Belajar Kehidupan dari Final AFF 2010

Belajar Kehidupan dari Final AFF 2010

Isa Alamsyah (http://www.kompasiana.com/isaalamsyah)

Sekalipun sejatinya penyelenggaraan Final AFF adalah final sepak bola,

tapi ternyata banyak pelajaran kehidupan yang bisa diambil dari event besar level Asia Tenggara ini.

Saya merefleksikannya dari dua tempat nonton bareng yang saya ikuti.

Kebetulan babak pertama nonton di teater Daun Fakultas Ilmu Budaya Univesitas Indonesia, karena habis nonton Acapella Gradasi tampil di sana, dan babak kedua pindah nonbar ke mal daerah Depok karena ada janji nonbar juga dengan yang lain.

Pelajaran Pertama: Kepentingan pribadi atau bangsa

Ada peristiwa menarik yang saya lihat ketika gawang Indonesia kebobolan.

Bayangkan saja, selama puluhan menit belasan kali Indonesia mencoba membobol gawang dan tidak masuk-masuk,

ternyata Malaysia melakukan serangan balasan dan menjebol gawang Indonesia.

Tentu saja sontak penonton Indonesia lemas, kaget dan berteriak.

Tapi di antara penonton saya melihat ada yang bergembira dan mengatakan "YES"

Dia sangat senang melihat gawang Indonesia kebobolan, sampai saya bertanya dalam hati, ini orang Malaysia apa?Lalu saya mendekat hendak tahu, kenapa orang ini bergembira ketika Indonesia kebobolan.

Dari mulutnya tanpa sengaja saya dengar kalimat:

"Wah gue menang taruhan Rp 200.000, dari awal gue tahu Malaysia bakal menang," katanya tersenyum bahagia.

Gila!, di saat begitu banyak anak bangsa yang mendukung rekan sebangsa berjuang di lapangan hijau,

ternyata ada orang macam begini. Hanya demi uang Rp 200.000 dia rela mengkhianati spirit perjuangan, kebersamaan dan penghargaan atas kerja keras timnas kita.

Tapi saat itu juga saya jadi ingat, bahwa ini adalah masalah bangsa kita sejak lama.

Kenapa korupsi meraja lela? Ya alasan sama, kepentingan pribadi di atas kepentingan umum.

Demi uang Rp 1 miliyar masuk ke kantong pribadi, banyak oknum yang rela menjual aset triliunan bangsa ke pihak lain.

Toh yang rugi bukan dia.

Bahkan dalam politik adu domba dan memecah bela sejak era penjajahan, Belanda berhasil bercokol lama, karena di masa lalu banyak pemimpin yang lebih mementingkan kepentingan pribadi atau kekuasaan yang dijamin Belanda, daripada kepentingan rakyat.

Tugas kita, mempersedikit oknum seperti ini, dan jangan percaya oknum seperti ini untuk memegang amanah.

Jadi pilihlah wakilmu dengan bijaksana.

Pelajaran Kedua: Mudahnya Menilai dan Menghakimi

Ketika pinalti gagal, ketika ada bola yang terlepas, ketika ada operan yang meleset, tidak jarang kita mendengar umpatan:"Bego!"..."Tolol..." Gimana sih, "oper ke sana dong..."

Padahal orang yang berteriak seperti itu bisa main bola pun belum tentu.

Tapi dengan mudah menghakimi pemain timnas yang sudah dengan susah payah dan full energi berjuang.

Itu suara yang saya dengar ketika menonton di mal (itupun hanya segelintir orang saja saja).

Dalam kehidupan bangsa kita saat ini juga seperti itu.Kadang kita sumpah serapah ke politisi atau pemimpin tapi kita juga tidak mau memberikan kontribusi.

Kita memilih calon anggota parleman tanpa mempertimbangkan dengan matang siapa yang kita pilih.

Kadang dengan mudah kita bilang semua poilitsi busuk akhirnya kita tidak bisa melihat ada segelintir orang baik yang harusnya dipilih. Akibatnya pilih sembarangan atau tidak memilih sama sekali.

Ada orang tua bilang guru ini tidak becus mengajar, sekolah ini tidak becus mendidik padahal di rumah ia tidak mengajar anak-anaknya dengan baik.

Memang lebih mudah menilai daripada melakukannya.

Pelajaran Ketiga: Memahami jati diri

Dari dua tempat berbeda saya menemukan dua karakter supporter yang berbeda.

Di satu tempat (kebetulan saat itu nonton di Kafe Daun Fakultas Ilmu Budaya UI), saya melihat suporter yang membela Indonesia mati-matian tapi tidak keluar sumpah serapah ketika timnas melakukan kesalahan, di tempat lain (di salah satu mal) saya menemukan suporter yang juga membela Indonesia mati-matian tapi sumpah serapah terucap ketika timnas melakukan kesalahan.

Dari situ saya bisa melihat jenis suporter Indonesia yang sedikit banyaknya juga mewakili tipikal bangsa Indonesia.

Ternyata suporter kita terbagi dua supporter emosional VS supporter intelektual atau bisa disebut supporter karbitan VS suporter matang.

Supporter emosional atau karbitan hanya mau melihat seperti apa yang diinginkan dan melihat hasil seperti yang diinginkan secara instan. Karena itu tidak jarang supporter ini menghardik tim yang didukung jika tidak memuaskan, bahkan tak jarang karena marah mereka meluapkan emosinya dengan anarkis.

Untung saja di final AFF 2010 ini tidak terjadi peristiwa anarkis yang parah, sekalipun Indonesia tidak berhasil menjuarainya.

Cara mendukung yang brutal seringkali justru menodai tim yang didukungnya.

Tapi di masa lalu sering tak jarang kita lihat supporter justru merusak stadionnya sendiri.

Supporter jenis ini pula yang rela mencurangi tim lawan agar timnya menang.

Supporter seperti ini tidak menjadikan tim yang didukung sebagai bagian integral dalam dirinya, sehingga mereka hanya bersama ketika suka dan meninggalkan mereka ketika duka.

Supporter matang atau intelaktual, menjadikan tim yang didukung sebagai bagian dirinya.

Mereka tetap mendukung dalam suka dan duka. Kalau kalah mereka kecewa tapi mereka juga sadar anggota timnas juga tidak mau kalah. Mereka bisa menerima kekalahan dengan sportif. Apalagi kalau tim yang didukung sudah menunjukkan usaha terbaik. Mereka tahu kapan harus berbicara dan bagaimana menyampaikannya.

Alhamdulillah sekarang lebih bayak supporter jenis ini di Indonesia. Setidaknya di AFF 2010 ini.

Kita bisa lihat status dan keomentar mereka di facebook atau twirtter, dan juga di pemberitaan.

Kami tetap bangga!Bagiku kami tetap menang,

Kalian tetap pemenang di hatiku!Dan status sejenis.

Kalau saja bangsa kita bisa tetap bekerja sama sebagai satu tim untuk kemajuan bangsa, bukan saja di sepak bola, kita akan jadi bangsa besar di bidang apapun.

Pelajaran Keempat: Pentingnya Antisipasi

Dulu sering kita dengar istilah "Kalau udah kejadian baru bertindak"Alhamdulillah kali ini aparat lebih siaga dalam mengantisipasi.

Jumlah aparat, panser, semua disiapkan.

Ini langkah bagus. Hope for the best prepare for the worst.

Kita menyadari bagaimanapun emosi supporter sangat membara ketika kita dikalahkan di Malaysia.

Apalagi kekalahannya itu diwarnai oleh keyakinan adanya kecurangan dalam proses.

Karena itu tindakan antisipasi maksimal menjadi sangat penting.

Dan langkah antispasi ini juga salah satu kunci sukses penyelenggaraan final yang aman.

Karena langkah antisipasi ini juga membuat orang yang berniat buruk jadi berhati hati.

Semoga saja ini menjadi pelajaran berharga bukan saja di final AFF tapi dalam kehidupan bangsa selanjutnya.

Sehingga tidak terjadi seperti apa yang pernah terjadi sebelumnya, seperti:

Situgintung bendungannya sudah retak tidak diantisipasi jadi banjir bandang.

Ilegal logging tidak diantisipasi jadi erosi dan tanah longsor, dll.

Pelajaran Kelima: Pentingnya Memanfaatkan Momentum

Kali ini saya akan bahas dari sudut pandang bisnis dan kehidupan.

Ada perbedaan mencolok ketika saya menonton bareng di mal.

Di tempat saya nonton bareng, fastfood restoran berinitial KF, ada ratusan orang berkumpul hitungan kasar sekitar 200 s.d. 300-an orang.

Hanya 30 meter dari situ, ada fastfood MD yang kosong melompong. Hanya 1 pengunjung.

Kenapa? Karena di sana tidak ada TV.Apa artinya?Restoran MD itu tidak memanfaat kan momentum jadi sepi, sedangkan restoran satunya lagi memanfaatkan momentum dengan menyediakan TV besar.

Padahal modal televisi tersebut hanya dalam satu malam sudah bisa balik modal.

Banyak juga yang berhasil memanfaatkan momentum dengan jual kaos timnas.

Orang sukses adalah orang yang pandai mengambil momentum.

Kejuaraan FFA ini adalah momentum yang bagus untuk meningkatkan rasa kebangsaan.

Dalam kehidupan keluarga, kalau ada fim bagus untuk anak di bioskop jadikan momentum untuk acara keluarga

lalu kita bisa diskiusi isi film tersebut dengan anak-anak.

Kalau ada acara TV bagus jadikan momentum untuk nonton bersama jadi ada edukasinya.

Itulah sedikit catatan yang muncul dibenak saka setelah menyaksikan final AFF 2010

Semoga bermanfaat.

Menguji kedewasaan bangsa Indonesia

Menguji kedewasaan bangsa Indonesia

Isa Alamsyah dan Agung Pribadi (http://on.fb.me/AgungPribadi)

Masih ingat serangan Korea Utara ke Korea Selatan beberapa hari lalu?

Bagaimana menurut Anda?

Mereka satu bangsa, berbahasa sama, di antara mereka bahkan satu keluarga,

kini terpisah dan bermusuhan, bahkan status hubungan antara mereka adalah status perang dalam keadaaan genjatan senjata.

Kenapa mereka bermusuhan?

Ternyata mereka hanya korban dari perang dingin.

Mereka korban perebutan antara pengaruh Amerika dan Komunis Uni Soviet (Rusia) di masa lalu.

Kini komunis Rusia sudah hancur dan mempunyai hubungan cukup baik dengan Amerika.

Tapi Korea Selatan dan Utara tetap bersitegang akibat sisa pertarungan masa lalu.

Tentu saja bagi Korea Selatan yang sudah moderat kembali bersatu adalah impian,

tapi dokrin di Korea Uatara nampaknya masih begitu melekat.

Korea Selatan seperti musuh bebuyutan, padahal dulu mereka satu bangsa dan satu keluarga.

Mereka korban politik di masa lalu.

Ada lagi korban politik di masa lalu.

Jerman barat dan Jerman Timur.

Negeri itu dipisah dengan tembok besar dan panjang.

Ribuan orang mati di Jerman Timur karena berusaha menyeberang ke Jerman Barat.

Bayangkan saja, orang yang dahulu tetangga berjarak 300 meter tiba tiba jadi warga negara yang berbeda

dan menjadi musuh negara karena dipisahkan tembok tersebut.

Ada nenek terpisah dari cucunya, ada sepupu yang terpisah dan berbagai peristiwa memiliukan lainnya yang semua terjadi karena mereka jadi korban kekuatan politik masa lalu.

Sebagai negara kalah perang Jerman dipecah jadi dua wilayah,

satu di timur di bawah kekuasaan komunis Sovyet dan satu di bawah pengaruh Amerika.

Mereka korban politik di masa lalu, untung sahja mereka sudah bersatu.

Tapi sadarkah, kita juga menjadi korban politik masa lalu.Lihat saja Indonesia dan Malaysia.

Jika diperhatikan bahasa, dan rumpunnya, sebenarnya kita satu keluarga besar.

Satu-satunya alasan kenapa Indonesia dan Malaysia beda negara adalah karena kita dijajah Belanda

dan Malaysia dijajah Inggris.

Di masa lalu terutama diperbatasan kalimantan, dan kepulauan riau,

banyak saudara dan kerabat yang tinggal bersebrangan.

Tetapi karena proses penjajahan ratusan tahun membuat kedua bangsa ini terpisah,

bahkan lupa akar sejarah bahwa mereka bersaudara.

Jadi kalau kita merasa Malaysia mencuri ide dan budaya Indonesia, tidak sepenuhnya benar demikian.

Karena ada akar budaya Indonesia juga di Malaysia, dan sebaliknya.

Kedua bangsa ini bisa sama-sama berhak mengklaim.

Bahkan bahasa Indonesia saja adalah akarnya bahasa Melayu atau Malay,

lalu apakah Malaysia lebih berhak mengklaim bahasa tersebut, tentu saja tidak.Kita sama-sama punya hak. Nah kalau kita punya hak atas bahasa Melayu,

dalam beberapa kasus Malaysia juga punya hak mengkalim budaya tertentu karena

ada juga generasi yang sama yang hidup di sana.

Saya yakin banyak yang tidak setuju, karena kita sudah terkotak dalam katagori musuh bebuyutan

Silakan baca catatan Des Alwi:

Perlu disadari bahwa banyak pihak berpandangan negatif terhadap Malaysia karena kurangnya informasi yang lengkap dan utuh. Berdasarkan sejarah, Indonesia-Malaysia dahulu satu kesatuan. Hanya saja, karena dijajah Inggris dan Belanda menjadi terpisah. Dalam masalah budaya tentu bisa saja muncul persamaan budaya dua negara.

Misalnya polemik tentang lagu nasional Malaysia Terang Bulan yang dikatakan sebagai lagu asli Indonesia. Lagu itu sudah ada sejak Sultan Negara Bagian Perak pergi ke Inggris pada 1912. Ketika itu saya dikirim Pemerintah RI ke Hawaii untuk mencari informasi terkait lagu tersebut. Lagu itu ternyata bukan lagu dari Indonesia atau Malaysia tetapi dari Hawaii.

Di tahun 1912, pemerintah Hindia Belanda mempersiapkan Perang Dunia I, sehingga situasi di Hindia Belanda kacau balau. Masyarakat Jawa yang dipekerjakan di perkebunan Sumatra pun melakukan pemogokan besar-besaran, akibat tidak tahan kekejaman pemerintah Belanda. Mereka ingin kembali ke Jawa

Saat itulah Sultan Johor, yang berdarah Jawa, meminta agar masyarakat Jawa tidak perlu kembali ke Jawa tetapi ke Semenanjung Melayu. Masuknya tenaga kerja asal Jawa ke Malaysia itu merupakan eksodus terbesar di Johor. Sebagai konsekuensi eksodus, berbagai macam budaya Jawa ikut terbawa. Bahkan di Jahor ada nama perkampungan Ponorogo.

Catatan singkat Des Alwi ini menunjukkan banyaknya permasalahan yang muncul karena kita tidak tahu sejarah secara lengkap.

Bahkan kalau kita kaji sejarah "Ganyang Malaysia" di masa lalu, itu juga tidak terlepas dari perseteruan politik di masa lalu, bukan murni perseteruan antar anak bangsa.

Kenapa Indonesia di masa Soekarno mendeklarasikan "Ganyang Malaysia"Karena saat itu Inggris ingin memberikan kemerdekaan pada Malaysia.

Saat itu Partai Komunis Malaysia merasa kalau Inggris memberikan kemerdekaan

maka Malaysia akan menjadi boneka Inggris.

Di satu sisi Partai Komunis Malaysia ingin tampil sebagai pahlawan pembebas Malaysia dari penjajahan.

Karena kebetulan Partai Komunis Indonesia punya lobi kuat ke pemerintahan Soekarno, maka jadilah program "Ganyang Malaysia" tersebut.

Jadi konfrontasi Indonesia Malaysia itu sama saja dengan apa yang terjadi di Korea Utara dan Selatan, Jerman Barat dan Timur, tidak lebih dari percikan pengaruh komunisme di dunia.

Intinya, tidak ada itu yang namanya musuh bebuyutan antara Indonesia dan Malaysia.

Mungkin ada yang masih protes:

Malaysia kejam terhadap TKI. Well yang jahat dengan TKI bukan cuma Malaysia (itupun oknum), di timur tengah juga ada (itupun oknum), bahkan yang paling jahat justru Bangsa Indonesia sendiri (itupun oknum).

Banyak yang mengirim TKI tanpa perlindungan, para makelar mengambil untung banyak padahal TKI dapatnya sedikit.akhirnya pihak pemakai jasa merasa sudah membayar mahal. TKI yang pulang bawa hasil kerja tahunan dibius penjahat dan uangnya diambil, dan banyak hal lain.

Kalau kita membenci Malaysia lebih dari yang lain, tidak lain karena kita korban politik masa lalu,

dan karena merasa mereka adalah musuh bebuyutan. Which is wrong.

Banyak yang lebih jahat terhadap Indonesia.

Ada bangsa yang mengeruk emas di Indonesia, bangsa yang mengeruk kekayaan alam Indonesia dengan perjanjian menekan dan membiarkan kita dalam kebodohan. Ada bangsa yang menjerat kita dalam hutang padahal mereka tahu solusi lain yang bisa menolong Indonesia dengan memberdayakan SDM dan kekayaan alam.

Saya tidak perlu sebutkan bangsa apa itu, mudah sekali mencari datanya.

Tapi sekali lagi, tidak mungkin bangsa kita bisa diperdaya tanpa ada anak bangsa yang berkhianat dengan korupsi, dengan nepotisma dan kemalasan.

Intinya apa? Tidak perlu bermusuhan dengan bangsa lain, perlu juga memperbaiki diri.

Kita harus sadar bahwa dunia ini begitu luas.

Di dunia ini ada yang namanya persaudaraaan universal antar manusia.

Ada ukuhuwah Islamiah, persaudaraan antar umat beragama.

Ada persaudaraan antar bangsa.Jadi jangan mau kita terpecah belah hanya karena masalah kecil,

hanya karena permusuhan yang sebenarnya tidak ada.

Kedewaaan kita di uji.

Tidak perlu ada perpecahan atau permusuhan.

Saat ini dunia trennya justru sedang menyatu

Eropa kini menyatu dengan Uni Eropa bahkan mata uangnya jadi satu.

Kini mata uang Uni Eropa juga menjadi mata uang di Eropa Timur.

ASEAN bahakan ke depan bisa menyatu mata uangnya menjadi mata uang ASEAN.

Jadi dunia sedang dirancang ke arah lebih baik, tapi banyak yang masih terpaku pada masa lalu.

Garuda di dadaku!

Kita harus cinta negeri ini.Kita harus bangkitkan negeri ini.

Tapi tidak perlu menciptakan musuh untuk bersatu.

Dunia yang damai tetap lebih baik

Hati yang damai tetap lebih tentram.

Menang curang atau Kalah jujur?

Menang curang atau Kalah jujur?

Isa Alamsyah

Tentu tidak mudah bagi bangsa Indonesia untuk melihat timnasnya dikalahkan dengan angka cukup telak.Lebih menyakitkan lagi kita melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana laser hijau menyinari Firman menjelang sepak pojok atau sinar hijau di wajah Markus atau di pemain lainnya yang tidak tertangkap kamera.

Bagaimanapun harus diakui Malaysia main bagus, tapi tidak bisa dipungkiri insiden laser hijau ini sangat mempengaruhi ritme dan kualitas permainan timnas Indonesia.

Sangat mungkin ketika Indonesia sibuk memprotes dan marah, timnas Malaysia malah punya waktu untuk kordinasi ulang.Ketika timnas masuk kembali dengan rasa kurang puas, timnas Malaysia malah masuk dengan semangat baru.Karena itu terlihat jelas justru setelah waktu time out, Malaysia bermain jauh lebih siap.

Apakah ini excuse untuk melegalkan kekalahan kita?Tentu saja kita tidak boleh excuse. tapi menganalisa kekalahan tetap penting untuk melakukan perbaikan.

Yang jelas saat ini di atas kertas kita sudah kalah. Lalu bagaimana?

Kita pilih mana?

Menang curang atau kalah jujur?

Apa jawaban Anda?

Apa pilihan timnas kita?Kalau saya boleh kasih saran maka saya akan sarankan pilihan

MENANG DAN JUJUR

Itu pilihan terbaik dan kita harus membuktikannya.

Kalau saja timnas atau official sempat membaca tulisan di komunitas bisa, sudah banyak ulasan yang mungkin bisa membantu semangat kita untuk mencapai kemenangan yang masih terbuka.

Ingat artikel dendam positif?Ini saatnya membangkitkan dendam positif untuk mencapai kemenangan.

Dalam surat kabar Malaysia beberapa hari lalu saya sempat baca kutipan bagaimana pemain Malaysia sesumbar ingin membalas dendam kekalahan mereka di bukit jalil. Dan kini sudah terbukti.Kini saatnya Timnas Indonesia yang membangkitkan dendam positif.

Ingat kata positifnya. Dendam positif - dua kata ini harus digabung tidak boleh dipisah.

Jadi buat supporter jangan membalas dendam laser hijau dengan petasan, lampu sorot atau perangkat curang lainnya.

Kini saatnya kita buktikan dengan yell yell dan lagu yang bersemangat, dengan permainan yang sportif, timnas kita bisa jaya.

Kalau kita balas kecurangan dengan kecurangan yang sama, kalaupun kita menang sulit untuk bangga.

Ingat artikel 'selama masih ada waktu ada harapan'?Ya, semangat ini yang harus kita pegang.

Kita masih ada waktu untuk membalas kekalahan sampai peluit terakhir nanti ditiup.

Jadi masih ada beberapa hari plus 90 menit plus beberapa menit additional time.

Selama masih ada waktu, selama belum ditiup pluit akhir, kita masih ada harapan.

Ingat artikel " Yang penting usaha bukan hasil, bijak tapi menyesatkan"?Ya, kita bangsa Indonesia akan menghargai kerja keras timnas.

Kita tidak boleh menghujat apapun hasilnya, sepanjang mereka bekerja keras dan melakukan usaha terbaik.

Tapi, jika kita menjadi juara tentu merupakan kebahagiaan yang tak terhingga,

Jadi tugas timnas untuk mencari cara untuk menang, tentu saja dengan cara halal.

Tugas suppoter untuk memberi semangat agar mereka menang, dan tentu saja dengan cara halal.

Masih ingat artikel "Kaca ajaib"Akhirnya keputusan menang atau kalau ada di masing-masing individu pemain, individu manajemen,

dan individu supporter.Setiap individu harus menjadikan diri sendiri sebagai tumpuan harapan.

Defender harus memastikan tidak ada bola yang melewati mereka,

penyerang harus memastikan menendang bola akurat ke gawang,

pelatih harus memastikan memilih strategi dan pemain terbaik,

manajeman memastikan tidak mengganggu latihan dan konsentrasi

dan supporter harus memastikan dukungannya dan komentarnya tidak mengganggu konsentrasi pemain.

Apalagi belum pertandingan saja, baru beli tiket udah ada insiden, ini jelas tantangan tambahan.

Masih ingat artikel "Dialog anak bangsa pro no excuse! dan pro excuse!"Kita punya segudang alasan atau excuse untuk kalah

Tapi juga punya segudang alasan untuk menang

Jadi pilih mana,

cari alasan untuk menang atau kalah?

No Excuse!

Kalau dibahas terus, hampir semua artikel di komunitas bisa dihubungkan dengan persiapan kemenangan kita.

Tapi nampaknya tidak perlu ditambah lagi,

yang penting kita harus yakin Kika BISA menang,

Kita mau mengabaikan semua EXCUSE untuk tidak menang

Kita mau mencari cara untuk menang.Dan kemenangan akan semakin dekat.Bravo Indonesia

Dedikasi Seorang Kiper
Dedikasi Seorang Kiper
Isa Alamsyah

Ada seorang kiper futsal yang menurut saya mempunyai dedikasi luar biasa.
Namanya Indra.
Seberapa sulit apapun bola yang menuju ke gawangnya selalu dihalaunya, sekuat tenaga, sesulit apapun, sebahaya apapun.
Pernah suatu kali bola ditendang keras penyerang ke arah tengah,
ia menangkis dengan keras dan bola memantul ke arah kiri.
Dalam hitungan detik, pantulan itu ditendang lagi lawan dari arah kiri,
ia meloncat ke gawang kiri ternyata bola kena tiang, bahkan kepalanya pun terbentur tiang,
sialnya bola memantul ke kanan dan tertahan di kaki lawan di sebelah kanan
dan kali ini tendangan langsung dari arah kanan,
buzzz, semua pendukung lawan sudah sorak sorai karena pasti goal,
sebab kiper sedang dalam posisi terjungkal di posisi kiri.
Ternyata entah bagaimana, Indra tiba tiba sudah berbalik ke kanan
dan ujung jarinya sempat menyentil bola, sehingga bola nyasar ke kiri luar gawang.
Semua sorak sorai berhenti. Goal sekali lagi gagal disarangkan.
Baik lawan maupun lawan mengakui dedikasinya menjaga gawang.
Berapa gajinya?
NOL! Tidak digaji alias gratis. Ini pertandingan just for fun.
Lalu kenapa ia begitu bertanggung jawab.
Karena ia sadar ketika ia setuju menjadi kiper, maka ia bertugas menjaga gawang.
Ia sadar ketika setuju menjadi kiper maka ia menjadi benteng terakhir pertahanan timnya.
Bukan masalah gaji, tapi masalah komitmen.
Ia berdedikasi karena ia punya komitmen.

Artikel ini justru saya tulis bukan karena baru saja menyaksikan aksi Indra.
Melainkan karena saya baru menyaksikan aksi Aldi,
seorang anak SMP yang juga jadi kiper untuk tim futsalnya.
Sama seperti Indra ia juga membuat lawan frustasi karena dedikasinya menjaga gawang.
Juga sama seperti Indra ia juga tidak digaji.

Keduanya mengingatkan saya dengan prinsip KOMITMEN dan DEDIKASI.
Dua kata ini yang sebenarnya akan membuat bangsa kita akan maju atau terpuruk.

Seringkali kita mendengar kasus korupsi merebak di tanah air,
baik di swasta maupun pemerintahan.
Banyak yang bilang penyebab korupsi adalah gaji yang kecil.
Padahal kenyataannya, banyak kasus korupsi dilakukan oleh pejabat tinggi dan bergaji besar, dan sebagian besar korupsi dilakukan bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, melainkan untuk memenuhi keserakahan dan hidup mewah.
Jadi bukan gaji kecil yang membuat orang korupsi tapi mental yang kerdil, jiwa dan iman yang kecil.
Berapapun gaji kita berikan, kalau tidak ada KOMITMEN dan DEDIKASI korupsi akan tetap marak.
Sebaliknya kalau punya komitmen dan dedikasi, sekecil apapun gaji akan bekerja sebaik mungkin.

Semoga saja kita termasuk orang yang memegang komitmen dan berdikasi atas komitmen kita.
Kalau kita setuju menerima pekerjaan dengan gaji kecil, artinya kita tahu bahwa kita akan bekerja dengan dedikasi tinggi sekalipun gajinya kecil.
Percayalah kalau kita memegang komitmen dan berdedikasi dalam bekerja, sekalipun gajinya kecil, pasti akan ada pintu rizki halal yang terbuka.

Banyak yang sudah membuktikannya.
Beberapa figur bisa dilihat di buku No Excuse! bahasan "Saya tidak punya Fasilitas".
Mereka bergaji kecil atau fasilitas kurang, tapi tetap berdedikasi,
dan mencapai sukses.
Intinya sasaran tercapai
Intinya sasaran tercapai
Isa Alamsyah

Ada pelajaran yang menarik yang saya dapat ketika baru-baru ini bermain catur melawan Reka, sepupu yang usianya dua puluh tahun lebih muda (Belakangan kita pada main catur karena Adam Putra Firdaus - anak- sedang demam catur dan ingin ikut lomba, jadi kita ketularan).

Sekalipun Reka dianggap jago di kampungnya,
dengan mudah saya bisa melahap satu persatu bidaknya.
Pada langkah ketiga pion saya sudah makan satu pion gratis, tanpa balas.
Lalu dapat 1 pion gratis lagi, lalu dapat kuda gratis, lalu dapat peluncur, bahkan banteng.
Singkatnya dia sangat lengah dan satu persatu bidaknya saya habisi.
Dalam waktu sebentar saya sudah makan 7 bidak dia baru makan 2.
Artinya saya unggul 5 bidak catur, dan langkahnya tidak terlalu membahayakan.

Tapi ternyata ada yang tidak terduga.
Tiba tiba ia mengancam raja saya dan men-skak.
Raja saya pindahkan, lalu ia men-skak lagi.
Raja coba saya lindungi, lalu dia men-skak lagi, dan raja saya mati (Skak Mati)

Saya cukup kaget, karena saya jauh lebih banyak makan bidaknya
tapi akhirnya kalah.
Ternyata saya kalah strategi.
Ketika saya fokus untuk menghabiskan musuh sebagai cara untuk menang
Sepupu saya Reka, fokus untuk mematikan raja lawan, tanpa peduli bidaknya dibantai.
Ketika saya lupa diri makan satu persatu bidak lawan, ia menyusun strategi mencari cara membuat raja lawan mati langkah.
Strategi yang beresiko, tapi "boom" dia menang, saya kalah.

Apakah saya sedang menulis tentang catur?
Tidak ini adalah artikel tentang strategi mencapai kesuksesan.
Ada siswa yang bilang dia sudah belajar siang malam, baca semua buku tapi gagal di ujian.
Sedangkan temannya hanya belajar lebih sedikit, catat sana - sini, kutak-katik soal lama, dan mendapat nilai bagus.
Apakah temannya lebih pintar?
Belum tentu, mungkin karena temannya mempunyai strategi lebih cerdas untuk menguasai materi dan menghadapi ujian.

Ketika kelas 3 SMA saya belajar mati-matian untuk menghadapi Ebtanas (Istilah UAN jaman dulu) saya pelajari semua soal dan akhirnya saya dapat NEM (Nilai Ebtanas Murni) tertinggi di sekolah.
Tapi ada teman saya yang tidak peduli dengan Ebtanas, dia sibuk dengan kutak kutik soal UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) atau sejenis SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Hasilnya ternyata saya yang salah strategi.
Saya dapat nilai NEM tinggi tapi tidak ada gunanya, karena saya gagal mendapatkan pilihan pertama saya masuk perguruan tinggi negeri, saya hanya dapat pilihan kedua. Ternyata soal UMPTN (SNMPTN) jauh berbeda dengan soal Ebtanas (UAN)
Sedangkan teman-teman saya yang tidak mempedulikan NEM tapi fokus ke UMPN berhasil mendapatkan Universitas Negeri yang mereka pilih.
Padahal dalam kehidupan, mendapat Universitas Pilihan jauh lebih bermanfaat daripada sekledar dapat NEM tinggi. Just a number.
Saya salah strategi dan salah fokus akibatnya gagal mendapatkan pilihan pertama.

Anda mungkin bekerja pagi, siang dan malam tapi menghasilkan sedikit uang.
Sedangkan ada orang lain kerja santai, punya banyak waktu dan keluarga tapi punya banyak uang.
Mungkin Anda salah strategi dan salah fokus dalam mendapatkan uang.
Bukan pekerja keras yang mendapat uang banyak, tapi pekerja cerdas.

Saya teringat ketika Inter Milan di bawah Jose Mourinho bertanding melawan Barca pada Semi final Liga Champion 2010. Barca mengusai permainan. Lebih dari 50% bola dikuasai Barca. Serangan bertubi-tubi dilakukan, tapi Barca hanya berhasil memasukkan 1 goal saja. Sedangkan Inter, saat itu hanya sesekali memegang bola, tapi langsung menyerang dan menusuk. Serangannya jarang tapi efektif dan menghasilkan 3 goal.
Jose Mourinho hanya bilang, boleh saja Barca unggul dalam penguasaan dan teknik permainan, tapi toh akhirnya Inter Milan yang menang.
Strategi yang tepat dan fokus akhirnya membuat Inter Menang 3-1 atas Barca dan masuk ke final dan selanjutnya menjadi juara Liga Champion 2010.

Permainan catur itu kembali mengingatkan saya untuk tetap piawai dalam strategi dan fokus untuk memenangkan kehidupan.
Bagaimana dengan Anda?
Belajar Kehidupan dari Final AFF 2010

Isa Alamsyah

Sekalipun sejatinya penyelenggaraan Final AFF adalah final sepak bola,

tapi ternyata banyak pelajaran kehidupan yang bisa diambil dari event besar level Asia Tenggara ini.

Saya merefleksikannya dari dua tempat nonton bareng yang saya ikuti.

Kebetulan babak pertama nonton di teater Daun Fakultas Ilmu Budaya Univesitas Indonesia, karena habis nonton Acapella Gradasi tampil di sana, dan babak kedua pindah nonbar ke mal daerah Depok karena ada janji nonbar juga dengan yang lain.

Pelajaran Pertama: Kepentingan pribadi atau bangsa

Ada peristiwa menarik yang saya lihat ketika gawang Indonesia kebobolan.

Bayangkan saja, selama puluhan menit belasan kali Indonesia mencoba membobol gawang dan tidak masuk-masuk,

ternyata Malaysia melakukan serangan balasan dan menjebol gawang Indonesia.

Tentu saja sontak penonton Indonesia lemas, kaget dan berteriak.

Tapi di antara penonton saya melihat ada yang bergembira dan mengatakan "YES"

Dia sangat senang melihat gawang Indonesia kebobolan, sampai saya bertanya dalam hati, ini orang Malaysia apa?Lalu saya mendekat hendak tahu, kenapa orang ini bergembira ketika Indonesia kebobolan.

Dari mulutnya tanpa sengaja saya dengar kalimat:

"Wah gue menang taruhan Rp 200.000, dari awal gue tahu Malaysia bakal menang," katanya tersenyum bahagia.

Gila!, di saat begitu banyak anak bangsa yang mendukung rekan sebangsa berjuang di lapangan hijau,

ternyata ada orang macam begini. Hanya demi uang Rp 200.000 dia rela mengkhianati spirit perjuangan, kebersamaan dan penghargaan atas kerja keras timnas kita.

Tapi saat itu juga saya jadi ingat, bahwa ini adalah masalah bangsa kita sejak lama.

Kenapa korupsi meraja lela? Ya alasan sama, kepentingan pribadi di atas kepentingan umum.

Demi uang Rp 1 miliyar masuk ke kantong pribadi, banyak oknum yang rela menjual aset triliunan bangsa ke pihak lain.

Toh yang rugi bukan dia.

Bahkan dalam politik adu domba dan memecah bela sejak era penjajahan, Belanda berhasil bercokol lama, karena di masa lalu banyak pemimpin yang lebih mementingkan kepentingan pribadi atau kekuasaan yang dijamin Belanda, daripada kepentingan rakyat.

Tugas kita, mempersedikit oknum seperti ini, dan jangan percaya oknum seperti ini untuk memegang amanah.

Jadi pilihlah wakilmu dengan bijaksana.

Pelajaran Kedua: Mudahnya Menilai dan Menghakimi

Ketika pinalti gagal, ketika ada bola yang terlepas, ketika ada operan yang meleset, tidak jarang kita mendengar umpatan:"Bego!"..."Tolol..." Gimana sih, "oper ke sana dong..."

Padahal orang yang berteriak seperti itu bisa main bola pun belum tentu.

Tapi dengan mudah menghakimi pemain timnas yang sudah dengan susah payah dan full energi berjuang.

Itu suara yang saya dengar ketika menonton di mal (itupun hanya segelintir orang saja saja).

Dalam kehidupan bangsa kita saat ini juga seperti itu.Kadang kita sumpah serapah ke politisi atau pemimpin tapi kita juga tidak mau memberikan kontribusi.

Kita memilih calon anggota parleman tanpa mempertimbangkan dengan matang siapa yang kita pilih.

Kadang dengan mudah kita bilang semua poilitsi busuk akhirnya kita tidak bisa melihat ada segelintir orang baik yang harusnya dipilih. Akibatnya pilih sembarangan atau tidak memilih sama sekali.

Ada orang tua bilang guru ini tidak becus mengajar, sekolah ini tidak becus mendidik padahal di rumah ia tidak mengajar anak-anaknya dengan baik.

Memang lebih mudah menilai daripada melakukannya.

Pelajaran Ketiga: Memahami jati diri

Dari dua tempat berbeda saya menemukan dua karakter supporter yang berbeda.

Di satu tempat (kebetulan saat itu nonton di Kafe Daun Fakultas Ilmu Budaya UI), saya melihat suporter yang membela Indonesia mati-matian tapi tidak keluar sumpah serapah ketika timnas melakukan kesalahan, di tempat lain (di salah satu mal) saya menemukan suporter yang juga membela Indonesia mati-matian tapi sumpah serapah terucap ketika timnas melakukan kesalahan.

Dari situ saya bisa melihat jenis suporter Indonesia yang sedikit banyaknya juga mewakili tipikal bangsa Indonesia.

Ternyata suporter kita terbagi dua supporter emosional VS supporter intelektual atau bisa disebut supporter karbitan VS suporter matang.

Supporter emosional atau karbitan hanya mau melihat seperti apa yang diinginkan dan melihat hasil seperti yang diinginkan secara instan. Karena itu tidak jarang supporter ini menghardik tim yang didukung jika tidak memuaskan, bahkan tak jarang karena marah mereka meluapkan emosinya dengan anarkis.

Untung saja di final AFF 2010 ini tidak terjadi peristiwa anarkis yang parah, sekalipun Indonesia tidak berhasil menjuarainya.

Cara mendukung yang brutal seringkali justru menodai tim yang didukungnya.

Tapi di masa lalu sering tak jarang kita lihat supporter justru merusak stadionnya sendiri.

Supporter jenis ini pula yang rela mencurangi tim lawan agar timnya menang.

Supporter seperti ini tidak menjadikan tim yang didukung sebagai bagian integral dalam dirinya, sehingga mereka hanya bersama ketika suka dan meninggalkan mereka ketika duka.

Supporter matang atau intelaktual, menjadikan tim yang didukung sebagai bagian dirinya.

Mereka tetap mendukung dalam suka dan duka. Kalau kalah mereka kecewa tapi mereka juga sadar anggota timnas juga tidak mau kalah. Mereka bisa menerima kekalahan dengan sportif. Apalagi kalau tim yang didukung sudah menunjukkan usaha terbaik. Mereka tahu kapan harus berbicara dan bagaimana menyampaikannya.

Alhamdulillah sekarang lebih bayak supporter jenis ini di Indonesia. Setidaknya di AFF 2010 ini.

Kita bisa lihat status dan keomentar mereka di facebook atau twirtter, dan juga di pemberitaan.

Kami tetap bangga!Bagiku kami tetap menang,

Kalian tetap pemenang di hatiku!Dan status sejenis.

Kalau saja bangsa kita bisa tetap bekerja sama sebagai satu tim untuk kemajuan bangsa, bukan saja di sepak bola, kita akan jadi bangsa besar di bidang apapun.

Pelajaran Keempat: Pentingnya Antisipasi

Dulu sering kita dengar istilah "Kalau udah kejadian baru bertindak"Alhamdulillah kali ini aparat lebih siaga dalam mengantisipasi.

