Reformasi Pendidikan: Menganalisa ulang hukuman

Reformasi Pendidikan: Menganalisa ulang hukuman

Isa Alamsyah

Disiplin adalah salah satu sikap penting yang harus ditanamkan dalam pendidikan baik di sekolah maupun di rumah.

Hukuman, adalah satu satu unsur penting dalam pendidikan disiplin.Dengan hukuman anak atau siswa akan tahu konsep reward and punishment, sesuatu yang pasti akan dihadapi anak atau siswa di masa depan.

Jadi saya anggap semua setuju bahwa anak dan siswa harus dididik disiplin

dan ada konsep hukuman sebagai konsekwensi.

Sampai di sini tidak ada masalah.

Tapi sayangnya, bentuk hukuman dan gaya disiplin ini yang perlu diperbaiki.

Berikut ini adalah catatan penerapan disiplin dan hukuman yang justru merusak tujuan mulia pendidikan.

Kesalahan pertama: Menghukum dengan memberi kerugian lebih

Ini saya masukkan ke nomor pertama karena masih berlaku hampir di semua sekolah.

Contoh 1: Kalau terlambat lebih dari 30 menit maka dihukum dengan disuruh pulang.

OK, mari kita analisa apakah ini bijak?

Pertama, kita lihat kenapa siswa tidak boleh terlambat.

Karena kalau dia terlambat akan kehilangan pelajaran penting yang diajarkan sebelum dia datang.

Nah kalau sudah kehilangan tiga puluh menit pertama justru dihukum dengan

menghilangkan kesempatan belajar sehari penuh, sama saja dengan menjerumuskan ke kerugian yang lebih parah.

Solusinya? Siswa harus dihukum dengan pulang lebih lambat dari teman-temannya minimal sesuai dengan waktu keterlambatannya, dan diberi aktivitas atau penugasan positif.

Cukup fair bukan?Ini hukuman yang biasanya diberikan di perkantoran.

Setidaknya saya sendiri kalau terlambat masuk kerja

saya akan menghukum diri dengan pulang lebih lambat tanpa lembur.

Jangan sampai orang bilang"Ini orang dateng belakanagan tapi asal pulang duluan terus!"

Contoh 2: Skorsing

Skorsing adalah bentuk hukuman karena suatu kesalahan anak tidak boleh masuk sekolah beberapa hari.

Kasus ini sama seperti kasus pertama, menghukum dengan membuat anak kehilangan kesempatan belajar.

Logikanya, justru ketika anak melakukan kesalahan mereka butuh perhatian lebih karena itu harus lebih lama di sekolah dan dibimbing lebih banyak.

Solusinya? Setelah pulang sekolah diberi tugas tambahan yang membuat mereka sadar kesalahannya dan memperbaiki diri (silakan disesuaikan dengan situasi kondisi setempat).

Kesalahan kedua: Menghukum kesalahan bidang A dengan konsekwensi bidang B

Seringkali kita menghukum anak didik dengan hukuman yang tidak berkaitan dengan kesalahannya.

Contoh 1: Misalnya ada anak hiperaktif, lalu main bola menendang bola asal-asalan akibatnya kaca pecah dan melukai siswa lain.

Padahal di sekolah ada peraturan tidak boleh main bola dengan bola blatter hanya bola plastik.Akhirnya anak tersebut dihukum dengan skorsing 1 hari.Fair tidak? tentu saja tidak.

Karena kesalahan dia tidak berkaitan dengan akademis.

Solusinya? Harusnya si anak dihukum dengan denda untuk mengganti kaca yang pecah, bahkan harus membiayai biaya dokter temannya. Itu fair. Kalau dia tidak mampu? Hukum anak tersebut dengan misalnya tugas berjualan (di kantin) dan keuntungannya atau gajinya untuk membayar biaya yang sakit.

Terlihat aneh tapi edukatif (Silakan cocokkan sendiri dengan keadaan di tempat masing-masing).

Contoh lain: Anak berkelahi di skorsing, anak tak berseragam di setrap tidak ikut pelajaran, dll.

Kesalahan ketiga: Menghukum kesalahan dengan hukuman fisik

Sekalipun hukuman fisik sudah jarang ada, di daerah tertentu masih ada yang memberlakukannya.

Hukuman fisik merupakan bentuk pelecehan atas intelektual manusia.

Di negara maju, terutama di Amerika, sekali saja ada hukuman yang bersifat fisik, menampar, memukul, menjuleg, pokoknya ada "Body Contact" maka bisa masuk katagori kriminal dan bisa dilaporkan ke polisi.

Di Indonesia juga pernah ada kasus demikian.

Di rumah sekalipun hukum fisik tidak dibenarkan.

Jadi jangan pernah menganggap kita punya hak memukul sekalipun terhadap anak atau istri sekalipun.

Kesalahan keempat: Menghukum kesalahan dengan kata-kata yang melemahkan

Kadang ketika kita melihat anak melakukan pelanggaran kita memperingati dengan keras. tentu saja ini sah,

tapi harus dipilih kata yang tepat.

Marah dengan kata-kata terbagi tiga:Pertama marah murka: marah yang memang ditujukan untuk menyakiti orang yang kita ajak bicara. Bentuknya hinaan, caci maki.

Kedua marah luapan emosi: Marah yang ini sebenarnya hanya luapan emosi dari kita, dan si obyek yang kena marah hanya jadi korbannya. Jadi tujuan sebenarnya bukan menyakiti lawan bicara, walaupun karena tidak terkontrol sering menyakitkan juga.Ketiga marah sayang atau marah untuk kebaikan: Sekalipun diucapkan keras tujuannya untuk menyelamatkan orang yang kita ajak bicara. Marah seperti ini sekalipun disampaikan dengan keras tapi kata-katanya terpilih, tidak ada hinaan atau kata-kata yang bersifat merendahkan. Dalam beberapa kasus marah sayang tetap dibutuhkan, jika cara halus tidak berhasil.

Tapi sayangnya, kadang kala orang tua dan guru karena satu dan lain hal, sekalipun ingin menyampaikan marah sayang, tapi karena emosi, yang keluar dari mulutnya justru marah luapan emosi atau menjadi caci maki.

Daripada begini mendingan diam.

"Orang kuat adalah orang yang bisa menahan marah ketika emosi" kurang lebih begitulah sabda Rasul Saw.

Demikian sedikit ulasan tentang hukuman dalam pendidikan.

Kalau ada masukan silahkan kasih komen ya.

Sedikit trik agar kita tidak terjerumus dalam hukuman yang salah, ada yang perlu diingat sebelum menghukum:1. Kenapa peraturan itu dibuat?

2. Apa tujuan peraturan itu?3. Apakah hukuman justru memperbaiki atau merusak?

4. Jangan ragu merevisi hukuman kalau evaluasi kita menganggap putusan kita salah, dan jangan malu untuk minta maaf.

Jadi berhati-hatilah dalam memberi keputusan, karena ternyata dalam berbahgai level kita seringkali bertanggug jawab sebagai hakim, pengacara dan jaksa sekaligus dalam satu waktu bersamaan.

Pada akhirnya kita harus bertanggung jawab kepada Sang Pencipta atas keputusan kita.

Bagaimana saya mulai mengenal tsunami

Bagaimana saya mulai mengenal tsunami

Isa Alamsyah

Indonesia kembali berduka. Baru saja terjadi tsunami di Mentawai dan Gunung Merapi meletus lagi. Mari kita berdoa, semoga para korban yang masih hidup segera mendapat bantuan dan mendapat segala kemudahan. Semoga mereka yang meninggal mendapat rahmat di sisi-NYa. Dan berdoa bagi mereka yang tidak menjadi korban mempunyai kepedulian untuk menolong sesama.

Bencana ini membuat saya teringat bagaimana saya mulai mengenal tsunami dan menuliskan artikel ini.

Ketika saya bekerja di TV NHK Jepang biro Jakarta (Tahun awal tahun 2000-an), salah satu tugas saya adalah mengkonfirmasi BMG setiap kali ada gempa. Karena itu no tel BMG selalu ada di list contact yang saya bawa ke mana-mana.

Salah satu pertanyaan yang selalu saya tanyakan ke BMG di antaranya adalah:

Pertanyaan pertama, berapa skala richter? (untuk tahu besarnya gempa)

Pertanyaan kedua adalah berapa MMI? MMI adalah satuan untuk tahu seberapa gempa dirasakan manusia (Seberapa merusak). Mungkin ini yang banyak tidak diketahui masyarakat. Gempa besar jika di terjadi jauh dibawah tanah tidak dirasakan, sebaliknya gempa lebih kecil bisa merusak jika dekat demgam permukaan tanah. Jadi MMI tidak sepenuhnya sama dengan skala richter.

Pertanyaan ketiga, apakah ada kemungkinan tsunami? Pertanyaan ketiga ini, dulu sering tidak terjawab karena saat itu Indonesia tidak tahu banyak tentang tsunami.

Karena sering dapat tugas seperti ini akhirnya saya bertanya, kenapa NHK sangat concern terhadap gempa?

Saat itu kepala Biro NHK Jakarta cuma bilang, dulu pernah ada gempa di Chilie dan tsunaminya sampai ke Jepang.

Jadi setiap ada gempa di manapun kita harus memantau. Di NHK sendiri ada bagian khusus untuk masalah gempa.

Saya saat itu tidak begitu mengerti dan menganggap itu hanya SEKEDAR tindakan jaga-jaga.

Ternyata pertanyaan saya terjawab pada 26 Desember 2004.

Sebuah gempa di bawah permukaan laut di samudra Indonesia mengakibatkan tsunami terbesar dalam sejarah yang kita ketahui.

Gempa yang terjadi di dekat Aceh ini menyapu sebagian wilayah di 11 negara, korbannya berasal dari 50 negara, dan jumlah korban mencapai 150.000 orang (100.000 lebih di antaranya dari Aceh). www.guardian.co.uk

Hari kedua setelah tsunami, saya dan rekan-rekan NHK sudah tiba di sana untuk meliput dan bertahan sampai 3 bulan.

Saya tidak pernah menyangka bahwa pekerjaaan saya sebelumya mengecheck gempa dan kemungkinan tsunami yang dulu saya kira hanya SEKEDAR jaga-jaga, ternyata itu bukan cuma pekerjaan SEKEDAR jaga-jaga, tapi itu pekerjaan PENTING untuk jaga-jaga.

Dari situ saya mulai sadar mungkin saya saat itu masih terjangkiti salah satu penyakit 'mental Indonesia'

Apa itu penyakit 'mental Indonesia'?

Biasanya kita baru sadar kalau sudah ada kejadian.

Lebih parah lagi sudah ada kejadian pun kita masih gak sadar juga.

Lebih buruk lagi, ini masih belum banyak berubah.

Kita dulu dijejali pengetahuan negara Jepang adalah negara gempa sehingga setiap anak SD sudah belajar bagaimana menyelamatkan diri dari gempa.

Padahal ternyata, bukan Jepang tapi Indonesia adalah negara dengan gempa terbanyak. Kalau tidak salah di Indonesia ada 5000-an gempa tercatat setiap tahun sedangkan di Jepang hanya ada 3000-an gempa yang tercatat. Di dunia diperkirakan ada 30,000 gempa setiap tahun. Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah gempa bumi dengan kekuatan diatas 4 pada skala Richter yang terbanyak, yaitu rata-rata lebih dari 400 kali per tahun. Terdapat 129 gunung berapi di Indonesia dari 500-an gunung berapi di dunia, diantaranya ada 17 yang masih aktif seperti gunung Merapi. Belum lagi gempa dan letusan gunung berapi yang menyebabkan tsunamipun sering kali terjadi. Konon, sejak tahun 1600, selama kurun waktu 400 tahun, telah terjadi 100 kali tsunami yang menimbulkan korban lebih dari 340 ribu orang meninggal.

Indonesia, dari segi topografi, banyak sekali terjadi bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, ledakan gunung, banjir, longsor, kekeringan kebakaran hutan, dan lain-lain. Sejak tahun 1999 sampai 2008, selama 10 tahun, bencana alam telah mencatat kerugian yang sangat besar seperti, 180 ribu orang meninggal, 8,4 juta orang menjadi korban. Kerugian ekonomi mencapai US$.10 milyar.

Sebagian dari wilayah Indonesia yang termasuk dalam wilayah Monsoon Asia. Karena pada musim hujan hujan turun dengan derasnya , maka setiap tahun terjadi banjir yang menimbulkan korban banjir, misalnya, ketika tahun 2007, Jakarta dilanda banjir yang menelan korban meninggal dan hanyut sebanyak 80 orang, kerugian ekonomi sebesar 5,18 trilyun rupiah. Kemudian, karena banyaknya wilayah yang memiliki gunung berapi serta yang struktur geologinya tidak kuat, maka banyak sekali daerah-daerah seperti ini yang menimbulkan bencana longsor ketika turun hujan atau ketika gempa bumi (www.id.emb-japan.go.jp)

Lalu kenapa setiap anak di Jepang dilatih menyiapkan diri menghadapi gempa tapi di Indonesia tidak? (setidaknya sebelum tsunami).

Ternyata bukan karena gempa dan bencana kita kurang dari Jepang tapi kepedulian dan penghargaaan atas nyawa dan kehidupan yang kurang.

Setelah tsunami kita baru mulai mencicil pendidikan gempa (masih belum nasional), dan bahkan harus mengundang PBB dan bantuan asing untuk mengajar anak-anak tentang gempa. Suatu ilmu yang harusnya sudah dikuasai bangsa kita beberapa puluh tahun yang lalu.

Nampaknya lucu sekali pendidikan di Indonesia.

Anak-anak berkutat belajar tentang posisi kota ini berapa lintang derajat bujur barat timur dsb, yang bahkan pelajaran itu tidak dipakai sepanjang hidupnya, tapi pengetahuan penting yang menyangkut keselamatan diri tidak diajarkan.

Banyak hal tidak penting diajarkan, banyak hal penting harus diabaikan.

Berapa banyak lagi korban dibutuhkan unruk memberi kesadaran bagi pembuat kebijakan untuk lebih mempersiapkan anak bangsa lebih siap menghadapi bencana?

Berapa banyak lagi kejadian yang harus terjadi, agar kita lebih peduli agar tidak mengakibatkan bencana.

Tsunami di Aceh mungkin bisa diminimalisir jika ada pendidikan yang cukup.

Saya teringat ketika meliput pulau sabang, di Aceh.

Pulau itu lebih dekat dari pusat tsunami tapi korbannya lebih sedikit. Saat itu ketika air surut ada yang bilang, kalau ada gempa air surut nanti akan ada ombak besar datang, akhirnya mereka naik ke bukit. Informasi itu setidaknya menyelamatkan beberapa nyawa. Didukung countur tanah Sabang yang berbukit. (Ketika saya wawancara orang tersebut dia bilang dia tahu itu ketika ikut seminar gempa di Sulawesi).

Itu juga yang terjadi di sebuah pulau lain (saya lupa namanya, karena yang meliput teman yang lain). Pulau itu termasuk terdekat pusat gempa tapi korbannya sedikit. Di sana ada pengetahuan dari turun-temurun yang diketahui masyarakat bahwa kalau ada air surut setelah gempa akan ada ombak besar datang.(Khabarnya mereka tahu itu sejak penjajahan Jepang).

Pengetahuan ini yang tidak diketahui masyarakat Banda Aceh dan kebanyakan kota besar dulu. Bahkan ketika air surut banyak rakyat yang turun ke pantai karena banyak ikan tergelepar di pantai yang tiba-tiba surut.

Mungkin ada baiknya saya segarkan ingatan kita tentang antisipasi tsunami.

Tsunami di Indonesia pada umumnya adalah tsunami lokal, dimana waktu antara terjadinya gempa bumi dan datangnya gelombang tsunami antara 20 s/d 30 menit (gugling.com/kenali-ciri-ciri-tsunami.html).

Agar tidak timbul korban yang lebih banyak, kita harus mengenali ciri-ciri tsunami.

Tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah:

  1. Air laut yang surut secara tiba-tiba (Terjadi di Aceh).
  2. Bau asin yang sangat menyengat.
  3. Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras (Ini juga terjadi ketiika saya meliput tsunami di pantai Pangandaran 17 Juli 2006, mereka bilang seperti ada suara pesawat tempur menyerang dan mereka melihat ada garis putih di laut mendekati). Ciri-ciri ini juga penting untuk menghindari banjir bandang di sungai. Pokoknya kalau di sungai dengar gemuruh, langsung saja menyingkir (ini juga saya tahu ketika meliput banjir bandang di Bahorok di Bukit Lawang Sumatera Utara pada 2 Nopember 2003.

Tsunami terjadi jika :

  • Gempa besar dengan kekuatan gempa > 6.3 SR
  • Lokasi pusat gempa di laut
  • Kedalaman dangkal < 40 Km
  • Terjadi deformasi vertikal dasar laut

Kita tidak bisa melawan alam, tapi kita bisa meminimalisir korban dengan pengetahuan.

Kita tidak tahu kapan ada bencana alam, tapi kita bisa mempersiapkan diri dengan pelatihan.

Kita tidak bisa melarang tsunami atau gempa bumi tapi kita punya komunikasi yang bisa meminimalisir korban.

Tsunami bisa melaju dengan kecepatan 800km/jam di air. Gelombang gempa bisa melaju dengan kecepatan 3200km/jam di dalam tanah. Tapi signal radio bisa menembus kecepatan 300.000 km/ detik. Artinya tetap ada kesempatan untuk peringatan (Tim Radford: The Guardian).

Bencana pasti datang?Pilihan kita hanyalah kita ingin lebih siap menghadapinya atau berpikir "lihat saja nanti".

Semoga Allah melindungi. GBU all.

Revolusi Pendidikan: Mengintegrasikan dan mensinkronkan kurikulum pendidikan

Revolusi Pendidikan: Mengintegrasikan dan mensinkronkan kurikulum pendidikan

Isa Alamsyah

Semua yang pernah membandingkan pendidikan di Indonesia dan negara maju, tahu benar bahwa beban pendidikan di Indonesia jauh lebih berat dari negara maju sekelas Amerika, Eropa Barat atau Jepang.

Lucunya, sudah beban pelajar Indonesia lebih berat dari negara maju, kualitas lulusan kita jauh di bawah negara-negara maju.

Tanpa perlu penyelidikan yang mendalam tentu dengan mudah kita bisa simpulkan ada yang salah dengan kurikulum pendidikan kita.

Terlalu banyak yang ingin diajarkan, tapi tidak tahu prioritas, sehingga yang tidak perlu justru dimasukkan dalam kurikulum , yang perlu justru tidak dimasukkan.

Cara yang termudah untuk menyelematkan generasi kita ya kurikulum harus diubah, tapi masalahnya, solusi yang sebenarnya mudah ini justru sulit sekali.

Tidak mudah bagi pembuat kebijakan pendidikan menemukan kata sepakat.

Lalu bagaimana? Apa kita mau pasrah biarkan anak-anak menjadi korban?

Tentu saja, dalam keadaan ini, orang tua tidak mau anak-anaknya gagal di dunia pendidikan, guru juga tidak mau murid-muridnya gagal.

Bahwa kurikulum kita tidak ideal, sudah tidak diragukan.

Kini tantangannya bagaimana agar anak-anak tetap mendapatkan yang terbaik dari kondisi yang tidak ideal tersebut.

Saya sendiri menyarankan untuk guru dan orang tua mulai membuat sistem pengajaran yang integral.

Maksudnya, ketika anak belajar satu mata pelajaran mereka tanpa sadar belajar mata pelajaran lain. Sehingga dalam satu waktu dua pelajaran terlampaui.

Tapi ingat mata pelajaran utama tetap fokus sedangkan info tambahan hanya sekedar percikan informasi pengetahuan.

Jika tersistematisasi secara integral, maka otak tak sadar anak akan menerima pelajaran dengan mudah tanpa stres, dan akrab dengan informasi baru.

Saya akan beri contoh konsep sinkronisasi ini.

Misalnya:

Matematika dan sejarah.

Soal matematika (kelas 2 SD)

Di kebun Ani ada apel sebanyak 1830 buah sedangkan di kebun Arif ada 1825 buah apel. Berapa selisih buah yang dimiliki Ani dan Arif? (jawabannya 5)

Soal matematika yang sama dengan pendekatan sinkronisasi

Perang Diponegoro berlangsung dari tahun 1825 sampai 1830, berapa lama perang Diponegoro berlangsung? (Jawaban 5 tahun - pembulatan)

Baik soal pertama atau kedua, sama-sama soal cerita tentang pengurangan, tapi soal kedua memberi info baru. Mungkin anak-anak bertanya, siapa Diponegoro, dari mana, dsb. Biarkan saja itu menjadi interest anak-anak, toh pelajaran matematika tidak harus menjawab tapi jauh lebih berharga infonya dari sekedar Ani, dll.

Tanpa sadar mereka menjadi berminat dengan sejarah padahal itu pelajaran matematika. Nanti ketika mereka sedang belajar sejarah (kelas 5) di beberapa waktu kemudian, otak tak sadar mereka akan berkat, aku pernah dengan Diponegoro.

Matematika dan science

Soal matematika biasa Adi punya uang Rp 90.000 rupiah sedangkan Dani punya uang 110.00o rupiah, berapa persen lebih banyak yang dimiliki Dani.

Soal matematika yang sama, tapi memberi info pengetahuan dan rasa ingin tahu: Sebuah penelitian menujukkan bahwa orang dengan rambut hitam rata-rata mempunyai 110.000 helai rambut di kepala sedangkan orang dengan rambut merah rata-rata hanya mempunyai 90.000 helai rambut. Fakta ini menujukkan bahwa orang dengan rambut hitam mempunyai rambut lebih banyak berapa persen?

Bahasa Inggris dan Science:

Misalnya penggunaan its (possessive form for it:) pemaiakan ....nya

Kita bisa pilih contoh kalimat biasa tanpa info:

I really like the way that car looks, but its price is more than I can afford.

(Saya suka dengan tampilan mobil ini, tapi harganya di atas kemampuan saya)

Atau kita bisa pilih dengan info:

An oyster can change its gender (Kerang bisa mengganti jenis kelaminnya)

A chicken loses its feathers when it becomes stressed (Ayam bisa rontok bulunya kalau sedang stres)

Intinya, kalau kita bisa mengajar 2-3 hal dalam satu waktu kenapa harus membuang waktu untuk satu saja.

Yang penting fokus tetap terjaga dan pengajar atau orang tua kreatif mengembangkan sinkronisasinya.

Kalau dilakukan dengan tepat, pelajaran yang terlihat banyak jadi terasa enteng.

Ini bisa dikombinasikan dalam semua mata pelajaran dalam setiap angkatan kretivitas kita.
Jika semakin banyak yang melakukan maka kita bisa saling tukar pendekatan, maka akan semakin kaya dan memudahkan anak-anak kita.

Mudah-mudahan ini bisa jadi solusi sementara sebelum kurikulum disederhanakan.

Bahkan bisa tetap dijalankan sekalipun kurikulum sudah sederhana sekalipun, karena memudahkan dan mencerdaskan.

Bagaimana menurut Anda?

Rumah Tanpa Jendela, tonton di 3 hari pertama
Rumah Tanpa Jendela, tonton di 3 hari pertama
Isa Alamsyah

Ketika berita film Hollywood tidak diputar lagi beredar, ada yang menganggap kini saatnya film Indonesia bangkit. Benarkah?
Apakah ini harapan Anda?
Mari kita lihat statistik film tahun ini.
Yang masuk 10 besar film Indonesia tahun ini (sampai Feb 2011) adalah:

#JudulPenonton
1Arwah Goyang Karawang385.814
2Love Story274.074
3Kalung Jelangkung253.311
4Pelukan Janda Hantu Gerondong242.726
5Baik Baik Sayang* 100.000
6Rindu Purnama55.915
7Jenglot Pantai Selatan50.644
8Cewek Gokil39.561
9Khalifah* 25.000
10Anakluh* 10.000

Coba perhatikan data di atas, film tertema hantu gak jelas (horor dan kotor) tahun ini di 2 bulan pertama memenangi pertarungan.
Bayangkan kalau film jenis horor dan kotor menjadi tuan rumah di negeri ini masa depan bangsa makin memprihatinkan. Akan makin banyak orang yang percaya klenik bukan?
Adalah fakta bahwa film bisa mempengaruhi perilaku penontonnya,
dan tugas kita secara individu minimal mendukung film yang baik, film yang punya misi dan visi apalagi kalau kualitasnya juga bagus.

Masih belum terlambat!
Pertempuran antara film bervisi/ inspiratif dengan film horor belum berakhir.
Kita sebagai orang yang peduli dengan kualitas budaya bangsa, masih bisa memenangkan film bervisi/ inspiratif. Kita harus menang! We can win this!
Hari ini Kamis 24 Feb 2011, sebuah film inspiring hadir kembali hadir
Judulnya "Rumah Tanpa Jendela" di sutradarai Aditya Gumai (sutradara Emak Ingin naik haji)
di ambil dari karya Asma Nadia.

Kita bisa mendukung film keluarga ini dengan menyempatkan untuk menonton di hari pertama.
Kalau tidak bisa di hari pertama, sempatkan tonton di tiga hari pertama. Kenapa? Karena tiga hari pertama adalah masa evaluasi pihak bioskop. Kalau hasilnya tidak memuaskan, sekalipun film bagus berkualitas dan kaya pesan, akan segera diturunkan dari layar.
Kalau belum sempat tontonlah di minggu pertama. Kalau tidak sempat, semoga saja film ini bertahan sam.apai minggu kedua, dst.
Tapi tanpa dukungan di minggu pertama, minggu kedua akan diturunkan. Sayang kan?
Tentu saja Anda tidak mau membiarkan produser film-film inspiratif kapok bukan?
Demi masa depan anak-anak kita.

Jika ingin berperan lebih besar.
Jangan nonton sendirian. Ajak keluarga, sanak saudara, dan teman sekolah atau teman kerja untuk menonton.
Setelah menonton jangan hanya diam, saatnya kita berhenti menjadi silent majority.
Jika Anda setuju film ini baik, segera tulis status di facebook atau twitter setelah menonton, rekomendasikan ke teman teman untuk menonton.
Kalau kita aktif mendukung film bagus, insya Allah banyak produser yang lebih memilih film inspiring ketimbang film horor atau film kotor.

Film "Rumah Tanpa Jendela" ini tidak hanya punya visi, tapi juga digarap dengan istimewa.
Film musikal ini tidak hanya cocok ditonton anak-anak, tapi juga penuh pembelajaran bagi orang dewasa. Film ini juga menyuarakan simpati pada orang yang punya keterbatasan.

Lebih dari itu Anda yang menonton tidak hanya terhibur dan tergugah, tapi juga beramal. Karena 100% keuntungan dari tiket yanag Anda bayar akan disumbangkan untuk kegiatan sosial.
Mungkin hari ini Kamis pagi jam 09.00 di acara Dahsyat akan ada seremonial pemberian 1000 buku untuk rumah baca dari film Rumah Tanpa Jendela.
.
Nah kalau ada film bagus, baik untuk anak-anak dan dewasa, bagus untuk keluarga, menghibur dan penuh hikmah dan hasilnya disumbangkan untuk kegiatan sosial, masih tidak didukung?
Harus bagaimana lagi? Tunggu apa lagi?

Apakah Anda rela film horor dan kotor menguasai bioskop di Indonesia kalau tidak ada film hollywood?

Hari ini Jam 17.00 dan 19.00 di metropole (ex Megaria) akan ada nonton bareng bersama Jusuf Kalla, Angelina Sondakh dan anak-anak (semoga bisa menghibur anak-anak almarhum), Joshua (yang baru kehilangan ayah). Kak Seto dan keluarga, serta Asma Nadia, Aditya Gumay dan artis pendukung.

Buat Anda yang jauh, silahkan buat jadwal nonton bareng bersama keluarga hari ini ada tiga hari pertama atau minggu pertama.
Semoga semakin banyak film Indonesia yang bermutau untuk kemajuan bangsa.

,
DAFTAR PEMUTARAN FILM RUMAH TANPA JENDELA DI BIOSKOP 21
MULAI HARI KAMIS, 24 FEBRUARI 2011

JAKARTA : Arion, Buaran, Atrium, Metropole, Bintaro, Blok M Square, Cibubur, Cijantung, Tamini, Gading, Sunter, Kalibata, Slipi, CBD Ciledug, Pd. Gede
TANGERANG: WTC Serpong, Blitz Teras Kota, Karawaci, Metropolis
BOGOR: BTM, Galaxy
DEPOK: Detos, Depok
BEKASI: Grand Mall Bekasi, Mega Bekasi
CILEGON: Cilegon
BANDUNG: BSM, Empire, Blitz PVJ
CIKARANG: Lippo City,
MEDAN Paladium Thamrin, Plaza
SURABAYA: Tunjungan, Delta
BATAM: Mega, Studio (BCS)
JOGJA: Studio
PEKAN BARU: Riau, Holiday
PALEMBANG: Internasional
BENGKULU: Mega
BANJARMASIN: Studio
PALANGKARAYA: Palma 21
SEMARANG: Citra

*****

Paket Pebruari buku "Rumah Tanpa Jendela" serba diskon 25% lihat
www.facebook.com/asmanadia.penulis
PESAN BUKU ONLINE
Hub : Lemon : 087885273530 (XL), Roonie: 081282210742
Dedi: 085711946854 (IM3) - Hub salah satu nomor saja

*****

Jadikan diri Anda sebagai salah satu pintu ilmu dan inspirasi bagi rekan-rekan Anda.
Ajak rekan-rekan bergabung di Komunitas Bisa! (group 8)
CARAnya:
1. Masuk ke group http://on.fb.me/Bisa8
2. Klik "Kirim Undangan - invite" lalu klik foto teman-teman
3. Klik "Bagikan+ (Share)" agar Grup ini muncul di Dinding Anda
4. Dengan mengajak semua orang yang anda kenal dan mengenal anda maka anda telah menjadi pintu ilmu dan inspirasi