Bodyguards and Assasins: 1 Jam yang Paling Bermakna

Bodyguards and Assasins: 1 Jam yang Paling Bermakna



Oleh Isa Alamsyah; wartawan dan penulis

Apa yang Anda bisa lakukan dalam 1 jam?

Bagaimana 1 jam Anda bisa bermakna?

Jika menonton film Hong Kong berjudul "Bodyguards and Assasins" yang dibintangi oleh Donnie Yen, Anda akan takjub melihat apa yang bisa terjadi dalam 1 jam.

Film yang diangkat dari kisah nyata ini, menggambarkan tentang 1 jam kunjungan Dr. Sun Yat Sen (pendiri Cina republik) ke Hong Kong untuk melakukan rapat kordinasi mengatur gerakan kemerdekaan Cina. Merdeka dari penjajahan Eropa dan merdeka dari sistem monarki yang menindas.

Film fantastis ini diangkat dari kisah nyata!

Selama satu jam kunjungan terpenting tersebut, ratusan tentara dan pembunuh bayaran sudah disiapkan membunuh Dr. Sun Yat Sen dan hanya belasan orang amatir yang melindungi.

Tugas utama para bodyguard hanya satu, memastikan Dr. Sun Yat Sen selamat dan rapat tersebut bisa berjalan selama 1 jam tanpa gangguan.
Hanya 1 jam saja, tetapi merupakan satu jam terpenting dalam sejarah Cina modern, dan akan berpengaruh terhadap seluruh sejarah Cina dan sejarah dunia.

Dalam satu jam tersebut,
tukang becak menjadi pahlawan,
penjual tahu menjadi pahlawan,
seorang penjudi jadi pahlawan, karena ingin dikenang sebagai orang baik oleh anak perempuannya,
pengemis menjadi pahlawan,
semua terjadi dalam satu jam.


Hasil pertemuan satu jam tersebut merupakan cikal bakal kebebasan Cina dari penjajah.
Satu jam tersebut pada akhirnya membuat 400 juta rakyat Cina bebas dari penjajahan.

Saya berani katakan, film ini terlalu berharga untuk dilewati.
Sempatkan waktu untuk menyaksikannya di bioskop
(iklan nih? Di bayar berapa? Ha ha ha, saya rela beriklan untuk sesuatu yang baik sekalipun tidak dibayar)
Pembelajaran sejarah dan kehidupan yang disajikan dalam fim epik ini sangat apik, dramatis dan menegangkan.

Kisah sukses orang-orang besar juga selalu diawali dengan satu jam, satu menit atau bahkan 1 detik terpenting dalam hidup mereka.

Satu jam terpenting untuk JK Rowling mungkin ketika ia naik kereta selama 4 jam, dan dalam perjalanan terbesit membuat cerita tentang anak yang mempunyai ilmu sihir. Lalu ia menghasilkan Harry Potter yang membuatnya menjadi lebih kaya dari ratu Inggris.

Satu jam terpenting bagi Bill Gates mungkin ketika ia berhasil membuat deal menjual software untuk IBM dalam sebuah pertemuan.

Satu jam terpenting dalam hidup Henry Ford mungkin ketika pertama kali ia melihat kereta. Setelah kejadian itu ia sangat obsesi untuk menciptakan mobil. Kendaran pribadi tanpa kuda.

Satu jam terpenting dalam hidup Isaac Newton mungkin ketika ia melihat apel jatuh dan menemukan teori gravitasi.

Sekarang kembali pertanyaan pada kita?
Adakah satu jam yang sangat berharga dalam hidup kita?
Yang bisa mengubah masa depan kita.
Jika belum ada, buat satu jam terbaik dalam hidup Anda! Temukan!
Ciptakan satu jam yang bisa mempengaruhi hidup Anda selamanya.

Semakin banyak Anda mengisi waktu dengan semakin banyak kegiatan berharga, semakin besar kemungkinan Anda menciptakan 1 jam terbaik dalam hidup Anda, keluarga, atau dalam hidup umat manusia.

Semoga, membaca artikel ini menjadi salah satu menit terbaik, dalam satu jam terbaik, yang bisa memberikan ide perubahan pada hidup Anda.
Amin.

Sportivasi: Film tema olahraga untuk motivasi kehidupan

Sportivasi: Film tema olahraga untuk motivasi kehidupan

Sportivasi: Film tema olahraga untuk motivasi kehidupan
Isa Alamsyah
Salah satu cara untuk membangkitkan semangat atlet adalah sering menonton film bertemakan olah raga.
Jenis olah raga yang ada dalam film tidak harus berhubungan dengan olah raga yang kita geluti karena hampir setiap semua olah raga mempunyai nilai yang sama di antaranya:
1. Serendah apapun kita diremehkan, kita tetap punya kemungkinan menang.
2. Kerja keras dan latihan sangat penting tapi lebih penting adalah mental juara-mental pemenang.
3. Selama masih ada waktu, masih ada harapan untuk menang.
4. Menang memang menyenangkan tapi kalah juga pasti kita alami. Karena pilihannya cuma menang atau kalah.
Yang penting kalau kalah, selalu berusaha kalah yang lebih tipis atau kalah yang lebih terhormat.
Dengan nilai-nilai di atas kita juga bisa belajar kehidupan dan kesuksesan dari film bertemakan olah raga.
Agar film olah raga bernilai motivasi, setelah menonton film bertemakan olah raga, tanya pada diri sendiri,
apa pelajaran yang bisa diambil dari film ini untuk kehidupan.
Di bawah ini adalah film-film tema olah raga yang inspiring yang saya pernah tonton.
Artinya kalau saya rekomendasikan, insya Allah Anda tidak kecewa menyaksikannya, jadi Anda gak perlu buang waktu menonton film tidak bermutu.
(Urutan disusun berdasarkan ingatan yang muncul di kepala, bukan dari kualitas film ya).
1. Muhammad Ali (Film Dokumenter)
Ini mungkin satu dari sedikit film dokumentar yang menghibur, lucu dan sangat inspiring.
Melihat film ini membuat kita merasa pencapaian kita dan kepercayaan diri kita tidak ada apa-apanya dibanding
Muhammad Ali. Bahkan menurut saya film diokumenter ini lebih menarik daripada film "Ali" yang dibintangi Will Smith.
Padahal film yang dibintangi Will Smith saja sudah bagus tapi melihat dokumentary Muhammad Ali
akan membuat Anda terkesima. Awalnya saya mau sewa "Ali" versi Will Smith tapi salah ambil, dan ternyata ini jauh lebih baik.
Rekomendasi: Wajib nonton, kalau perlu dengan anak-anak. Sangat lucu, dan sangat inspiring.

2. Rocky (1976) - His whole life was a million-to-one shot - Sylvester Stallone
Film tentang petinju juara dunia yang membuka peluang bagi petinju amatir yang berani menantangnya.
Film ini sangat sukses sehingga dibuat sekuel beberapa kali (favorit saya Rocky pertama)
Film Rocky termasuk film tema olah raga tersukses dalam sejarah.
Rekomendasi: Inspiring (Rocky is far more than an inspirational tale about the power of the human spirit and the rise of the underdog. It is also a sensitive and powerful study of modesty).


3. Mystery, Alaska (1999) Russell CroweTentang pemain ice hockey di Alaska yang sangat cinta Hockey tiba-tiba didatangi tim New York yang legendaris.
Rekomendasi: Inspiring, penceritaan tidak klise, lucu juga

