Revolusi Pendidikan: Mendidik anak menulis sejak dini

Dari segi manfaat untuk kehidupan, di sekolah ada 3 jenis pelajaran.
Pertama, pelajaran/pendidikan yang pasti terpakai dalam kehidupan.
Kedua, pelajaran/pendidikan yang mungkin terpakai dalam kehidupan.
Ketiga, pelajaran/pendidikan yang pasti tidak terpakai dalam kehidupan (Kalaupun terpakai prosentasenya sangat sedikit)

Idealnya, kriteria pertama, pelajaran yang pasti terpakai dalam kehidupan, adalah inti dari pelajaran di sekolah. Bobotnya harus paling tinggi.
Sayangnya bobotnya dipukul rata.
Lebih buruk lagi tak jarang justru kriteria kedua dan ketiga yang paling banyak mendapatkan porsi sedangkan kreteria yang sangat penting yaitu yang pertama, banyak dilupakan.


Salah satu pendidikan yang pasti terpakai dalam kehidupan yang banyak terlupakan adalah kemampuan "MENULIS".

MENULIS adalah kemampuan yang pasti bermanfaat untuk kehidupan.
Menulis yang dimaksud dalam artikel ini bukan sekedar bisa menulis melainkan kemampuan menuangkan gagasan, ide atau imajinasi dalam bentuk tulisan.

Saat ini kemampuan menulis anak dikebiri dalam sistem pendidikan nasional.
Soal dibuat pilihan ganda tanpa esai, yang tidak lain adalah menulis.
Alasannya kepraktisan.
Alasan lain keragaman jawaban. Anak dilarang mempunyai beda pendapat, guru juga dilarang punya beda penilaian. Jadi harus seragam. (Kemampuan menulis dan berpikir diabaikan).

Padahal menulis atau kemampuan mengungkap ide dalam bahasa tulisan adalah kemampuan yang pasti bermanfaat dalam kehidupan.
Dunia berkembang seperti sekarang karena orang di masa lalu menulis.
Kita tahu apa yang terjadi di masa lalu juga dari tulisan.
Bahkan batas antara sejarah dan pra sejarah adalah peninggalan berupa tulisan.

Menulis adalah kemampuan yang pasti bermanfaat apapun pekerjaan kita.
Menulis akan membuat kita mempunyai nilai lebih dalam pekerjaan.
Dokter yang menulis, guru yang menulis, manajer yang menulis akan mendapat respek dari teman se-profesi yang tidak menulis.

Menulis akan membuat kita menjadi referensi. Di dunia ini jutaan orang menjadi ayah tapi hanya ayah yang menulis yang menjadi referensi. Demikian juga profesi lainnya.
Endi Junaedi, penulis buku Think Dinar, sejak bukunya diterbitkan di undang ke berbagai seminar tentang Dinar di berbagai wilayah Indonesia, dalam dan luar negeri.
Semua terjadi setelah bukunya diterbitkan.
Demikian juga saya dengan buku No Excuse, atau penulis Asma Nadia Publishing lainnya.

Lebih dari itu, menulis membuat kita abadi.
Badan kita boleh masuk ke liang kubur, tapi kalau menulis maka ide kita akan abadi.

Karena itu kami di BIsa Academy dan Asma Nadia Workshop selalu mencanangkan
Motto:
"SATU BUKU SEBELUM MATI"...BISA
dan mengadakan workshop kepenulisan untuk fiksi dan non fiksi buat dewasa yang ingin meningkatkan kemampuan menulis.
Juga untuk anak-anak untuk menjadi penulis cilik.
Semua dalam rangka membuat hidup lebih berarti.

Buat kita yang sudah terlambat dewasa belum bisa menulis (menuangkan gagasan lewat tulisan) tidak ada kata terlambat untuk memulai belajar.
Buat anak-anak yang masih dalam tahap pembelajaran.
Mulailah belajar menulis sekarang karena pasti bermanfaat di masa depan.


0 Comments

Post a Comment