Parentivasi: Revolusi Pendidikan (jilid 1)

Parentivasi: Revolusi Pendidikan (jilid 1)Isa Alamsyah

Entah kenapa saya merasa harus mengungkapkan kejengkelan saya terhadap materi pendidikan di Indonesia,

bahkan di dunia, karena kita jadi terpaksa ikut menyesuaikannya.

Pendidikan nampaknya harus direvolusi.

Betapa anak-anak menderita stres dengan pelajaran yang di masa depan mungkin tidak bermanfaat sama sekali.

Mereka kadang diangggap bodoh, kurang berpendidikan hanya karena gagal di sekolah.

Semua terjadi karena sekolah menjadi indikator pendidikan,

padahal di sekolah banyak pelajaran yang tidak penting yang dipaksakan untuk dipelajari.

Seharusnya pendidikan tidak selalu identik dengan sekolah,

dan idealnya sekolah bukan satu-satunya yang berhak menilai kadar terdidik atau tidaknya seseorang.

Ilmu dibagi menjadi dua, ilmu murni dan ilmu terapan.

Ilmu murni berarti ilmu untuk ilmu itu sendiri, jadi manfaatnya nanti dulu,

sedangkan ilmu terapan berarti mencakup manfaat ilmu untuk kehidupan.

Karena ada dua sifat tersebut maka dalam pendidikan juga harus dibagi menjadi dua,

ilmu murni karena tidak langsung bermanfaat maka sifatnya bagi siswa HANYA SEKEDAR TAHU.

Jadi tugasnya hanya untuk MEMANCING MINAT untuk ke tingkat yang lebih tinggi.

Karena itu ilmu ini tidak boleh dibebankan ke dalam test.

Kalau ada yang berminat baru ikut penjurusan.

Sedangkan ilmu terapan harus difahami dipraktekkan dan menjadi bekal kehidupan.

Contohnya sederhana.

Ada anak Indonesia, yang berbicara dengan bahasa Indonesia, bermain dengan bahasa Indonesia,

tetapi tidak lulus pelajaran Bahasa Indonesia. Itu aneh, karena esensi bahasa adalah komunikasi.

Bagaimana mungkin kita tidak lulus bahasa Indonesia cuma karena tidak mengerti konsep SPOK, SP, kalimat majemuk, KV, KVK, KKVK, dll, padahal sehari-hari kita berbicara bahasa Indonesia.

Yang bodoh siapa?

Si anak yang lancar berbahasa bahasa Indonesia tapi tidak tahu konsep anak kalimat, kalimat majemuk, dll,

tapi tahu cara memakainya dengan benar,

atau penilai yang mementingkan teori anak kalimat, kalimat majemuk bertingkat dsb, yang bahkan tidak peduli anak-anak tersebut hidup dengan bahasa tersebut dan berkomunikasi dengan bahasa tersebut.

Ini sama saja dengan tidak memberi sertifikat renang pada ikan hiu karena ikan hiu tersebut gagal menjelaskan gaya renang apa yang dipakainya.

Menurut saya, pengetahuan SPOK, kalimat majemuk, dan teori bahasa hanya ditempatkan sebagai ilmu yang perlu diketahui tapi tidak boleh masuk dalam test.

Kalau siswa tidak suka ya sudah jangan dipaksakan, toh tidak terlalu bermanfaat dalam kehidupan.

Lucunya ada anak yang bunuh diri akibat UAN bahasa Indonesianya hancur. Padahal ia menulis surat bunuh diri dalam bahasa Indonesia. Tragis.

Apa yang penting dalam bahasa?

Anak perlu diajar kemampuan menulis.

Kemampuan menyampaikan ide secara tulisan.

Itu yang penting, dan banyak penulis handal yang tidak ngerti SPOK tapi jadi penulis sukses.

Parahnya di daerah anak-anak dibebankan lagi bahasa daerah, please deh.

Cukup bahasa persatuan dan bahasa Internasional.

Coba lihat pelajaran biologi.

Ada SD diajar tentang organ kodok, jenis jaringan tumbuhan, dsb.

Tapi lulus SD mereka tidak mengerti banyak hal yang bermanfaat untuk kehidupan misalnya, survivor (tahu mana pohon yang beracun mana yang tidak kalau terdampar), tahu bagaimana mengatasi gas beracun, P3K.