4. The Longest Yard (Adam Sandler)
Tentang pemain American Footlball yang terkenal tiba-tiba harus masuk penjara karena pacarnya.
Di penjara ia harus melatih narapidana olah raga tersebut untuk melawan sipir penjara.
Rekomendasi: Lucu banget, inspiring, wajar
5. Cinderella Man (2005) Boxing - Russell Crowe
One man’s extraordinary fight to save the family he loved
Rekomendasi: Inspiring, menyentuh
6. Invictus (Matt Damon dan Morgan Freeman)
Tentang klub Rugby Africa Selatan yang mulai menggabungkan kulit hitam dalam grup kulit putih
Rekomendasi: Sangat inspiring, menyentuh
7. Karate Kid The Karate Kid (2010)
Dibintangi Jaden Smith (anak Will Smith) dan Jackie Chan
Rekomendasi: Lucu dan inspiring
(saya lebih suka versi terbaru ini daripada Karate Kid versi lama yang terlihat usang kalau ditonton sekarang)
8. Remember The Titans (2000) American football - History is written by the winners
Dibintangi oleh Denzel Washington
Tentang football di masa masih ada diskriminasi terhadap kulit hitam
Rekomendasi: Inspiring
9. Million Dollar Baby (2004) Boxing - It’s the magic of risking everything for a dream that nobody sees but you
Sutradara: Clint Eastwood, Cast: Clint Eastwood, Hilary Swank, Morgan Freeman,
Rekomendasi: Inspiring, menyentuh banget
10. Invincible (2006) - Mark Wahlberg
Rekomendasi: Inspiring (diproduksi oleh Disney)
11. Leatherheads (2008) - George Clooney
Rekomendasi: Lucu konyol (ini film yang disutradarai George Clooney).
12. The Blind Side (2009) - Sandra Bullock (Actor), Tim McGraw (Actor), John Lee Hancock (Director)
13. Garuda di dadaku (Indonesia)
14. King (Indonesia)
Selain itu ada juga film sport yang juga inspiring (menurut berbagai resensi) dan akan jadi daftar buruan saya juga karena belum sempat nonton. Kalau sudah ada yang nonton tolong komentarnya ya.
1. Any Given Sunday (1999) American football
Director: Oliver Stone Cast: Al Pacino, Cameron Diaz, Dennis Quaid, James Woods, Jamie Foxx, LL Cool J
2. A League Of Their Own (1992) Baseball - To achieve the incredible you have to attempt the impossible
Director: Penny Marshall Cast: Tom Hanks, Geena Davis, Madonna, Lori Petty, Jon Lovitz, David Strathairn
3. Raging Bull (1980) Boxing - I’m da boss, I’m da boss, I’m da boss, I’m da boss, I’m da boss...
Director: Martin Scorsese, Cast: Robert De Niro,
4. We Are Marshall (Widescreen Edition) (2006) - Matthew McConaughey (Actor), Matthew Fox (Actor),
5. Against the Ropes (Widescreen Edition) (2004) - Meg Ryan (Actor), Charles S. Dutton (Director)
6. Seabiscuit (Widescreen Edition) (2003) - Berkuda - Tobey Maguire (Actor), Jeff Bridges (Actor)
7. Hoosiers (Two-Disc Blu-ray/DVD Combo) (1986)- Gene Hackman (Actor), Dennis Hopper (Actor)
8. Gridiron Gang (Widescreen Edition) (2006) - Dwayne Johnson (Actor)
9. Radio (2003) - Cuba Gooding Jr. (Actor), Ed Harris (Actor), Michael Tollin (Director)
10. Rudy (Special Edition) (1993) - Sean Astin (Actor), Jon Favreau (Actor), David Anspaugh (Director)
11. Prefontaine (1997) Lari - Jared Leto (Actor), R. Lee Ermey (Actor), Steve James (Director)
12. Chariots of Fire (1981) Athletics - Two men chasing dreams of glory Director: Hugh Hudson
13. National Velvet (1944) Racing - MGM’s great technicolour heart drama - Director: Clarence Brown
Cast: Mickey Rooney, Donald Crisp, Elizabeth Taylor, Anne Revere, Angela Lansbury, Jackie Butch Jenkins
14. Brian's Song
Bagaimana kalau susah mendapatkan film ini?Ada beberapa alternatif.
Bisa cari di peminjaman VCD atau DVD atau
bisa nonton online, cari yang gratis. Coba klick di google misalnya "watch online Judul film"
biasanya sudah ada yang mengupload film2 tersebut.
Selamat menyaksikan, semoga terhibur dan terinspirasi.
Parentivasi: Revolusi Pendidikan (jilid 1)

Parentivasi: Revolusi Pendidikan (jilid 1)Isa Alamsyah

Entah kenapa saya merasa harus mengungkapkan kejengkelan saya terhadap materi pendidikan di Indonesia,

bahkan di dunia, karena kita jadi terpaksa ikut menyesuaikannya.

Pendidikan nampaknya harus direvolusi.

