Mengejar Impian Yang Tak Mungkin

Mengejar Impian Yang Tak Mungkin
Isa Alamsyah

Ini adalah sekilas kisah impian Aldi saputra (19 tahun), pemuda kampung asal Riau.
Walaupun sekilas terlihat seperti orang kebanyakan, sebenarnya ia mempunyai keterbatasan fisik. Ia tidak bisa berbicara dengan jelas, dan postur fisiknya tidak sempurna, dan sesekali gemetar-gemetar.
Tapi ia mempunyai impian, menjadi pemain film.

Kecintaannya pada dunia peran muncul ketika ia mengikuti kegiatan drama di sekolah sewaktu SMP. Ia melanjutkan kegiatan dramanya ketika SMA.
Penyuka pelajaran Bahasa Indonesia ini merasa nyaman di dunia akting dan ingin mendalami dunia akting.

"Lulus SMA, aku ngomong sama emak. Aku tahu fisikku seperti ini dan aku gak bisa buat emak bangga. Aku mohon diizinkan ke Jakarta belajar akting," katanya.

Tapi saat itu keluarga di kampung bilang:
"Kamu gak tahu diri, tampangmu dan fisikmu kayak gini gak mungkin jadi bintang film!"

Untung ada seorang paman yang peduli menasehatinya:
"Kalau kau ingin sukses dan betul sukses pindah dari kampung ini. Kalau kau tetap di sini kau tidak akan ada perubahan."

Akhirnya kesempatan datang.
Di Pekanbaru ada audisi akting di mal. Manajemen audisi membuka kesempatan akting dan memintanya ke Jakarta. Aldi harus merogoh tabungannya Rp 2.500.000 untuk membayar manajemen fee dan berangkat ke Jakarta untuk main film dan sinetron.
Akan tetapi sesampainya di Jakarta Aldi baru sadar bahwa ia baru saja tertipu, karena sama sekali tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
"Kalau saja keluarga di kampung tahu aku ditipu pasti mereka tambah marah lagi sama aku," kenangnya.

Aldi tidak mudah menyerah. Ia ingin tetap mengejar impiannya.
Dalam hati ia percaya, "Aku yakin, Tuhan gak sia-sia (menciptakan aku), selama usaha pasti ada jalannya"

Dengan uang seadanya, Aldi mencari tahu di mana ia bisa belajar akting. Ia menumpang tidur di rumah saudara,
Akhirnya ia direkomendasikan untuk bergabung dengan sanggar Ananda dan bertemu langsung dengan pimpinan sanggar Aditya Gumay.
.
"Kak Adit aku pengin belajar di sini," katanya.
"Kalau memang bagus akting kau, aku sendiri yang ajak kau main" kata Adit yakin.

Suatu hari Aditya Gumay, sutradara yang sukses dengan film Emak Ingin Naik Haji ini, menantang anak sanggar maju ke depan kelas dan siapa yang aktingnya bagus dapat hadiah.
"Aku maju dengan totalitas. Aku menang dan dapat hadiah seratus ribu dari Mas Adit. Itu gaji pertama menurutku" cerita Aldi.

Aldi akhirnya belajar terus di sanggar. Tapi semua tidak mudah.
Dari kampung ibu menelepon terus. Mana? Kapan kau main?
Selama setahun mendalami akting di Jakarta, ibu suka bilang;
"Pulanglah ke Pekanbaru jadi petani, percuma kau di Jakarta."
Akhirnya ibunya menyuruh Aldi berhenti, pulang, karena tak sanggup lagi kirimi uang.
"Aku tahu aku kurang bu, tapi aku yakin aku bisa. Aku pingin buktiin di sini." jawab Aldi.

Masalah datang lagi.
Satu-satunya kerabat tempatnya menumpang harus pindah ke luar kota.
Aldi tidak punya tempat tinggal, dan tidak bisa membayar biaya sanggar dan tidak punya sandaran hidup.
"Aku sudah gak bisa bayar lagi, tidak punya tempat tinggal, tapi aku ingin tetap ada di sanggar." jelas Aldi pada Sanggar.
"Kamu tinggal aja di sini, bantu-bantu, jaga kebersihan di sini," ungkap pihak sanggar menawarkan.
Di dalam kesulitan itu Aldi malah mendapat kesempatan belajar lebih banyak.

Di pertengahan tahun 2010, Aldi akhirnya mendapat kesempatan main film.
Tidak tanggung-tanggung, peran dalam sebuah film layar lebar
Ia diajak oleh Aditya Gumay untuk berperan menjadi salah seorang teman Rara (bintang utama) dalam film "Rumah Tanpa Jendela'' dan mendapat porsi peran yang cukup banyak.

Akhirnya impiannya tercapai.
Setidaknya ia bisa membuktikan apa yang kata keluarga di kampung tidak mungkin ternyata bisa terjadi
"Aku bersyukur kepada Allah SWT diajak main oleh Mas Adit. Ini sebuah sejarah bagiku. Aku bisa buktiin ke keluarga Aldi itu berguna, Aldi bukan org yg cengeng."

Aldi adalah salah satu contoh kecil No Excuse!
Ia bisa memasuki sebuah profesi yang hampir semua kriteria fisiknya tidak bisa dipenuhi .

Semoga saja kita bisa menyaksikan debut Aldi dalam film pertamana "Rumah Tanpa Jendela" tayang tanggal 24 Februari 2011

Di film Rumah Tanpa Jendela, sutradara Aditya Gumay banyak mengangkat isu tentang saudara-saudara kita dengan kebutuhan khusus, sekalipun bukan tema sentral
Film ini akan mengangkat isu persahabatan, nilai keluarga, impian, dan bersyukur.

(Artikel ini ditulis berdasarkan wawancara Asma Nadia dan Aldi di sela-sela syuting Rumah Tanpa Jendela tanggal 7 juli 2010)

*****
Jangan lewatkan!
Depok, Sabtu 19 Feb 2011
Akan ada Launching buku "Rumah Tanpa Jendela" dihadiri oleh Aditya Gumay dan Asma Nadia.
Diikuti launching buku "Think Dinar" oleh Endy Kurniawan dan buku "Dendam Positif" oleh Isa Alamsyah.
Gratis dan banjir hadiah.
Setiap yang hadir akan mendapat hadiah langsung berupa:
Voucher senilai Rp 50.000 untuk mengikuti Workshop 3 in 1 Sakinah Family tanggal 26 Feb 2011.
Hadiah langsung lainnya: Stiker motivasi dan pembatas buku motivasi dari Komunitas Bisa.
Postcard dan pembatas buku dari Asma Nadia Publishing House.
Hadiah pin untuk setiap pembelian buku di Gramedia Depok saat launching berlangsung.

7 comments

  1. Luar Biasa,
    Benar2 satu kisah dibalik cerita,
    Inspiratif dan membangkitkan energi positif...
    Mohon ijin untuk di syiarkan, agar semakin banyak yang mendapatkan maknanya...
    Trims, dan SUKSES SELALU.

    ReplyDelete
  2. kisah yg membuat semangat lagi ketika satu hasil tak sesuai dengan keinginan dan harapan!!!

    ReplyDelete
  3. kisah yang mengharukan dan memberi banyak inspirasi

    ReplyDelete
  4. trimakasih pak...kisah ini buat saya jadi semangat lagi untuk mengejar impian saya....;)

    ReplyDelete
  5. subhanallah... Luar biasa! Harus nonton nie. Penasaran banget dengan sosok aldi.

    ReplyDelete
  6. Semangat yg menakjubkan..
    Klo Aldi yg mmpunyai kkurangan aj bsa,knpa Q yg bs dktakan smpurna tdak bisa..
    Inti'nya,Q hruz lbih bsa tk mengejar impianQ dn g bleh cngeng lg..

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon