LOMBA MAKAN PARE SEDUNIA

LOMBA MAKAN PARE SEDUNIA


Ketika menonton emak ingin naik haji, Galuh Chrysanti takjub melihat semua orang dibioskop menitikkan air mata. Dari situ ia bisa merasakan betapa menulis bisa mempengaruhi orang. Malam setelah itu ia memutuskan untuk mulai menulis cerpen pertamanya. Untuk mempertajam kemampuannya menulis, Galuh Chrysanti mengikuti workshop menulis Asma Nadia dan mengirimkan cerpen pertamanya untuk dikoreksi Asma Nadia. Galuh Chrysanti sebelumnya tidak menyadari bakatnya menulis sampai akhirnya cerpen pertamanya tersebut terpilih sebagai karya terbaik peserta workshop dan diterbitkan dalam buku Asma Nadia terbaru "Sakinah Bersamamu". Sebuah lompatan yang luar biasa. Asma Nadia saja dulu cerpen pertamanya jadi bahan celaan seniornya di teater. Mungkin saja Anda juga punya kemampuan menulis tapi tidak menyadarinya, jadi mulailah menulis.

Untuk yang ingin tahu betapa bagus tulisan Galuh Chrysanti bagus dan kenapa dipilih Asma Nadia silakan baca buku "Sakinah Bersamamu".

Sejak mengikuti workshop, Galuh Chrysanti semakin produktif menulis, bahkan mulai banyak yang minta menulis, mulai banyak yang add friend di facebook, dan beberapa tulisannya dipersembahkan secara gratis untuk rekan-rekan online.

Beruntung kita di komunitas bisa! dan fan page Asma Nadia bisa juga kebagian tulisan gratis dari Galuh Chrysanti.Semoga bermanfaat, dan semoga semakin banyak kontibusi dari Galuh Chrysanti.

LOMBA MAKAN PARE SEDUNIA

oleh Galuh Chrysanti (http://on.fb.me/GaluhChrysanti)

Negeri Senyuman menyelenggarakan Lomba Makan Pare Sedunia. Lomba diikuti oleh tiga peserta yaitu Negeri Senyuman sebagai tuan rumah, Negeri Awan, dan Negeri Antah Berantah.

Lomba ini tergolong sangat sulit. Bayangkan, tiap peserta harus makan satu karung pare yang terpahit. Peserta tidak boleh keluar dari gelanggang jika pare tersebut belum dihabiskan semua. Peserta yang telah menghabiskan sepuluh buah pare, mendapat satu hadiah hiburan yang bertahap makin besar nilainya, hingga hadiah utama jika ia benar-benar mampu melahap satu karung pare itu.

Perlombaan dimulai. Peserta dari Negeri Awan tampak pucat setelah mengunyah pare pertamanya. Bahkan ia hanya mampu menghabiskan sebuah pare dan menyisakan sekarung penuh pare tanpa boleh keluar dari gelanggang.

Peserta dari Negeri Antah Berantah masih lumayan. Digigitnya pare bagiannya sedikit demi sedikit, dengan ekspresi wajah yang tak keruan. Mulutnya terus menggumam penuh keluh kesah yang tak tertahankan.

Peserta dari tuan rumah, Negeri Senyuman, tampil paling kreatif. Pare-pare itu dimasaknya menjadi santapan yang lezat. Memang sebetulnya tidak ada larangan dari panitia untuk mengolah pare itu lebih dulu, yang penting semua pare dapat masuk ke perut peserta lomba.

Sepuluh pare pertama ditumisnya, dicampur udang kecil dan cabe rawit. Sebelum dimasak, pare dilumatnya dulu dengan garam lalu dibilas, hingga makin hilang rasa pahitnya. Sepuluh pare kedua direbus dan dimakannya dengan siomay dan bumbu kacang hingga licin tandas. Aadapun sepuluh pare ketiga, diisinya dengan daging cincang lalu dikukus. Pare demi pare dihabiskannya hingga ia berhasil mendapatkan satu demi satu hadiah hiburan serta berhak menggondol hadiah utama.

Sahabat, lomba makan pare sedunia ini bagaikan masalah atau ujian hidup bagi kita. Ada tiga pilihan kita menjalaninya. Pertama, lari darinya, seperti peserta dari Negeri Awan kemudian menyisakan setumpuk persoalan yang tak terselesaikan.

Kedua, menjalani ujian dengan berat hati, seperti peserta dari Negeri Antah Berantah. Ia melalui satu demi satu ujian kehidupan dengan keluh kesah.

Ketiga, menikmati ujian seperti sang juara. Karena masalah dan ujian hidup itu adalah suatu kepastian yang harus dilalui setiap anak manusia, mengapa tak menghadapinya dengan lebih nikmat, walau sepahit apapun? Katakanlah pada setiap masalah yang menghampiri, “Selamat datang masalah, aku akan menghadapimu dengan senyuman, hingga dapat kucari solusimu dengan hati lapang dan tenang”.

Dengan sikap demikian, masalah tidak akan terlalu membuat hati kita sempit. Ujian hidup datang dan pergi sebagai konsekuensi atas eksistensi kita sebagai manusia. Menyelesaikan tiap masalah membuat kita bertambah cerdas dan dewasa sebagai bonusnya, bagaikan hadiah hiburan lomba makan pare di atas. Kita dapat memilih, untuk menjadikan masalah sebagai sesuatu yang kita nikmati. Seperti pahitnya pare yang dapat diolah menjadi tumis lezat, siomay pare, pare kukus, dan aneka makan nikmat lainnya. Selamat menikmati masalah, dengan senyuman. 

0 Comments

Post a Comment