Betapa anak-anak menderita stres dengan pelajaran yang di masa depan mungkin tidak bermanfaat sama sekali.

Mereka kadang diangggap bodoh, kurang berpendidikan hanya karena gagal di sekolah.

Semua terjadi karena sekolah menjadi indikator pendidikan,

padahal di sekolah banyak pelajaran yang tidak penting yang dipaksakan untuk dipelajari.

Seharusnya pendidikan tidak selalu identik dengan sekolah,

dan idealnya sekolah bukan satu-satunya yang berhak menilai kadar terdidik atau tidaknya seseorang.

Ilmu dibagi menjadi dua, ilmu murni dan ilmu terapan.

Ilmu murni berarti ilmu untuk ilmu itu sendiri, jadi manfaatnya nanti dulu,

sedangkan ilmu terapan berarti mencakup manfaat ilmu untuk kehidupan.

Karena ada dua sifat tersebut maka dalam pendidikan juga harus dibagi menjadi dua,

ilmu murni karena tidak langsung bermanfaat maka sifatnya bagi siswa HANYA SEKEDAR TAHU.

Jadi tugasnya hanya untuk MEMANCING MINAT untuk ke tingkat yang lebih tinggi.

Karena itu ilmu ini tidak boleh dibebankan ke dalam test.

Kalau ada yang berminat baru ikut penjurusan.

Sedangkan ilmu terapan harus difahami dipraktekkan dan menjadi bekal kehidupan.

Contohnya sederhana.

Ada anak Indonesia, yang berbicara dengan bahasa Indonesia, bermain dengan bahasa Indonesia,

tetapi tidak lulus pelajaran Bahasa Indonesia. Itu aneh, karena esensi bahasa adalah komunikasi.

Bagaimana mungkin kita tidak lulus bahasa Indonesia cuma karena tidak mengerti konsep SPOK, SP, kalimat majemuk, KV, KVK, KKVK, dll, padahal sehari-hari kita berbicara bahasa Indonesia.

Yang bodoh siapa?

Si anak yang lancar berbahasa bahasa Indonesia tapi tidak tahu konsep anak kalimat, kalimat majemuk, dll,

tapi tahu cara memakainya dengan benar,

atau penilai yang mementingkan teori anak kalimat, kalimat majemuk bertingkat dsb, yang bahkan tidak peduli anak-anak tersebut hidup dengan bahasa tersebut dan berkomunikasi dengan bahasa tersebut.

Ini sama saja dengan tidak memberi sertifikat renang pada ikan hiu karena ikan hiu tersebut gagal menjelaskan gaya renang apa yang dipakainya.

Menurut saya, pengetahuan SPOK, kalimat majemuk, dan teori bahasa hanya ditempatkan sebagai ilmu yang perlu diketahui tapi tidak boleh masuk dalam test.

Kalau siswa tidak suka ya sudah jangan dipaksakan, toh tidak terlalu bermanfaat dalam kehidupan.

Lucunya ada anak yang bunuh diri akibat UAN bahasa Indonesianya hancur. Padahal ia menulis surat bunuh diri dalam bahasa Indonesia. Tragis.

Apa yang penting dalam bahasa?

Anak perlu diajar kemampuan menulis.

Kemampuan menyampaikan ide secara tulisan.

Itu yang penting, dan banyak penulis handal yang tidak ngerti SPOK tapi jadi penulis sukses.

Parahnya di daerah anak-anak dibebankan lagi bahasa daerah, please deh.

Cukup bahasa persatuan dan bahasa Internasional.

Coba lihat pelajaran biologi.

Ada SD diajar tentang organ kodok, jenis jaringan tumbuhan, dsb.

Tapi lulus SD mereka tidak mengerti banyak hal yang bermanfaat untuk kehidupan misalnya, survivor (tahu mana pohon yang beracun mana yang tidak kalau terdampar), tahu bagaimana mengatasi gas beracun, P3K.

Mereka tidak tahu betapa bahayanya rokok, bagaimana menghindari narkoba, apa ciri-ciri narkoba,

bagaimana mengatasi demam berdarah, bagaimana penanggulangan dini kalau ada korban luka bakar.

Ini justru penting bagi kehidupan.

Mereka tidak mengerti bagaimana memasak beras agar tidak terbuang vitamin B nya

Mereka tidak tahu kalau susu jangan dicampur air panas karena kalsiumnya rusak, dll.

Yang justru penting untuk kehidupan tapi tidak diajarkan.

Kalau masalah kodok, tikus dan sebagainya hanya untuk memancing minat yang proporsinya hanya sekedar memancing minat saja bukan membebani.

Sedangkan yang bermanfaat untuk kehidupan harus dikuasai.

Anak anak juga diajar tentang planet. Mereka tahu jumlah planet, nama planet dan ukuran planet.

Tapi mereka tidak diberi pelajaran tentang global warming, cinta lingkungan, dll yang justru berkaitan dengan kehidupan. Mereka juga tidak ada pelajaran persiapan bencana tsunami dan gempa dalam kurikulum.

Justru ilmu yang penting ini diberikan oleh pengajar tamu dari PBB (United Nation) dan NGO internasional yang tentu saja tidak menyentuh semua siswa dan bersifat berkala saja.

Tapi urusan planet di tata surya yang kita tidak tahun tahun berapa akan bermanfaat, semua siswa wajib menghapal.

Kalau sekedar minat, ya ajak nonton bareng film tata surya, mereka yang berminat akan memutuskan ke jenjang antariksa.

Kita mungkin butuh beberapa ratus ahli antariksawan, mungkin beberapa ribu,

tapi tidak perlu puluhan juta anak harus menguasainya bukan?

Kalaupun ada yang perlu diketahui dari antariksa adalah justru kemampuan menentukan arah kompas, ini malah tidak diajarkan (tidak didalami). Masih banayak anak tidak tahu mana utara, selatang, tenggara, dsb.

Intinya, kita cuma butuh beberapa ribu ahli fisika.

Kita cuma butuh beberapa ribu ahli linguistik

Cuma butuh beberapa ahli biologi, dll.

Tetapi kenapa ratusan juta anak wajib mempelajarinya, dan stress karenanya.

Kalau orientasi kita rubah dengan pelajaran yang faktual, actual dan selektif,

sedangkan bangsa lain masih terbelenggu dengan pendidikan simbolis dan konvensional,

maka kita akan menyusul bangsa lain.

Kita perlu mendefinisikan ulang materi pelajaran.

MANA YANG CUMA SEKEDAR PENGETAHUAN dan MANA YANG HARUS DIKUASAI.

Memang untuk beberapa anak yang mau melanjutkan ke LN jadi susah.

Ya sudah di drill saja 6 bulan menjelang ke sana kekejar koq!

Kepada anak-anak saya tidak memaksa mereka belajar.

Yang penting mereka berkarya.

Apalagi dengan adalnya UAN.

6 tahun mati-matian akan sia-sia hanya dengan kegagalan test 3 hari. Sialnya pas test jatuh sakit.

Lebih baik 5 1/2 tahun bahagia, 1/2 tahun siapkan UAN mati-matian.

Seharusnya penjurusan di mulai di SMP saja, jangan di SMA nanti terlalu banyak hal yang tidak penting dipelajari lagi.

Jadi anak lulus SMA sudah produktif.

Dan penjurusan jangan sekedar Fisika, Biologi dan sosial.

Kini harus di tambah Teknologi Informasi.

Buat praktisi IT sebanyak-banyaknya karena segala hal bisa dipermudah dengan IT.

Korupsi biaya tinggi, penyelewengan pajak, pengajaran online, dll bisa dibantu IT.

Jika IT maju pemilu tidak perlu sensus, kartu baru dsb. Cukup KTP Smart yang mempunyai data digital.

Banyak orang saat ini bekerja dengan membuang katakanlah 80 - 90% pelajaran yang tidak ada manfaatnya.

Siilahkan hitung sendiri.

Apakah pelajaran PSPB, IPBA, Sastra, dll sangat berpengaruh dengan pekerjaan Anda sekarang.

Coba ingat ingat semua pelajaran kita, mana yang bermanfaat?

Saya mendidik anak-anak lebih pada orientasi ilmu bermanfaat dan karya.

Salsa dan Adam anak saya yang SD sudah bisa photo shop.

Saya bilang ke mereka. Dengan satu keahlian ini saja kamu sudah bisa menghasilkan uang puluhan juta per bulan,

separti om ini, ini, dan ini saya menyebutkan nama desiner grafis yang mereka kenal..

Salsa sudah menulis 5 buku, Adam menulis 2 buku.

Saya bilang ke mereka, dengan kemampuan ini saja, kamu bisa berpenghasilan puluhan juta per bulan,

seperti ini, ini, dan ini... nama-nama penulis.

Salsa dan Adam kini suka internet. Saya bilang, kalau kamu dalami internet kamu bisa jadi orang terkaya di dunia.

Mereka juga mendalami, olah raga dan musik.

Kalau Salsa atau Adam pulang dengan nilai ujian jelak atau bagus.

Maka saya check kesalahannya.

Kadang saya bilang "Ini pertanyaan penting, kamu harus tahu jawabannya"

Kadang saya bilang "Wah kalau soal ini gak apa salah, nanti juga gak kepakai dalam kehidupan.

Ayah udah puluhan tahun hidup gak pernah pakai pengetahuan ini (saat itu soalnya tentang kota ini lintang berapa derajat bla..bla..bla) saya bilang gak usah hapalin lintang derajat begini, cari yang lebih bermanfaat.

Mungkin saya seperti orang tua ngaco, ya kan?

Tapi itu cara saya mendidik anak untuk menseleksi ilmu.

Saya gak mau anak-anak stres untuk pengetahuan yang menurut saya tidak penting.

Tapi saya juga menantang mereka belajar efektif. Dengan waktu belajar sedikit tapi hasilnya memuaskan.

Kita kembangkan beberapa metode, intinya tangkap semua pelajaran di sekolah, perhatikan, tidak tahu tanya, lalu ulang dirumah, presentasi, dsb.

Alhamdulillah Salsa dan Adam sejauh ini selalu mendapat ranking atas sekalipun belajar banyak hal lain di luar sekolah.

Ya sudah, entah kenapa saya lagi marah dengan pendidikan yang membebankan banyak ilmu yang tidak bermanfaat.

Just an idea (Tulisan ini ada di notes saya sejak Oktober 2010 lalu)

Tapi saya akan melakukan riset dan gerakan serius untuk merevolusi pendidikan!

Just wait and see.

Bayangkan kita mau ke medan perang.

Ada dua kelompok orang yang mau direkrut.

Satu ilmuwan yang tahu berbagai nama senapan, tahu jarak tembak senapan tahu bahan baku senapan,

mereka hapal senapan tersebut ditemukan oleh siapa, tahun berapa, dll.

Tapi dia tidak bisa menembak, tidak bisa menggunakan senjata.

Kelompok kedua adalah kelompok pemuda. Mereka tidak tahu siapa pembuat senapan, tidak tahu tahun berapa dibuatnya.

Mereka tidak bisa menjabarkan alasan kenapa peluru bisa meluncur.

Tapi mereka tahu bagaimana menembak, merakit senapan, merawat dan menggunakannya.

Kira-kira kelompok mana yang kita bawa ikut perang?

Nah generasi kita ke depan menghadapi banyak medan petempuran di bidang ekonomi, teknologi, informasi, dll,

kalau mereka dicekoki sesuatu yang tidak bermanfaat di masa depan, bisa jadi kita akan kalah perang.

Bagaimana menurut Anda?

Anatole France:

The whole art of teaching is only the art of awakening the natural curiosity of young minds for the purpose of satisfying it afterwards

Johann Wolfgang von Goethe: Correction does much, but encouragement does more.

John Dewey:

The aim of education is to enable individuals to continue their education ... (and) the object and reward of learning is continued capacity for growth. Now this idea cannot be applied to all the members of a society except where intercourse of man with man is mutual, and except where there is adequate provision for the reconstruction of social habits and institutions by means of wide stimulation arising from equitably distributed interests. And this means a democratic society.

Robert Fulghum: All I really need to know ... I learned in kindergarten.

St. Francis Xavier:

Give me the children until they are seven and anyone may have them afterward.

Roger Lewin:

Too often we give our children answers to remember rather than problems to solve.