum, pak Isa yang terhormat. terus terang sy sgt suka tulisan2 bapak. membangun sekali..trimaksih.

    TAPI, untuk yg 1 ini sy *TIDAK SETUJU*

    bapak yg terhormat, Islam memang menjunjung toleransi beragama, ya artinya kita tdk akan menggangu peribadatan agama lain, dan berperilaku baik pada mereka.

    TAPI TOLERANSI ISLAM DIBATASI OLEH *IMAN*
    yg orang Islam Imani adalah Allah SWT dan Rasulnya bukan yang lain.

    jd kalau di film ini ada kutipan pendapat "Kita berjalan ke tujuan yg sama"..jelas itu bentuk dr pnanaman paham pluralisme..
    dimana skg pemurtadan dirasa sulit dilakukan, jd "kaum2" kafir diluar sana memilih untuk melakukan penanaman paham liberal (pluralisme). tujuannya > BIARLAH STATUS NYA ISLAM, TAPI AKIDAHNYA YG KITA BELOKKAN

    TUHAN ITU 1 ALLAH SWT, dan IA pun telah menetapkan cara-cara untuk beribadah padanya :).

    yg KITA tuju jelas berbeda...tidak ada agama yg sama, dan memang Allah hanya menurunkan 1 agama yaitu Islam, jika ada diluar itu berarti buatan manusia.

    Mohon perhatian bapak, notes bapak dibaca ribuan orang loh, efek yg akan timbul dan pertanggungjawabannya kelak di tangan bapak juga tentunya.

    Wassalamualaikum Wr.Wb.
    With Love

    EKD

    ReplyDelete
  42. tidak semua orang yg menonton bisa menilai cerdas seperti pak isa,.. parahnya klo habis nonton kmd menilai tidak cerdas

    ReplyDelete
  43. semua orang boleh mengeluarkan pendapat tapi bolehlah juga untuk menerima pendapat orang lain. tidak semua pemikiran orang itu sama dan tidak semua pandangan orang itu sama. ada orang yg melihat dari 1 sisi,2 sisi,3 sisi bahkan 4 sisi skaligus. jadi,
    yang mau nonton film ini ya monggo
    yang gak juga tidak ada yang melarang
    yang paling penting semua saling menghargai
    kalau yang saya tangkap dari film ini bukan menyuruh pindah agama atau menjelek-jelekkan agama ato apapunlah.. tapi menyuruh kita saling menghormati.. negara kita sedang butuh itu TOLERANSI
    karena negara kita sudah memutuskan ada 5 agama yang di akui.

    ReplyDelete
  44. saya sangat suka dengan tulisan Asma Nadia, kadang saya kutip buat status fb sy hehe.. tapi untuk kali ini sy tidak setuju dengan suaminya... setahu sy (sy yg bodoh), orang yang beriman pasti punya izzah, pasti tdk akan mengambil pekerjaan seperti itu kecuali dalam keadaan darurat, apakah aktor yg memerankan yesus dlm keadaan darurat (mencari nafkah?)........ dan betul kata komentar yg diatas "tidak semua orang yg menonton bisa menilai cerdas seperti pak isa,.. parahnya klo habis nonton kemudian menilai tidak cerdas" maaf komentar nya gak mutu :-)

    ReplyDelete
  45. Pak Isa Alamsyah menulis:
    "Pertanyaan lain?
    Gereja adalah tempat ritual ibadah?
    Yang membangun gereja berarti mendukung ritual ibadah.
    Apakah tukang genteng, tukang pasang ubin, kontraktornya melakukan hal haram karena mendukung terselenggaranya ritual keagamaan?

    Jika berperan yesus dianggap mendukung ritual ibadah dan haram,
    lalu apakah haram juga yang mengatur sound systemnya?
    Apakah haram juga yang membantu aliran listriknya mendukung ritual tersebut?
    Apakah haram juga yang menjahitkan pakaian mereka yang menjalankan ritual tersebut?
    Kalau jawabannya halal, bukankah alur berpikirnya sama?"

    --------------------

    Penasaran dengan jawabannya, ternyata mendapat artikel ini di Internet: http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/bolehkah-menerima-proyek-bangun-gereja.htm

    Sedikit kesimpulan:

    1. Yang diperbolehkan: Mereka yang bekerja tidak terkait dengan benda-benda atau segala sesuatu yang menjadi bagian dari ritual ibadah mereka.

    2. Yang tidak diperbolehkan: Mereka yang bekerja terkait dengan pengadaan benda-benda atau segala sesuatu yang menjadi bagian dari ritual ibadah mereka.

    Semoga berkenan.

    ReplyDelete
  46. Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.

    ReplyDelete
  47. Saya mau tertawa bahkan tertawa tak berhenti :) setelah membaca komentar-komentar kocak para pembaca tulisan Mr. Alamsyah and Partner.

    Banyak sekali hal-hal yang menunjukkan kelemahan dari masing-masing pengomentar. Misalnya,
    1. Ketika ada seseorang misal "z" yang menyebutkan bahwa film "A" itu mengandung unsur "b" gara-gara saya melihat web "C".
    # Pertanyaannya : Kenapa kalian tidak membuktikannya secara langsung, tapi mendengarkan kata-kata yang belum tentu benar dari sumber internet? Seperti kata penulis, kita harus buktikan dengan menontonnya terlebih dahulu. Anggap saja film itu adalah film kartun dan ambil manfaatnya. Apabila anda berpikir bahwa itu tidak bermanfaat, tidak usah ditonton lagi. :)

    2. Ketika ada seseorang misal "z" yang menyebutkan bahwa film "A" penuh dengan unsur "b", namun "z" tetap memperlihatkan ke"b"annya itu.
    # Kalau bingung, tolong dibaca poinnya beberapa kali.

    Kritik saya :
    Apakah kalian memang ada rasa kepedulian terhadap sesama agama?
    Apakah kalian benar-benar "mengerti"? atau hanya ikut-ikutan kata "x" kata "y"?
    Apakah kalian tahu bahwa ketidaktahuan akan menyulitkan kebaikan orang lain untuk bisa berkembang?

    Saran saya :
    Cobalah untuk memberikan kritik yang bijaksana, tidak memberikan rasa marah, dendam, kesal, gusar kepada para pembacanya.
    Cobalah untuk bersikap lebih membuktikan apa yang sebenarnya terjadi, pakailah lebih banyak akal, pikiran dan logika sebelum memulai sebuah pernyataan, jangan terlalu mengandalkan kepercayaan terhadap seseorang yang ternama, seperti Mr. Google atau siapapun juga, buatlah dasar dari dirimu sendiri.

    Maaf jika kritik balado saya pedas sekali, karena saya tahu bahwa saya masih harus banyak belajar dan bertoleransi.
    PS : saya meminta banyak sekali kritik untuk tulisan saya ini. Semoga kritiknya benar-benar kritik. :)

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon