Anak Menulis Bukan Sekedar Bakat


Isa Alamsyah

Ketiika Abdurrahman Faiz menerbitkan buku banyak yang bilang,

tentu saja Faiz bisa punya buku karena dia anaknya Helvy Tiana Rosa, penulis senior.

Ketika sepupu Faiz, Putri Salsa dan Adam Putra Frdaus menulis buku sendiri, orang juga bilang,

tentu saja Salsa bisa menulis Ibunya Asma Nadia penulis best seller.

Kalau memang mereka berdua menulis karena ibunya penulis,

lalu bagaimana Helvy dan Asma Nadia, kakak beradik bisa menulis,

padahal ayah dan bunda mereka bukan penulis.

Ternyata setelah ditelusuri bukan bakat yang membuat mereka menulis,

tapi lingkungan dan atmosfer lah yang membuat mereka menulis.

Asma Nadia mulai menulis karena terus disemangati oleh Helvy untuk menulis, bukan karena bakat.

Cerpen pertama Asma bahkan jadi lelucon bagi seniornya di teater,

dan buku pertamanya baru terbit setelah ia berusia 27 tahun.

Fakta ini cukup menunjukkan bakat menulis Asma dahulu tidak menonjol.

Helvy juga menyemangati anaknya Faiz untuk menulis.

Setelah Faiz punya buku,

Putri Salsa semangat menulis karena tertantang melihat sepupunya punya buku.

Ia panas setelah menghadiri launching buku Faiz.

Adam yang awalnya dikira cuma suka bola dan olahraga juga tidak mau ketinggalan. Ia juga menulis.

Adam makin semakin membara untuk menulis setelah menghadiri launching buku lain.

Baik Helvy atau Asma keduanya bekerja cukup keras untuk mencetak anak-anak mereka menjadi penulis,

dengan selalu melibatkan pada banyak kegiatan penulis cilik.

Artinya bukan bakat yang membuat mereka menghasilkan buku, tapi semangat dan kerja keras.

Menulis adalah keahlian, dan setiap keahlian bisa dikuasai dengan latihan.

Masih tidak percaya menjadi penulis tidak perlu bakat?

Saya perkenalkan Raihana Abida (11 tahun) penulis buku "My Lovely Roomies"

yang diterbitkan oleh AsmaNadia Publishing House di seri "Kecil-Kecil Jadi Penulis"

Ayah dan Ibu Raihana bukan penulis. Di keluarganya pun tidak ada penulis.

Lalu bagaimana bukunya bisa diterbitkan? Karena ayah ibunya memberi lingkungan yang mendukung.

Ketika kedua orangtuanya melihat tulisan anaknya bagus, mereka mencari penerbit,

salah satunya Asma Nadia Publishing.Kebetulan Asma Nadia mencari karya anak dan melihat tulisan ini bagus karena memenuhi kriteria.

Pada buku karya Raihana ada pesan moral, seru (ada konflik), dan deskripsi menarik.

Asma Nadia sangat ketat menyeleksi buku anak terbitannya,

sehingga kalau sudah memilih satu karya anak diterbitkan,

bisa dipastikan kualitasnya di atas rata-rata penulis anak-anak kebanyakan.

Maklum penerbitan kecil, lebih baik tidak menerbitkan buku daripada buku yang tidak bermutu, begitu prinsipnya.

Kini terbukti, buku Raihana yang mempunyai pesan moral kepedulian sosial ini,

bahkan ada lembaga pendidikan yang merencanakan untuk menjadikan buku ini sebagai bagian dari kurikulum.

Dalam waktu dekat AsmaNadia Publishing House juga akan menerbitkan buku pengarang cilik lain

bernama Diandra. Diandra adalah peserta workshop Menulis Asma Nadia "Fun Writting for Children".

Ayah dan bunda Diandra juga bukan penulis, tapi sangat mendukung.

Insya Allah karya Diandra juga akan segera terbit.

Jadi lingkungan dan dukungan keluarga jauh lebih penting dari sekedar bakat.

Jika ingin mengembangkan kemampuan menulis anak, ajak anak datang ke launching buku anak,

beli buku anak yang ditulis anak dan pilih yang bermutu.

Insya Allah anak jadi semnagat menulis.

Bangkitkan rasa "Kalau mereka bisa kenapa saya tidak bisa".

Masih tidak percaya menjadi penulis tidak perlu bakat?

Silahkan lihat di buku NO Excuse!

Dibuku ini terlihat jelas, banyak sekali bukti orang yang dianggap tidak berbakat di satu bidang,

ternyata setelah menggeluti bidang tersebut dengan dedikasi,

ternyata menjadi sangat unggul dibidang yang dulu dianggap tidak berbakat tersebut.

Di buku No Excuse juga akan kita temukan,

banyak sekali orang yang berbakat mereka mencapai puncak karena selalu mengasah kemampuannya,

bukan karena bakatnya.

0 Comments

Post a Comment