Pesawat Made in China

Pesawat Made in China
Isa Alamsyah

Apa alasan Anda membeli produk Cina?
Murah! Ya, itu jawaban yang paling banyak kita temukan.
Bagaimana dengan kualitas?
Sekalipun mulai banyak produk Cina yang berkualitas,
tapi bagaimanapun juga, harga rendah adalah kekuatan utamanya.
Jadi asalkan harga rendah, kualitas kurang konsumen bisa memaklumi.

Kalau kita beli HP merk Cina buatan resikonya kresek-kresek atau hang, tapi harganya bisa setengah harga bahkan bisa seperempat harga HP merk umum non merk Cina. Sekalipun merk umum dibuat di Cina juga tapi dengan standar perusahaan negara maju, kualitas HP-nya beda.

Kalau kita beli VCD resikonya macet.
Kalau beli radio, resikonya sember.
Kata orang harga gak bisa dibohongin.
Setengah harga, jangan harap kualitas sama.

Tapi ketika beli mobil Cina orang mulai berpikir panjang,.
Karena kita bicara uang ratusan juta, ratusan kali lipat dari harga HP Cina.
Kalau mengecewakan ruginya banyak.
Untuk beli mobil Cina maka pertimbangannya harus sangat matang.
Begitupun resiko paling sial ya mogok dan tidak nyaman.

Akan tetapi, kalau bicara pesawat Cina,
tampaknya pertimbangan matang saja tidak cukup, tapi harus beribu-ribu kali lipat lebih matang dari sekedar beli HP Cina, DVD, atau mobil Cina.
Kenapa?
Karena kita tidak lagi bicara suara kresek-kresek, tidak lagi bicara komputer hang, tidak lagi bicara mesin mogok.
Ketika bicara pesawat maka kita bicara nyawa, kita bicara miliaran rupiah.
Satu kesalahan saja, resikonya puluhan nyawa melayang dan aset miliaran meluap.

Karena itu wajar,
ketika mendengar berita pesawat MA-60 merpati jatuh di Papua,
yang menjadi sorotan media adalah pesawat itu made in China.
Berita pesawat jatuh memang banyak.
Berita pesawat kecelakaan di Papua juga lebih sering kita dengar, karena medannya yang berat.
Tapi tetap saja media mengangkat isu pesawat itu made in Cina, terlepas bagaimana nanti hasil KNKT.
Seolah media ingin bertanya; Apakah sudah dipertimbangkan dengan matang pembelian pesawat Cina?

Bagaimana pertimbangan kualitasnya?
Mantan Wakil Presiden Yusuf Kalla mengungkap, ketika ia menjabat, ia pernah menolak pembelian pesawat itu karena belum mendapat sertifikasi FAA (Federasi Keselamatan Penerbangan).
Pesawat MA-60 mengantongi lisensi Civil Aviation Adminitration of China pada Juni 2000.
Artinya ada rentang 11 tahun lebih pesawat ini tidak mendapat sertifikasi FAA.
Memang FAA tidak wajib kecuali jika pesawat ingin beroperasi di Amerika atau terbang antar negara, tapi terlepas dipasarkan ke Amerika atau tidak, sertifikasi FAA sangat membantu untuk menujukkan kualitas pesawat.
CN 235 produksi Dirgantara Indonesia saja mengantongi FAA, sekalipun tidak dijual di Amerika, tapi penting untuk menunjukkan kualitas produk(www.tempointeraktif.com).
Kalau memang yakin pesawat bagus kenapa tidak didaftarkan saja.
Karena itu CN 235 dipercaya dan dipakai di negara kaya timur tengah dan bahkan pesawat kepresidenan di Korea Selatan.
Sedangkan pesawat MA-60 buatan Cina Zambia. Fiji , Nepal dan Laos dan biasanya dijual biasanya dibeli sebagai imbal balik dagang antara pemerintah Cina dengan negara pembeli.
(www.tempointeraktif.com)

Ada catatan penting tentang kualitas.
Republika Senin 9 Mei 2011 mengungkap informasi Yurlis H, direktur kelaikan udara Kemenhub yang menyatakan bahwa pesawat produksi 2006 itu pernah ada crack (retak) tapi sudah diperbaiki.

Bagaimana pertimbangan harga?
Sebagian besar kita tentu saja mengira alasan kita membeli pesawat dari Cina karena harganya murah. Apakah betul demikian?
Mengenai harga, Yurlis H, direktur kelaikan udara Kemenhub, sebagaimana dikutip dari Republika Senin 9 Mei 2011, menyatakan:
"Harga pesawat MA-60 sebetulnya tidak beda jauh dibanding buatan AS atau Eropa. Tapi, ya memang lebih murah sedikit. Sebetulnya baling-baling pesawat MA-60 dibuatnya di AS, hanya bagian kerangkanya yang dibuat di pabrik Cina".

Dalam kolom front page Republika Senin 9 Mei 2011 menulis:
Pada November 2008 Merpati protes atas harga yang ditawarkan Cina sebesar 15 juta dollar AS (atau Rp 135 miliar). Harga pesawat sejenis di pasar 11 juta dolar AS.
Cina mengancam hentikan pendanaan proyek listrik 10 ribu megawatt tahap pertama jika pembelian batal.
Pemerintah RI kemudian menego ulang dengan tim perunding Memperindag Mari Eka Pangestu.
Sekarang bagaimana pendapat Anda?

11 comments

  1. Lebih baik pilih yg b'kualitas..apalagi ini menyangkut masalah moda transportasi,di mana unsur keamanan berperan penting, karena bnyk org yg menggunakannya. Apakah kita mau nyawa kita 'hanya' di hargai ratusan juta rupiah????

    ReplyDelete
  2. intinya sih pembelian itu karena ada tekanan dari Cina terkait pembangkit listrik 1000Megawatt. bahkan merpati sendiri sepertinya tidak mau dikorbankan sudah menolak dari awal. tapi pemerintah campur tangan jadinya gitu.

    ReplyDelete
  3. ia mungkin karena harga yang relatif murah.

    ReplyDelete
  4. Oooo tentu saja, yg melobi menperindag, mentri itu kan turunan cina, yaa kalau dia pergi kecina, itu berarti plg kampung...

    ReplyDelete
  5. Alat transportasi kan hubungannya dngn nyawa orang,jgn cuma pingin hemat n murah rakyat jadi korban.

    ReplyDelete
  6. menurut saya dari kacamata orang awam, saya kira kualitas itu nomor satu. karena kualitas itu memang mahal membutuhkan penelitian yg membutuhkan biatya besar. kalau tahu hasilnya lebih baik yg berkualitas saya kira soal harga nomor sekian. semoga pihak terkait bisa lebih peka lagi dgn kondisi sekarang ini.

    ReplyDelete
  7. Respond to Anonymous said... :
    May 9, 2011 4:57 PM

    Sepakat yang penting kualitas.
    Apalagi kalau sudah menyangkut nyawa, kualitas untuk keselamatan harus menjadi pertimbangan utama.

    ReplyDelete
  8. Respond to Anonymous said... :
    May 9, 2011 5:16 PM

    Sebenarnya media di Indonesia mengangkat hal ini untuk memberi dukungan pada pemerintah jangan mau ditekan.
    Begitu juga DPR mulai bersuara jangan mau ditekan.
    Kita beli suatu produk kalau kita yakin produk tersebut menguntungkan.

    ReplyDelete
  9. Anonymous said... :
    May 10, 2011 10:55 AM

    Biasanya memang produk Cina 30% s.d. 50% lebih murah.
    Tapi itu justru yang jadi perdebatan.
    Republika menulis informasi bahwa pesawat ini lebih mahal dari harga pesawat sejenis di pasar.
    Dan kalaupun lebih murah, hanya murah sedikit.

    ReplyDelete
  10. Anonymous said... :
    May 10, 2011 10:50 PM

    ooo tentu saja, yg melobi menperindag, mentri itu kan turunan cina, yaa kalau dia pergi kecina, itu berarti plg kampung...

    Respond:
    Jangan berprasangka, apalagi terhadap orang yang sudah menujukkan dedikasinya untuk bangsa.
    Banyak loh kemajuan yang dicapai dari kontribusi Memperindag Mari Elka Pangestu.
    Saya sendiri bersama NHK sempat mewawancarai Memperindag Mari Elka Pangestu sebelum menjadi memperindag.
    Menurut saya ia orang yang cerdas, dan mempunyai minat besar untuk memajukan bangsa.
    Bahwasannya setiap orang bisa salah, betul.
    Tapi mungkin ada pertimbangan lain yang harus diperhatikan.
    Kita boleh setuju atau tidak setuju pada kebijakan orang, tapi jangan kaitnya dengan isu rasial, karena membuat kita tidak bisa menilai sesuatu secara jernih.

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon