"Salsa, I need your professional opinion! " kataku pada Salsa yang sekarang sekarang sudah kelas II SMP.
Sekalipun terbilang masih anak-anak Putri Salsa sudah membuat 5 buku yang termasuk Best Seller di toko buku.
"Coba Salsa lihat, bagusan gaya penulisan ini (deskriptif kronologis) atau yang ini (gaya trivia)?" tanyaku sambil menunjukkan 2 lembar tulisan yang sedang aku buat. Kisah inspirasi yang sama dengan gaya penceritaan yang berbeda.
Setelah membaca sejenak Salsa bilang, "Bagus yang ini Ayah, lebih berkesan!" saran Salsa mantap.
Adam (kelas 4 SD) yang ada di sekitar lalu datang. Nampaknya dia juga ingin memberi tanggapan. Rasanya salah kalau dia yang minta duluan, seolah aku under estimate pendapatnya.
Maka langsung aku bilang juga ke Adam.
"Adam, I need your pressional opinion! Bagus mana, ini atau itu!
Adam, yang cerpennya sempat masuk dalam antologi cerpen, lalu membaca, sedikit agak lama. Lalu bilang "Yang ini bagusan!" sambil menyodorkan lembaran yang sama pilihannya dengan Salsa.
Keesokannya saya tanya lagi kepada mereka. Kali ini aku tanya ke Adam duluan agar ia tidak merasa ditanya belakangan terus.
"Adam I need your professional opinion, ini letaknya bagus di sini atau di sana?"
kali ini aku bertanya tentang lay out visual.
Adam memberi opininya, Salsa Juga. Kali ini opininya berbeda. Kebetulan saya sepakat dengan Adam.
Ini bukan pertanyaan basa-basi, opini mereka sangat membantu saya menentukan gaya penulisan pada buku yang sedang saya susun. Apalagi Bundanya sekarang sedang ada di Jepang, jadi hanya mereka 'professional' writer terdekat yang ada.
Itu sekilas kisah proses saya membuat buku.
Saya melibatkan mereka, dan saya katakan "secara professional" supaya mereka tahu, pertanyaan ini bukan pertanyaan kepada anak-anak tapi kepada manusia utuh yang punya opini yang harus dihargai.
Bunda 'Asma Nadia' juga sering bertanya pada anak-anak tentang tulisannya. Bahkan ketika masih sangat kecil. Tapi karena karya Asma non fiksi kadang Caca, panggilan Salsa ketika kecil, memprotes endingnya, terutama kalau sad ending.
"Pokoknya Caca nggak mau dia mati! " kata Salsa suatu hari mengomentari cerpen Bundanya yang membuat tokoh utama mati".
Seberapa banyak orang tua melibatkan anak dalam pekerjaan mereka?
Ini bukan saja meringankan pekerjaan tapi juga membangun kepercayaan dirinya lo.
Bagaimana dengan Anda?
Sekalipun terbilang masih anak-anak Putri Salsa sudah membuat 5 buku yang termasuk Best Seller di toko buku.
"Coba Salsa lihat, bagusan gaya penulisan ini (deskriptif kronologis) atau yang ini (gaya trivia)?" tanyaku sambil menunjukkan 2 lembar tulisan yang sedang aku buat. Kisah inspirasi yang sama dengan gaya penceritaan yang berbeda.
Setelah membaca sejenak Salsa bilang, "Bagus yang ini Ayah, lebih berkesan!" saran Salsa mantap.
Adam (kelas 4 SD) yang ada di sekitar lalu datang. Nampaknya dia juga ingin memberi tanggapan. Rasanya salah kalau dia yang minta duluan, seolah aku under estimate pendapatnya.
Maka langsung aku bilang juga ke Adam.
"Adam, I need your pressional opinion! Bagus mana, ini atau itu!
Adam, yang cerpennya sempat masuk dalam antologi cerpen, lalu membaca, sedikit agak lama. Lalu bilang "Yang ini bagusan!" sambil menyodorkan lembaran yang sama pilihannya dengan Salsa.
Keesokannya saya tanya lagi kepada mereka. Kali ini aku tanya ke Adam duluan agar ia tidak merasa ditanya belakangan terus.
"Adam I need your professional opinion, ini letaknya bagus di sini atau di sana?"
kali ini aku bertanya tentang lay out visual.
Adam memberi opininya, Salsa Juga. Kali ini opininya berbeda. Kebetulan saya sepakat dengan Adam.
Ini bukan pertanyaan basa-basi, opini mereka sangat membantu saya menentukan gaya penulisan pada buku yang sedang saya susun. Apalagi Bundanya sekarang sedang ada di Jepang, jadi hanya mereka 'professional' writer terdekat yang ada.
Itu sekilas kisah proses saya membuat buku.
Saya melibatkan mereka, dan saya katakan "secara professional" supaya mereka tahu, pertanyaan ini bukan pertanyaan kepada anak-anak tapi kepada manusia utuh yang punya opini yang harus dihargai.
Bunda 'Asma Nadia' juga sering bertanya pada anak-anak tentang tulisannya. Bahkan ketika masih sangat kecil. Tapi karena karya Asma non fiksi kadang Caca, panggilan Salsa ketika kecil, memprotes endingnya, terutama kalau sad ending.
"Pokoknya Caca nggak mau dia mati! " kata Salsa suatu hari mengomentari cerpen Bundanya yang membuat tokoh utama mati".
Seberapa banyak orang tua melibatkan anak dalam pekerjaan mereka?
Ini bukan saja meringankan pekerjaan tapi juga membangun kepercayaan dirinya lo.
Bagaimana dengan Anda?
very inspiring...
ReplyDeleteThanks, Taufik
ReplyDeleteSangat inspiratif... disini Orang tua sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri pada anak'a...sukses Pak..
ReplyDeleteThanks to Rizqaha R. Citra
ReplyDeletesejak saya menginjak kuliah, saya mulai tertarik mempelajari parenting. Mulai dari psikologi anak, remaja, pengasuhan anak, apa yang salah dari cara mendidik orang tua, dll.
ReplyDeleteTerutama penghargaan orang tua terhadap anak.
Dalam hal ini bukan dalam bentuk materi tapi lebih kepada menghargai eksistensi anak dengan jalan meminta dan mendengarkan pendapat anak dalam urusan orang tua.
Para orang tua yang punya mind set konvensional menganggap anak tidak tahu apa-apa. that's very under estimating children.
Padahal tugas orang tua yang utama bukanlah menumbuhkan anak secara fisik melainkan membentuk anak yang berkarakter. Yaitu dengan perlakuan2 yang saling menghargai antara anak dan orang tua, tidak ada yang merasa direndahkan maupun yanng merasa lebih tahu segala-galanya.
Semoga semakin byk orang tua yang bervisi k depan dengan lebih banyak melibatkan anak dalam urusan orang tua meski itu hal yang sepele tetapi urgensinya ada.
Thanks, all.
ReplyDeleteUswah, sepakat !
Banyak sikap orang tua yang merendahkan anak, diantaranya :
Ngomongin anak di depan anaknya sendiri.
Menanggapi anak tanpa melihat wajah tapi mata tetap di depan komputer atau melihat HP
Mengomentari kekurangan anak di depan anak, termasuk bercanda yang tidak pada tempatnya
Membandingkan anak dnegan anak lain, sebagai bentuk keluhan bukan sebagai bentuk pembelajaran.
Berjanji tidak ditepati tanpa rasa bersalah.
dan lainnya. Ada tambahan?
Kebetulan saya seorang guru dan sikap2 positif tsb d atas sangatlah tepat jk diterapkan pula pada anak didik. Tapi alangkah susahnya menerapkan sikap2 positif tsb saat kita sedang capek, byk tugas. Dituntut untuk selalu sadar dalam bersikap. Saya tahu itu semua butuh proses.
ReplyDeleteJust be a professional parent.
ReplyDeleteKalau kita cape, sebagai pegawai, tetap gak boleh kan kasar atau cuek sama customer, apalagi sama bos.
Sama anak juga sama, mau cape kayak apapun kita harus profesional, mereka tidak boleh dibentak atau dimarahi kalau gak ada alasan.
wah kagum dengan salsa dan adam,, kecil2 udah profesional nulisnya..
ReplyDeletesebetulnya saya pengen jadi penulis tapi rasanya susah y, setiap mau mulai nulis selalu ada rasa tidak puas dan bilang itu jelek dan akhirnya batal nulis..
ada saran?
oy, saran dari adam dan salsa juga boleh tuh,,:-)
To Yuliana :
ReplyDeleteYa tulis aja selesain aja. Yang penting produktif dulu. Nanti koreksi terus nggak selesai-selesai. Anggap aja belajar. Sama seperti waktu sekolah kita belajar terus gak ada uangnya, cuma dapat nilai. Sekarang berkarya aja dulu, mau ada yang terbitin atau enggak urusan belakangan. Yang kasih nilai bisa kita sendiri, minta teman baca, atau siapa saja, Yang penting nulis, selesaikan. Jangan nulis juga jadi editor juga. Gak akan selesai.
yup...just be a professional parent...
ReplyDeletelike it...mudah mudahn BISA...
Pertama saya sepakat dengan anda pak, membangun kepercayaan diri kepada anak adalah hal berat.
ReplyDeletemengganggapnya pribadi utuh sebagai manusia yang memiliki bakat dan intuisi juga berat.
anaks aya anggap sebagai partner, saya mendapat pelajaran indah dari seorang teman, beliau memiliki 2 orang anak putri yg terbesar pun masih kelas 2 SD, namun saya herans etiap kali saya jalan dengan beliau saya selalu mendapati banyak sekali keputusan pekerjaan beliau dapat dari hasil berdiskusi dengan 2 buah hatinya.
contoh : waktu peringatan hari antikorupsi kemarin, beliau mendapat sepucuk kertas dari sisulung yang isinya.
"ayah tercinta, tolong jangan korupsi setidaknya untuk hari ini, walaupun itu korupsi waktu."
hebat....
Very inspiring... Anak saya msih kecil2. Meski blm mengerti, tapi saya membiasakan untuk slalu berbicara dan bertanya. dimulai dr hal yg kecil misalnya : hari ini menurut kamu enaknya bunda masak apa buat sarapan/makan siang? biarpun slalu come up dgn telur arik or sayur bayam, tp plg tidak mereka merasa punya hak untuk menentukan menu makan pagi/siang mereka. Saya pnya pengalaman yang kurang 'enak' wkt kecil dulu, dan saya tidak ingin itu terjadi pada anak2 saya. Dan saya bertekad untuk slalu menghargai anak2, mengajak bicara dan melibatkan mereka dlm hal apapun agar mereka merasa dihargai dan mereka tau bahwa kita sangat mencintai mereka... Thanks Bang Isa dan Mbak Nadia.. sebagai seorang bunda saya slalu belajar dari buku2 anda berdua.
ReplyDeleteSubhanallah..sungguh anak yang dapat menjadi penyejuk pandangan bagi kedua orang tuanya..Barrokallah pa'
ReplyDeleteSemoga kelak saya juga BISA menjadi orang tua yang baik terlebih untuk anak..Alhamdulillah, saya juga mengajar di Islamic Preschool..semoga bisa menjadi bekal ketika mendidik anak sendiri ya :)
Subhanallah..trima kasih pak, pengalaman yg menginspirasi..like this...sy belum menikah..mudah2n bisa mndptkn byk pengalaman dr bapak dn bu nadia bsrt anak, agr kdepannya bisa mnjd orang tua yg "asik" u/anak2 sy nnt(jika dkasih kpercayaan o/Allah swt^_^)...jazakumullah khairan katsir wa ahsanul jazaa'
ReplyDeleteBaru gabung ma fb BISA waktu baca baru nyadar kalo ISA ALAMSYAH adalah Bang ISA suaminya Asma Nadia...karena saya sangat suka dengan tulisan Asma Nadia...bukunya semua numpuk di rak saya...apalagi waktu saya hamil n g bisa kemana-mana, ditemenin bukunya Mbak Asma aja..trus pengen banget punya anak kayak Caca n Adam (untuk sakitnya g pengen sih..hehe) tapi sekarang mereka berdua sehat selalu kan??? Alhamdulillah sekarang Syauqy Ahmad Bimandria (Anak saya) gemar sekali ma Buku walaupun usia nya baru 1,5 thn...Asma Nadia n keluarga adalah Inspirasi saya mejadi Ibu,dan Istri yang baik...Salam Hormat.
ReplyDeletewaw!!
ReplyDeleteSangat mengnspirasi sekali...dan menjadi salah satu pembelajaran dan pengetahuan bagiku yang belum punya anak, tapi sudah berada di lingkungan yang banyak anak-anak kecilnya ( keponakan2 kecil dll )
Suatu hari saya juga berharap bisa jadi ibu yang "cool dan asyik" bagi anak-anak, dan membiarkan anak-anak tumbuh sesuai dengan jiwanya tanpa meninggalkan budaya dan agama...
N hebat betul ya Salsa dan adam kecil2 udah jadi penulis...hmmm bakat turunan ya?
duh.. jadi malu... kadang ke anak2 msh byk salahnya. bahkan kadang.... jzklh pak atas pembelajarannya
ReplyDeleteAnak yg di besarkan dgn kepercayaan tinggi akan kemampuannya..
ReplyDeleteMereka akn tumbuh m'jd percaya diri.
Salut bwt pasangan mb asma
kisah inspiratif!kykx br kmrn sy lht foto2 balita mrk.doakn jg ya Mbak,Mas,smg anak2q menemukn bidang kecerdasan dan bakat mrk sndr
ReplyDeleteterimakasih keluarga anda telah menjadi inspirasi bagi keluarga indonesia terutama keluarga kami, semoga keluarga anda selalu dalam lindungan alloh swt,dan keberkahan selalu dilimpahkan kepada anda sekeluarga. amin
ReplyDelete....salam kenal baru pertama kali masuk ke FB Bisa...