Kaca Ajaib

Kaca Ajaib

Isa Alamsyah

Al kisah di sebuah negeri antah berantah, hiduplah seorang kakek bijak yang kaya raya.

Ia dikenal sakti karena mempunyai kaca ajaib yang bisa menuntaskan berbagai masalah ekonomi.

Suatu hari datanglah seorang pengusaha yang baru saja bangkrut dari usahanya.Ia sangat frustasi, apalagi hartanya yang dulu melimpah kini jadi hutang yang membengkak.

Pengusaha tersebut datang kepada sang kakek dan berharap bisa melihat cermin ajaibnya.Konon mereka yang melihat kaca ajaib ini akan kembali menjadi kaya.

"Kek, izinkan saya melihat cermin ajaibnya, agar saya bisa bangkit kembali, " pintanya.

"Tapi ada syaratnya, kamu harus mengikuti dulu ilmu pendahuluannya," jawab sang kakek.

Singkat cerita akhirnya sang pengusaha berguru pada sang kakek.

Mereka membahas segala permasalahan bisnis yang dihadapi sang pengusaha.

Selama diskusi berhari-hari, satu persatu masalah mulai terpecahkan.

Dari pertemuan tersebut si pengusaha mulai menemukan celah baru untuk mendapatkan modal,

ia punya visi baru tentang bisnisnya, ia tahu bagaimana melunaskan hutangnya dengan strategi baru.

Intinya pengusaha itu sudah mendapatkan semangat dan visi baru untuk membangun bisnisnya.

"Nah, nampaknya kamu sudah siap melihat kaca ajaibku," seru sang kakek di akhir pertemuan.

"Baik Kek, terima kasih atas bimbingannya," kata pengusaha itu menggebu gebu.

Lalu mereka masuk keruangan khusus yang selalu terkunci rapat.

Ruangan itu putih, kosong dan nyaris tidak ada apa-apa.

Hanya ada satu kaca dipojok yang terbungkus kain putih.

Lalu sang kakek, memegang kain penutup kaca siap membuka.

Sebelum membuka penutup, sang kekek tersebut berkata:"Kamu jangan kaget, pokoknya kamu tanya pada yang kamu lihat di kaca tersebut,

apakah dia bisa membantu. Kalau dia bilang bisa, maka masalah kamu selesai."

"Baik, Kek!" kata pemuda itu tak sabar,

hatinya menggebu-gebu ingin bertemu dengan penolongnya.

Satu ...dua.. tiga....

Tadaaa...seru sang kakek mengangkat kain sambil bersikap seperti pesulap yang baru saja mempersembahkan magicnya.

Akhirnya kaca itu terbuka.

Pemuda itu kaget melihat sosok di kaca tersebut.

Ya, kaca ajaib itu tidak lain hanyalah cermin biasa.

Dan yang terlihat oleh pengusaha tersebut adalah dirinya sendiri.

"Ya, itulah penolongmu sekarang," kata sang kakek.

Silahkan tanya pada dirimu, silahkan tanya pada dirimu sendiri, apakah kamu siap menolong dirimu.Karena semua masalahmu hanya akan selesai kalau kamu mau menolong diri sendiri

dan sadar semuanya tergantung kamu sendiri.

Dengan semua yang baru dipelajari, dengan semua semangat yang baru didapat,

pengusaha itu akhirnya sadar kini masa depan ada ditangannya sendiri.

Ia tidak perlu kaca ajaib untuk mewujudkannya.

Hikmah:Begitulah kehidupan kita.

Ketika kita menghadapi masalah, ketika kita menghadapi kendala,

maka diri sendirlah yang harus menjadi tumpuan utama untuk bangkit.Kalau ada yang membantu Alhamdulillah, kalau ada yang menolong ya syukur,

tapi tetap saja pada akhirnya diri sendiri yang jadi tumpuan harapan.

Orang mungkin bisa menyerah membantu kita, orang bisa menolak untuk menolong kita,

tapi selama kita masih mau menolong diri sendiri, kita tetap bisa bangkit.

Don't give up on yourself!

Apakah Anda punya cermin di rumah?Berarti Anda punya kaca ajaib.

Jika ada masalah, lihatlah ke cermin dan katakan

"SAYA AKAN MENGATASINYA"Lihatlah cermin dan sosok itu adalah SOLUSI atas semua masalah ANDA.

Anda adalah jawabannya, karena Tuhan telah memberikan semua yang kita butuhkan untuk bangkit.

No Excuse!


Yang penting usaha bukan hasil, bijak tapi menyesatkan.

Yang penting usaha bukan hasil, bijak tapi menyesatkan.

Isa Alamsyah

Beberapa hari lalu saya memasang status:

"Yang penting usaha bukan hasil, kelihatannya bijak tapi menyesatkan.

Itu berlaku dalam penilaian Tuhan, tapi antar manusia ini bisa membuat Anda kehilangan klien,

kerjaan, pelanggan, dsb. Menurut Anda?" Sebelum saya memasang status ini, saya tahu pasti akan ada perdebatan,

tapi toh saya pasang juga karena justru diskusinyalah yang perlu ditumbuhkan.

Seringkali kita dengar kalimat seperti ini:"Jangan hanya lihat hasil, tapi lihatlah proses"

"Proses juga harus dihargai, jangan hasilnya saja"

"Yang penting usaha, hasilnya Tuhan yang menentukan"

Bagaimana kelihatannya? Kelihatan bijak, bukan?

Tapi apakah benar demikian?

Bayangkan, misalnya Anda punya 2 orang pegawai bagian pemasaran komputer server.

Pegawai pertama orangnya rajin. Dia menelepon dan presentasi ke 100 orang setiap bulan, tapi tidak bisa menjual barang satu pun.

Dan setiap bulan Anda tetap harus menggajinya sekalipun ia tidak menghasilkan apa-apa.

Pegawai kedua, kelihatannya santai saja.

Dia hanya menelepon 20 orang setiap bulan tapi bisa menjual 20 unit komputer.

Dia juga mendapat gaji, tapi hasil penjualannya membuat perusahaan mampu menggaji dia,

memberi keuntungan perusahaan serta membuat perusahaan mampu

menggaji yang pegawai yang tidak produktif seperti orang pertama.

Bagaimana dengan ilustrasi di atas?

Apakah Anda memilih punya pegawai seperti orang pertama, rajin, terus berusaha tapi tidak memberi hasil.

Apakah Anda memilih pegawai kedua yang tenang, terkesan lebih sanatai, santai tapi hasilnya signifikan.

Silahkan jawab sendiri.

Manusia butuh hasil.

Karena tanpa hasil kita tidak bisa survive.

Sumber daya manusia terbatas.

Kalau Anda bekerja pada manusia dan hanya menawarkan janji kerja keras,

bersumpah akan berusaha sekuat tenaga, tapi tidak memberikan hasil.

Siap siap saja kehilangan pekerjaan. Itu realitas dan itu logis.

Sedangkan Tuhan, Ia mempunyai kekuatan yang tidak terbatas,

Baru niat baik saja kita sudah dihitung satu kebaikan.

Kalau kita berusaha gagal, usahanya saja sudah dapat pahala.

Kalau gagal terus, tapi berusaha terus dan tetap gagal terus, Tuhan tetap bisa memberi pahala.

Karena sumber daya Tuhan tidak terbatas.

Pemahaman 'yang penting usaha, bukan hasil' bisa menyesatkan karena

membuat kita merasa nyaman sekalipun tidak berhasil,

merasa kita sudah mencapai sesuatu padahal belum kemana-mana.

Mungkin lebih bijak begini

Proses dan sukses sama pentingnya,

Usaha dan hasil sama pentingnya.

Tapi pada prakteknya tetap saja manusia butuh hasil, lebih dari lainnya.

Tapi semua terserah Anda.Kalau Anda tetap percaya 'yang penting proses bukan hasil' juga tak apa.

Toh masing-masing akan menanggung akibat atas apa yang dipercayainya.

Kepada orang lain, terutama kepada anak-anak, saya sendiri sering juga mengatakan:

"Yang penting sudah berusaha, hasil kita lihat nanti"

Tapi itu dalam rangka tetap menyemangati, tetap memberi penghargaan atas kerja,

agar semangat mereka tidak surut.

Tapi terhadap diri sendiri saya selalu mengatakan:

"Saya harus berhasil, kerja keras tanpa hasil berarti masih kurang keras, masih kurang cerdas".

Bagaimana dengan Anda?

MENANTI RODA BERPUTAR

MENANTI RODA BERPUTAR

Isa Alamsyah

Pasti kejadian seperti ini pernah kamu dengar:Ada orang jahat menyakiti orang baik, lalu orang baik tidak melawan sekalipun jadi korban.Dalam hati ia berkata"Biarkan roda berputar, suatu saat dia akan di bawah kita di atas!"

Ada orang miskin bekerja tapi tetap miskin, dan tidak kaya-kaya.

Lalu ia melihat orang kaya dan bermimpi ingin kaya.

Dalam hati ia berkata"Biarkan roda berputar, suatu saat kita akan di atas"

Anda percaya itu?Buat Anda yang percaya bahwa roda akan berputar saya terpaksa mengingatkan bahwa itu salah satu OMONG KOSONG yang paling berbahaya.

Faktanya: Roda TIDAK selalu berputar. Ada kalanya roda DIAM.

Banyak sekali orang miskin yang mati miskin.

Orang bodoh tetap bodoh sampai mati.

Orang jadi korban dan jadi korban seumur hidupnya.

Umat direndahkan dan tetap direndahkan.

Sebaliknya ada orang yang lahir kaya dan sampai mati tetap kaya.

Kenapa? Karena roda TIDAK BERPUTAR.Kenapa tidak berputar?Karena tidak digerakkan. Roda yang di-rem tidak bisa bergerak.

jadi KITA yang harus menggerakan RODA nasib.

Jangan menunggu nasib berputar sendiri mengangkat kita ke atas, padahal kita tidak melakukan apa-apa.

Ingat kan Indonesia dijajah ratusan tahu?Berarti ada generasi yang dari lahir sampai mati tidak tahu rasanya merdeka.

Rodanya di bawah terus.

Ayo luruskan?Yang benar bukan roda berputar tapi roda bisa berputar dan bisa diam, dan kita yang memutuskannya akan menggerakkannya atau tetap diam di bawah.

Nah, pasti percaya roda berputar?

Berkatalah yang baik, atau lebih baik diam, hati-hati memahaminya

Berkatalah yang baik, atau lebih baik diam, hati-hati memahaminya

Isa Alamsyah

Kemarin saya menulis status "Berkatalah yang baik, atau lebih baik diam" dan mendapatkan respon serta tanggapan positif beragam.

Salah satunya ada yang bertanya, Apakah ini berarti "Diam itu emas"?

Nah apakah Anda setuju diam itu emas?

Tentu saja tergantung keadaaan.

Kalau kita buat skor 0 - 3, diam itu skornya cuma antara 0 sampai 1 saja karena ada yang lebih tinggi nilainya dari diam yaitu berkata baik dan ada yang lebih tinggi dari berkata baik yaitu ACTION baik/ positif.

Yang lebih buruk dari diam adalah berkata buruk dan di bawah berkata buruk ada lagi yaitu action buruk.

kalau dibuat tabel mungkin bisa seperti ini

Level tertinggi skornya 3: Action (mengubah keadaan menjadi lebih baik dengan tangan atau perbuatan).

Level kedua tertinggi skornya 2: Suggesting/ warning (mengubah keadaan menjadi lebih baik dengan lisan).

Level kesatu skornya 1: Diam tapi dalam hati menyimpan amarah atau dendam positif untuk mengubah.

Level nol skornya 0: Diam sama sekali tidak ada reaksi, pasrah (iklas bukan pada tempatnya - iklas pada keburukan).

Level minus 1: Diam tapi hati diam tapi setuju dengan keburukan (pro keburukan).

Level minus 2: Menggunakan lisan untuk keburukan (Nah di level inilah kata kata "Berkatalah yang baik atau lebih baik diam" bisa diaplikasikan.

Level minus 3 (terndah): Berbuat buruk, mendukung keburukan atau menjadi agen keburukan.

Cukup jelas kan?

Nah bagaimana praktek di lapangan?

Apakah Anda pernah pergi ke Mal besar yang musholahnya kecil, terpencil sehingga sholat bersedak-desakan?Jika semua pengunjung diam tidak ada yang protes ke manajemen maka Mal tersebut tidak akan memperbaiki fasilitas musholah.

Tapi kalau setiap pengunjung setelah sholat komplain, minimal manajemen mal berpikir untuk memperbaiki fasilitas.

Sayangnya sebagian besar pengunjungan hanya diam. Diam seperti ini yang namanya iklas bukan pada tempatnya, sabar yang melenceng penerapannya.

Kadang juga ada status yang cukup menggugah di facebook.

Ramai orang berkomentar memberi dukungan dan semangat.

Tapi tiba-tiba ada yang berkomentar pedas atau memberi omongan jorok merusak suasana, nah ini termasuk yang "lebih baik tidak usah komentar daripada merusak suasana"

Bicara tanpa ilmu juga berbahaya.

Sudah dengar kejadian Miss Universe tutup account twitternya?

Dia bilang mari berdoa untuk Korea, semoga kedua negara di Cina ini bisa damai.

Dia dicaci karena tidak tahu Korea itu dua negara yang berbeda dan bukan di Cina.

Bayangkan hal baik saja bisa jadi masalah.

Miss Universe itu malu dan tutup twitternya.

Yang terpenting sekarang adalah, di mana Anda ingin menempatkan diri.

Ketika melihat keburukan Anda pilih diam, pasrah?

Atau pilih berbicara atau menulis untuk perbaikan?

Atau pilih action positif dengan power yang Anda punya?Jika diam itu emas, maka berbicara baik mungkin mutiara, dan action positif adalah DIAMOND.