Mereka tidak tahu betapa bahayanya rokok, bagaimana menghindari narkoba, apa ciri-ciri narkoba,

bagaimana mengatasi demam berdarah, bagaimana penanggulangan dini kalau ada korban luka bakar.

Ini justru penting bagi kehidupan.

Mereka tidak mengerti bagaimana memasak beras agar tidak terbuang vitamin B nya

Mereka tidak tahu kalau susu jangan dicampur air panas karena kalsiumnya rusak, dll.

Yang justru penting untuk kehidupan tapi tidak diajarkan.

Kalau masalah kodok, tikus dan sebagainya hanya untuk memancing minat yang proporsinya hanya sekedar memancing minat saja bukan membebani.

Sedangkan yang bermanfaat untuk kehidupan harus dikuasai.

Anak anak juga diajar tentang planet. Mereka tahu jumlah planet, nama planet dan ukuran planet.

Tapi mereka tidak diberi pelajaran tentang global warming, cinta lingkungan, dll yang justru berkaitan dengan kehidupan. Mereka juga tidak ada pelajaran persiapan bencana tsunami dan gempa dalam kurikulum.

Justru ilmu yang penting ini diberikan oleh pengajar tamu dari PBB (United Nation) dan NGO internasional yang tentu saja tidak menyentuh semua siswa dan bersifat berkala saja.

Tapi urusan planet di tata surya yang kita tidak tahun tahun berapa akan bermanfaat, semua siswa wajib menghapal.

Kalau sekedar minat, ya ajak nonton bareng film tata surya, mereka yang berminat akan memutuskan ke jenjang antariksa.

Kita mungkin butuh beberapa ratus ahli antariksawan, mungkin beberapa ribu,

tapi tidak perlu puluhan juta anak harus menguasainya bukan?

Kalaupun ada yang perlu diketahui dari antariksa adalah justru kemampuan menentukan arah kompas, ini malah tidak diajarkan (tidak didalami). Masih banayak anak tidak tahu mana utara, selatang, tenggara, dsb.

Intinya, kita cuma butuh beberapa ribu ahli fisika.

Kita cuma butuh beberapa ribu ahli linguistik

Cuma butuh beberapa ahli biologi, dll.

Tetapi kenapa ratusan juta anak wajib mempelajarinya, dan stress karenanya.

Kalau orientasi kita rubah dengan pelajaran yang faktual, actual dan selektif,

sedangkan bangsa lain masih terbelenggu dengan pendidikan simbolis dan konvensional,

maka kita akan menyusul bangsa lain.

Kita perlu mendefinisikan ulang materi pelajaran.

MANA YANG CUMA SEKEDAR PENGETAHUAN dan MANA YANG HARUS DIKUASAI.

Memang untuk beberapa anak yang mau melanjutkan ke LN jadi susah.

Ya sudah di drill saja 6 bulan menjelang ke sana kekejar koq!

Kepada anak-anak saya tidak memaksa mereka belajar.

Yang penting mereka berkarya.

Apalagi dengan adalnya UAN.

6 tahun mati-matian akan sia-sia hanya dengan kegagalan test 3 hari. Sialnya pas test jatuh sakit.

Lebih baik 5 1/2 tahun bahagia, 1/2 tahun siapkan UAN mati-matian.

Seharusnya penjurusan di mulai di SMP saja, jangan di SMA nanti terlalu banyak hal yang tidak penting dipelajari lagi.

Jadi anak lulus SMA sudah produktif.

Dan penjurusan jangan sekedar Fisika, Biologi dan sosial.

Kini harus di tambah Teknologi Informasi.

Buat praktisi IT sebanyak-banyaknya karena segala hal bisa dipermudah dengan IT.

Korupsi biaya tinggi, penyelewengan pajak, pengajaran online, dll bisa dibantu IT.

Jika IT maju pemilu tidak perlu sensus, kartu baru dsb. Cukup KTP Smart yang mempunyai data digital.

Banyak orang saat ini bekerja dengan membuang katakanlah 80 - 90% pelajaran yang tidak ada manfaatnya.

Siilahkan hitung sendiri.

Apakah pelajaran PSPB, IPBA, Sastra, dll sangat berpengaruh dengan pekerjaan Anda sekarang.

Coba ingat ingat semua pelajaran kita, mana yang bermanfaat?

Saya mendidik anak-anak lebih pada orientasi ilmu bermanfaat dan karya.

Salsa dan Adam anak saya yang SD sudah bisa photo shop.

Saya bilang ke mereka. Dengan satu keahlian ini saja kamu sudah bisa menghasilkan uang puluhan juta per bulan,

separti om ini, ini, dan ini saya menyebutkan nama desiner grafis yang mereka kenal..

Salsa sudah menulis 5 buku, Adam menulis 2 buku.

Saya bilang ke mereka, dengan kemampuan ini saja, kamu bisa berpenghasilan puluhan juta per bulan,

seperti ini, ini, dan ini... nama-nama penulis.

Salsa dan Adam kini suka internet. Saya bilang, kalau kamu dalami internet kamu bisa jadi orang terkaya di dunia.

Mereka juga mendalami, olah raga dan musik.

Kalau Salsa atau Adam pulang dengan nilai ujian jelak atau bagus.

Maka saya check kesalahannya.

Kadang saya bilang "Ini pertanyaan penting, kamu harus tahu jawabannya"

Kadang saya bilang "Wah kalau soal ini gak apa salah, nanti juga gak kepakai dalam kehidupan.

Ayah udah puluhan tahun hidup gak pernah pakai pengetahuan ini (saat itu soalnya tentang kota ini lintang berapa derajat bla..bla..bla) saya bilang gak usah hapalin lintang derajat begini, cari yang lebih bermanfaat.

Mungkin saya seperti orang tua ngaco, ya kan?

Tapi itu cara saya mendidik anak untuk menseleksi ilmu.

Saya gak mau anak-anak stres untuk pengetahuan yang menurut saya tidak penting.

Tapi saya juga menantang mereka belajar efektif. Dengan waktu belajar sedikit tapi hasilnya memuaskan.

Kita kembangkan beberapa metode, intinya tangkap semua pelajaran di sekolah, perhatikan, tidak tahu tanya, lalu ulang dirumah, presentasi, dsb.

Alhamdulillah Salsa dan Adam sejauh ini selalu mendapat ranking atas sekalipun belajar banyak hal lain di luar sekolah.

Ya sudah, entah kenapa saya lagi marah dengan pendidikan yang membebankan banyak ilmu yang tidak bermanfaat.

Just an idea (Tulisan ini ada di notes saya sejak Oktober 2010 lalu)

Tapi saya akan melakukan riset dan gerakan serius untuk merevolusi pendidikan!

Just wait and see.

Bayangkan kita mau ke medan perang.

Ada dua kelompok orang yang mau direkrut.

Satu ilmuwan yang tahu berbagai nama senapan, tahu jarak tembak senapan tahu bahan baku senapan,

mereka hapal senapan tersebut ditemukan oleh siapa, tahun berapa, dll.

Tapi dia tidak bisa menembak, tidak bisa menggunakan senjata.

Kelompok kedua adalah kelompok pemuda. Mereka tidak tahu siapa pembuat senapan, tidak tahu tahun berapa dibuatnya.

Mereka tidak bisa menjabarkan alasan kenapa peluru bisa meluncur.

Tapi mereka tahu bagaimana menembak, merakit senapan, merawat dan menggunakannya.

Kira-kira kelompok mana yang kita bawa ikut perang?

Nah generasi kita ke depan menghadapi banyak medan petempuran di bidang ekonomi, teknologi, informasi, dll,

kalau mereka dicekoki sesuatu yang tidak bermanfaat di masa depan, bisa jadi kita akan kalah perang.

Bagaimana menurut Anda?

Anatole France:

The whole art of teaching is only the art of awakening the natural curiosity of young minds for the purpose of satisfying it afterwards

Johann Wolfgang von Goethe: Correction does much, but encouragement does more.

John Dewey:

The aim of education is to enable individuals to continue their education ... (and) the object and reward of learning is continued capacity for growth. Now this idea cannot be applied to all the members of a society except where intercourse of man with man is mutual, and except where there is adequate provision for the reconstruction of social habits and institutions by means of wide stimulation arising from equitably distributed interests. And this means a democratic society.

Robert Fulghum: All I really need to know ... I learned in kindergarten.

St. Francis Xavier:

Give me the children until they are seven and anyone may have them afterward.

Roger Lewin:

Too often we give our children answers to remember rather than problems to solve.

Reformasi Pendidikan: Menganalisa ulang hukuman

Reformasi Pendidikan: Menganalisa ulang hukuman

Isa Alamsyah

Disiplin adalah salah satu sikap penting yang harus ditanamkan dalam pendidikan baik di sekolah maupun di rumah.

Hukuman, adalah satu satu unsur penting dalam pendidikan disiplin.Dengan hukuman anak atau siswa akan tahu konsep reward and punishment, sesuatu yang pasti akan dihadapi anak atau siswa di masa depan.

Jadi saya anggap semua setuju bahwa anak dan siswa harus dididik disiplin

dan ada konsep hukuman sebagai konsekwensi.

Sampai di sini tidak ada masalah.

Tapi sayangnya, bentuk hukuman dan gaya disiplin ini yang perlu diperbaiki.

Berikut ini adalah catatan penerapan disiplin dan hukuman yang justru merusak tujuan mulia pendidikan.

Kesalahan pertama: Menghukum dengan memberi kerugian lebih

Ini saya masukkan ke nomor pertama karena masih berlaku hampir di semua sekolah.

Contoh 1: Kalau terlambat lebih dari 30 menit maka dihukum dengan disuruh pulang.

OK, mari kita analisa apakah ini bijak?

Pertama, kita lihat kenapa siswa tidak boleh terlambat.

Karena kalau dia terlambat akan kehilangan pelajaran penting yang diajarkan sebelum dia datang.

Nah kalau sudah kehilangan tiga puluh menit pertama justru dihukum dengan

menghilangkan kesempatan belajar sehari penuh, sama saja dengan menjerumuskan ke kerugian yang lebih parah.

Solusinya? Siswa harus dihukum dengan pulang lebih lambat dari teman-temannya minimal sesuai dengan waktu keterlambatannya, dan diberi aktivitas atau penugasan positif.

Cukup fair bukan?Ini hukuman yang biasanya diberikan di perkantoran.

Setidaknya saya sendiri kalau terlambat masuk kerja

saya akan menghukum diri dengan pulang lebih lambat tanpa lembur.

Jangan sampai orang bilang"Ini orang dateng belakanagan tapi asal pulang duluan terus!"

Contoh 2: Skorsing

Skorsing adalah bentuk hukuman karena suatu kesalahan anak tidak boleh masuk sekolah beberapa hari.

Kasus ini sama seperti kasus pertama, menghukum dengan membuat anak kehilangan kesempatan belajar.

Logikanya, justru ketika anak melakukan kesalahan mereka butuh perhatian lebih karena itu harus lebih lama di sekolah dan dibimbing lebih banyak.

Solusinya? Setelah pulang sekolah diberi tugas tambahan yang membuat mereka sadar kesalahannya dan memperbaiki diri (silakan disesuaikan dengan situasi kondisi setempat).

Kesalahan kedua: Menghukum kesalahan bidang A dengan konsekwensi bidang B

Seringkali kita menghukum anak didik dengan hukuman yang tidak berkaitan dengan kesalahannya.

Contoh 1: Misalnya ada anak hiperaktif, lalu main bola menendang bola asal-asalan akibatnya kaca pecah dan melukai siswa lain.

Padahal di sekolah ada peraturan tidak boleh main bola dengan bola blatter hanya bola plastik.Akhirnya anak tersebut dihukum dengan skorsing 1 hari.Fair tidak? tentu saja tidak.

Karena kesalahan dia tidak berkaitan dengan akademis.

Solusinya? Harusnya si anak dihukum dengan denda untuk mengganti kaca yang pecah, bahkan harus membiayai biaya dokter temannya. Itu fair. Kalau dia tidak mampu? Hukum anak tersebut dengan misalnya tugas berjualan (di kantin) dan keuntungannya atau gajinya untuk membayar biaya yang sakit.

Terlihat aneh tapi edukatif (Silakan cocokkan sendiri dengan keadaan di tempat masing-masing).

Contoh lain: Anak berkelahi di skorsing, anak tak berseragam di setrap tidak ikut pelajaran, dll.

Kesalahan ketiga: Menghukum kesalahan dengan hukuman fisik

Sekalipun hukuman fisik sudah jarang ada, di daerah tertentu masih ada yang memberlakukannya.

Hukuman fisik merupakan bentuk pelecehan atas intelektual manusia.

Di negara maju, terutama di Amerika, sekali saja ada hukuman yang bersifat fisik, menampar, memukul, menjuleg, pokoknya ada "Body Contact" maka bisa masuk katagori kriminal dan bisa dilaporkan ke polisi.

Di Indonesia juga pernah ada kasus demikian.

Di rumah sekalipun hukum fisik tidak dibenarkan.

Jadi jangan pernah menganggap kita punya hak memukul sekalipun terhadap anak atau istri sekalipun.

Kesalahan keempat: Menghukum kesalahan dengan kata-kata yang melemahkan

Kadang ketika kita melihat anak melakukan pelanggaran kita memperingati dengan keras. tentu saja ini sah,

tapi harus dipilih kata yang tepat.

Marah dengan kata-kata terbagi tiga:Pertama marah murka: marah yang memang ditujukan untuk menyakiti orang yang kita ajak bicara. Bentuknya hinaan, caci maki.

Kedua marah luapan emosi: Marah yang ini sebenarnya hanya luapan emosi dari kita, dan si obyek yang kena marah hanya jadi korbannya. Jadi tujuan sebenarnya bukan menyakiti lawan bicara, walaupun karena tidak terkontrol sering menyakitkan juga.Ketiga marah sayang atau marah untuk kebaikan: Sekalipun diucapkan keras tujuannya untuk menyelamatkan orang yang kita ajak bicara. Marah seperti ini sekalipun disampaikan dengan keras tapi kata-katanya terpilih, tidak ada hinaan atau kata-kata yang bersifat merendahkan. Dalam beberapa kasus marah sayang tetap dibutuhkan, jika cara halus tidak berhasil.

Tapi sayangnya, kadang kala orang tua dan guru karena satu dan lain hal, sekalipun ingin menyampaikan marah sayang, tapi karena emosi, yang keluar dari mulutnya justru marah luapan emosi atau menjadi caci maki.

Daripada begini mendingan diam.

"Orang kuat adalah orang yang bisa menahan marah ketika emosi" kurang lebih begitulah sabda Rasul Saw.

Demikian sedikit ulasan tentang hukuman dalam pendidikan.

Kalau ada masukan silahkan kasih komen ya.

Sedikit trik agar kita tidak terjerumus dalam hukuman yang salah, ada yang perlu diingat sebelum menghukum:1. Kenapa peraturan itu dibuat?

2. Apa tujuan peraturan itu?3. Apakah hukuman justru memperbaiki atau merusak?

4. Jangan ragu merevisi hukuman kalau evaluasi kita menganggap putusan kita salah, dan jangan malu untuk minta maaf.

Jadi berhati-hatilah dalam memberi keputusan, karena ternyata dalam berbahgai level kita seringkali bertanggug jawab sebagai hakim, pengacara dan jaksa sekaligus dalam satu waktu bersamaan.

Pada akhirnya kita harus bertanggung jawab kepada Sang Pencipta atas keputusan kita.

Parenting Home Safety: Tahukah Anda Elpiji?

Parenting Home Safety: Tahukah Anda Elpiji?

Isa Alamsyah

Elpiji sudah dikenal dimana mana.

Sekalipun berita meledaknya tabung elpiji sudah sering dimuat, tapi kini nampaknya tidak banyak pilihan,

kita mau tidak mau harus pakai elpiji di rumah.

Tapi apakah Anda benar-benar tahu apa elpiji?

Agar tidak jadi korban ketidaktahuan tentang elpiji, maka saya akan beri catatan penting tentang ini.

Kata elpiji berasal dari singkatan LPG yang dalam bahasa Inggris dibaca 'epliji.'

LPG sendiri merupakan singkatan dari Liquefied Petroleum Gas (Bahan bakar/ minyak bumi gas yang dicairkan).Jadi tolong diingat jelas-jelas elpiji adalah BAHAN BAKAR.

Perlu diketahui, elpiji tidak berbau sama sekali.

Lalu bau apa yang kita cium kalau gas bocor?

Yang kita cium adalah bau Methanethiol yang sengaja diberikan ke gas elpiji agar terdeteksi kalau bocor.

Sekarang saya akan tanya pada Anda:Apakah Anda setuju kalau semprotan nyamuk (spray) diisi dengan elpiji sebagai tenaga dorongnya?

Apakah Anda setuju kalau minyak wangi spray diisi dengan elpiji sebagai tenaga dorongnya?

Tentu Anda tidak setuju bukan? Ya, karena berbahaya

Tapi tahukah Anda, semprotan nyamuk spray, minyak wangi spray, yang saat ini ada di rumah,

isinya tidak lain adalah gas elpiji.

Isinya tidak lain adalah C3H8 yang merupakan bahan bakar.

Apa bedanya gas elpiji 7 kg, 12 kg, dengan semprotan nyamuk atau minyak wangi?Bedanya kalau elpiji 7 kg dan 12 kg digunakan untuk masak dan diberi pembau Methanethiol (seperti yang biasa kita cium kalau gas bocor), sedangkan penyemprot nyamuk diberi bau zat pembunuh nyamuk dan minyak wangi diberi bau wangi.Sedangkan kandungan gasnya sama elpiji atau dengan kata lain sama-sama bahan bakarKaget? Saya saja kaget pertama kali mendengarnya baru-baru ini.

Kenapa saya jadi tahu?Karena saya sendiri beberapa hari lalu jadi korbannya.

Katakanlah saya jadi korban kebodohan sendiri karena tidak tahu ini.

Saya terpaksa menceritakan ini biar Anda tidak jadi korban,

terus terang saya juga tertawa sendiri kalau ingat kebodohan yang satu ini.

Ceritanya, ada tikus membuat lubang di bawah lemari dapur.

Ada beberapa lubang dan saya pasang lem tikus.

Untuk mengusir tikus yang ada di dalam (kebetulan saya lihat tikusnya masuk) maka saya semprotkan penyemprot nyamuk ke lubang. Tapi tikusnya tidak keluar.

Tiba tiba muncul ide gila (atau ide bodoh). Saya ingin menakut-nakuti tikus dengan api.

Lalu saya klik api ke lubang tikus tersebut.

Selang beberapa detik "BOOOOOM"

Terjadi ledakan yang cukup dasyat'

Tiga pintu lemari dapur rusak. Lemari dapur terangkat ke atas, dan keramik penahannya pecah.

Api menyambar sampai 1 meter kubik percis seperti ledakan di film-film. Ceilee gaya.

Bedanya kalau di film jagoannya loncat dan selamat, saya gak sempat loncat jadi kena sambar api sedikit di bagian tangan.Alhamdulillah untungnya hanya terkena bagian tangan kiri, luka bakar tingkat 1 (ringan) dan sudah membaik.

Cuma bulu tangan praktis hilang.

(Kebetulan dulu saya ikut PMR, jadi pertolongan pertamanya terselamatkan. Kata dokter di UGD karena penanganan luka bakar awalnya bagus, jadi lukanya tidak parah (NB: kalau ada luka bakar siram terus dengan air keran).

Selain itu alhamdulillah tabung gas di rumah dipisahkan dengan tombok dengan dapur jadi keadaan tidak menjadi lebih parah.

Lalu kenapa saya bisa sebodoh itu?Jawabannya karena saya tidak tahu informasi di atas sebelumnya.

Saya tidak tahu kalau gas di dalam penyemprot nyamuk ternyata elpiji (bahan bakar murni).

Saya kira di dalam penyemprot nyamuk itu adalah aerosol dan saya kira aerosol itu bukan bahan bakar tapi sekedar bisa memberi sambaran yang lembut (bukan ledakan)..Saya tahu semprotan nyamuk bisa terbakar, tapi tidak tahu bisa sebesar itu.

Kalau saya tahu isi penyemprot nyamuk adalah elpiji tentu saja tidak akan sebodoh itu.

Intinya semua terjadi karena saya tidak tahu semprotan nyamuk itu ternyata isinya tidak lain adalah elpiji.

Darimana saya tahu bahwa semprotan nyamuk ternyata berisi elpiji?Kebetulan dalam sebuah meeting saya bertemu seorang kepala insinyur dari perusahan korek api gas.

Dia memberi tahu informasi di atas ketika melihat luka bakar di tangan saya.

Dia juga menekankan bahwa terjadinya kebakaran harus ada tiga faktor (yang disebut segitiga api yaitu: Ada bahan bakar, ada udara dan ada percikan).

Nah waktu saya menyemprotkan pembasmi nyamuk, yang ada adalah udara dan bahan bakar, tapi tidak ada percikan.

Ketika saya kasih api maka ada percikan, sehingga terjadilah ledakan atau kebakaran.

Begitu juga kalau ada gas bocor di tengah malam.Kalau ada gas bocor, itu tidak berbahaya. Tapi ketika kita menyalakan lampu untuk mengecek, maka ada percikan dan menyebabkan kebakaran/ledakan. Karena itu kalau ada gas bocor, lepas dulu selangnya baru nyalahkan lampu.

Dan jangan merokok kalau ada bau gas bocor.

Untuk memperkuat informasi ini, Kemudian saya googling di internet.

Ternyata di wikipedia diungkap bahwa dulu penyemprot spray banyak menggunakan chlorofluorocarbons, tapi karena merusak ozon diganti dengan elpiji.

Simak data di bawah:

Liquefied petroleum gas (also called LPG, GPL, LP Gas, or autogas) is a flammable mixture of hydrocarbon gases used as a fuel in heating appliances and vehicles. It is increasingly used as an aerosol propellant and a refrigerant, replacing chlorofluorocarbons in an effort to reduce damage to the ozone layer.

Nah untuk keamanan di rumah maka:Tip 1: Semprotan nyamuk tetap aman dipakai. Tapi untuk menjaga kesehatan, jangan masuk kamar yang disemprot sebelum 1 jam. Tunggu nyamuknya mati jangan biarkan kita menghirup racunnya.

Tip 2: Jauhkan kaleng penyemprot nyamuk dan kalneg spray minyak wangi dari api atau daerah panas.

Tip 3: Jangan bawa minyak wangi spray dalam kaleng yang memakai tekanan gas ke atas pesawat, kalau tekanan tidak normal bisa meledak di pesawat.

tip 4: Sebaiknya pisahkan kompor gas dan tabung gas. Buat tabung gas di balik tembok dan buat lubang di tembok.

tip 5 : Sebaiknya dapur ada ruang udara yang langsung keluar, ventelasi besar sehingga sirkulasi udara bagus.

tip 6 : Jangan buang sampah kaleng bekas semprotan nyamuk ke tempat sampah kecuali dikosongkan total.Kalau masih ada gas, lalu sampah dibakar ia jadi ledakan. Jangan kosongkan dengan dipaku, dikhawatirkan proses memaku lubang akan menghasilkan percikan yang memicu ledakan.

Tip 7 : Kalau ada yang luka bakar langsung alirkan dengan air mengalir (air kran) selama 10 - 20 menit sambil menunggu ke UGD (Biasanya di sana diberi bioplacenton, NaCL atau Sofatul tergantung kondisi).

Apakah Anda bisa berbagi cerita yang berhubungan dengan ini, ditunggu komentarnya.

Parenting: "Kalau Ada Waktu" buat anak-anak

Parenting: "Kalau Ada Waktu" buat anak-anak

Isa Alamsyah

Malam ini nampaknya akan jadi salah satu malam tersibuk,

karena saya harus menyelesaikan finishing 4 buku di satu malam di rumah.

Segala rencana sudah disiapkan, jam berapa sampai jam berapa mengerjakan yang mana dan seterusnya

sehingga sebelum tengah malam bisa selesai. Begitu rencananya.

Tiba tiba si bungsu Adam datang dan minta ditemani untuk melatih speed lari menggunakan treadmill.

Karena memang pelatih bola menganjurkan Adam berlatih speed, saya menemani Adam latihan, meninggalkan kerja.

Saya tidak mau menunda, mumpung ia sedang semangat dan untuk jaga momentum.

Sesekali saya perhatikan waktu, nampaknya masih cukup.

Setelah selesai dan sama-sama kelelahan, saya mulai duduk depan komputer dan siap bekerja mengejar target.

Belum lama berselang, setelah mengganti bajunya yang basah kuyup, Adam datang lagi ke kamar kerja,

kali ini minta diajarkan matematika, pecahan, desimal, persen, dll.

Sekali lagi saya tunda kerja, dan coba menerangkan sebaik mungkin cara mudah agar Adam bisa mengerti.

Sesekali saya perhatikan waktu, nampaknya masih bisa dikejar.

Belum selesai menemani Adam belajar, kali ini si sulung Salsa datang.

Ia mengajak diskusi tentang proyek presentasinya atau proyek workshop dari sekolah.

Kami berdiskusi cukup lama, apakah sebaiknya menggunakan power point atau movie maker,

bagaimana menentukan tema dan angle menarik dari workshopnya.

Selama diskusi, Adam sesekali menyelak untuk bertanya soal-soal matematika yang tidak dimengertinya.

Tanpa terasa (sebenarnya terasa sih), waktu sudah menjelang tengah malam, dan anak-anak harus tidur,

dan tidak satupun pekerjaan yang harus saya kerjakan sempat terpegang.

Nampaknya semua rencana tidak berjalan.

Dan saya mengantarkan anak-anak tidur.

Maklumlah, ibunya anak-anak sedang di luar kota, jadi malam ini saya urus anak-anak.

Selepas mereka tidur, saya baru bisa mulai bekerja dan tidak tidur sampai subuh.

Ada saat rasanya ingin mengatakan, "Please I'm busy" atau " Saya sedang sibuk, jangan diganggu!" dsb

Tapi saya memilih untuk membiarkan anak-anak mengganggu saya bekerja.

Seringkali orang tua berkata "Saya sibuk" ketika diganggu anak-anaknya.

Bahkan ada yang marah ketika diganggu saat bekerja di rumah.

Daripada menolak keinginan anak yang membutuhkan waktu saya,

saya memilih untuk menunda waktu kerja untuk anak-anak dan mengorbankan waktu tidur sebagai gantinya.

Kenapa? Karena rasanya tidak fair, waktu siang kita bekerja anak-anak sudah tidak bisa bertemu,

dan ketika malam pun pekerjaan mengambil waktu anak-anak kita.

Saya selalu ingat "Why"

Salah satu alasan kenapa saya harus bekerja, harus lembur mengejar target kerja adalah

agar anak-anak lebih sejahtera dan bahagia.

Agar ketika sejahtera, saya punya waktu bebas bersama anak-anak.

Jadi tidak fair rasanya kalau saya harus korbankan anak-anak karena sesuatu yang saya lakukan untuk MEREKA juga.

Karena anak-anak adalah "WHY" atau salah satu alasan saya bekerja,

jadi saya tidak mau membalik mengorbankan mereka karena pekerjaaan.

Tapi ini bukan berarti Anda tidak bekerja profesional.

Saya tetap mengejar target, hanya saja saya korbankan waktu tidur, bukan waktu bersama anak-anak.

Kadang-kadang memang harus demikian.

Salah satu yang paling dibutuhkan anak dari orang tua adalah "WAKTU"

Paling ideal adalah memberikan KWANTITAS dan KUALITAS WAKTU.

Kalaupun belum sanggup minimal KUALITAS WAKTU.

Waktu berkualitas adalah PERHATIAN.

Di antara kebutuhan waktu tersebut ada yang disebut MOMENTUM.

Hadiah waktu terbaik adalah MOMENTUM yang TEPAT.

Dan MOMENTUM yang tepat adalah saat mereka MEMBUTUHKAN.

Kapan saat anak-anak membutuhkan ORANG TUA, ya saat mereka meminta dan datang kepada kita.

Karena itulah saya sering meninggalkan kesibukan jika MOMENTUM kebutuhan anak datang.

Karena HADIAH terbaik adalah hadiah yang diberikan saat dibutuhkan.

Seringkali dalam seminar dan workshop motivasi saya tekankan:

"Segeralah kaya ketika muda. Segeralah sejahtera ketika anak-anak masih kecil"

Kenapa? Karena mereka butuh waktu kita ya saat mereka masih kecil.

Jangan tunggu punya kebebasan waktu ketika pensiun, atau makmur ketika tua.

Karena ketika tua mereka sudah punya teman, sudah punya organisasi dan sudah sibuk dengan dirinya sendiri.

Jangan disaat mereka sudah matang dan sibuk kita malah mengganggu mereka.

Apalagi kalau menunggu tua baru punya waktu, mungkin kesehatan kita juga sudah parah.

Karena itu, BUAT WAKTU untuk anak anak. Jangan KALAU ADA WAKTU.

Kalau kesejahteraan finansial belum cukup maka berikan WAKTU.

Waktu yang Anda miliki, dengan waktu yang dimiliki orang terkaya di dunia jumlahnya sama, 24 jam sehari.

Gunakan kekuatan WAKTU untuk membahagiakan anak.

Jangan katakan KALAU ADA waktu, karena SELALU SAJA ADA KESIBUKAN.

Waktu HARUS DISEDIAKAN, dan DISIAPKAN dan DIJATAHKAN untuk anak-anak kita.