Jumlah aparat, panser, semua disiapkan.

Ini langkah bagus. Hope for the best prepare for the worst.

Kita menyadari bagaimanapun emosi supporter sangat membara ketika kita dikalahkan di Malaysia.

Apalagi kekalahannya itu diwarnai oleh keyakinan adanya kecurangan dalam proses.

Karena itu tindakan antisipasi maksimal menjadi sangat penting.

Dan langkah antispasi ini juga salah satu kunci sukses penyelenggaraan final yang aman.

Karena langkah antisipasi ini juga membuat orang yang berniat buruk jadi berhati hati.

Semoga saja ini menjadi pelajaran berharga bukan saja di final AFF tapi dalam kehidupan bangsa selanjutnya.

Sehingga tidak terjadi seperti apa yang pernah terjadi sebelumnya, seperti:

Situgintung bendungannya sudah retak tidak diantisipasi jadi banjir bandang.

Ilegal logging tidak diantisipasi jadi erosi dan tanah longsor, dll.

Pelajaran Kelima: Pentingnya Memanfaatkan Momentum

Kali ini saya akan bahas dari sudut pandang bisnis dan kehidupan.

Ada perbedaan mencolok ketika saya menonton bareng di mal.

Di tempat saya nonton bareng, fastfood restoran berinitial KF, ada ratusan orang berkumpul hitungan kasar sekitar 200 s.d. 300-an orang.

Hanya 30 meter dari situ, ada fastfood MD yang kosong melompong. Hanya 1 pengunjung.

Kenapa? Karena di sana tidak ada TV.Apa artinya?Restoran MD itu tidak memanfaat kan momentum jadi sepi, sedangkan restoran satunya lagi memanfaatkan momentum dengan menyediakan TV besar.

Padahal modal televisi tersebut hanya dalam satu malam sudah bisa balik modal.

Banyak juga yang berhasil memanfaatkan momentum dengan jual kaos timnas.

Orang sukses adalah orang yang pandai mengambil momentum.

Kejuaraan FFA ini adalah momentum yang bagus untuk meningkatkan rasa kebangsaan.

Dalam kehidupan keluarga, kalau ada fim bagus untuk anak di bioskop jadikan momentum untuk acara keluarga

lalu kita bisa diskiusi isi film tersebut dengan anak-anak.

Kalau ada acara TV bagus jadikan momentum untuk nonton bersama jadi ada edukasinya.

Itulah sedikit catatan yang muncul dibenak saka setelah menyaksikan final AFF 2010

Semoga bermanfaat.

Film tema olahraga untuk motivasi kehidupan

Isa Alamsyah

Salah satu cara untuk membangkitkan semangat atlet adalah sering menonton film bertemakan olah raga.

Jenis olah raga yang ada dalam film tidak harus berhubungan dengan olah raga yang kita geluti karena hampir setiap semua olah raga mempunyai nilai yang sama di antaranya:

1. Serendah apapun kita diremehkan, kita tetap punya kemungkinan menang.

2. Kerja keras dan latihan sangat penting tapi lebih penting adalah mental juara-mental pemenang.

3. Selama masih ada waktu, masih ada harapan untuk menang.

4. Menang memang menyenangkan tapi kalah juga pasti kita alami. Karena pilihannya cuma menang atau kalah.

Yang penting kalau kalah, selalu berusaha kalah yang lebih tipis atau kalah yang lebih terhormat.

Dengan nilai-nilai di atas kita juga bisa belajar kehidupan dan kesuksesan dari film bertemakan olah raga.

Agar film olah raga bernilai motivasi, setelah menonton film bertemakan olah raga, tanya pada diri sendiri,

apa pelajaran yang bisa diambil dari film ini untuk kehidupan.

Di bawah ini adalah film-film tema olah raga yang inspiring yang saya pernah tonton.

Artinya kalau saya rekomendasikan, insya Allah Anda tidak kecewa menyaksikannya, jadi Anda gak perlu buang waktu menonton film tidak bermutu.

(Urutan disusun berdasarkan ingatan yang muncul di kepala, bukan dari kualitas film ya)

1. Muhammad Ali (Film Dokumenter)

Ini mungkin satu dari sedikit film dokumentar yang menghibur, lucu dan sangat inspiring.

Melihat film ini membuat kita merasa pencapaian kita dan kepercayaan diri kita tidak ada apa-apanya dibanding

Muhammad Ali. Bahkan menurut saya film diokumenter ini lebih menarik daripada film "Ali" yang dibintangi Will Smith.

Padahal film yang dibintangi Will Smith saja sudah bagus tapi melihat dokumentary Muhammad Ali

akan membuat Anda terkesima.

Awalnya saya mau sewa "Ali" versi Will Smith tapi salah ambil, dan ternyata ini jauh lebih baik.

Rekomendasi: Wajib nonton, kalau perlu dengan anak-anak. Sangat lucu, dan sangat inspiring.

2. Rocky (1976) - His whole life was a million-to-one shot - Sylvester Stallone

Film tentang petinju juara dunia yang membuka peluang bagi petinju amatir yang berani menantangnya.

Film ini sangat sukses sehingga dibuat sekuel beberapa kali (favorit saya Rocky pertama)

Film Rocky termasuk film tema olah raga tersukses dalam sejarah.

Rekomendasi: Inspiring (Rocky is far more than an inspirational tale about the power of the human spirit and

the rise of the underdog. It is also a sensitive and powerful study of modesty).

3. Mystery, Alaska (1999) Russell Crowe

Tentang pemain ice hockey di Alaska yang sangat cinta Hockey tiba-tiba didatangi tim New York yang legendaris.

Rekomendasi: Inspiring, penceritaan tidak klise, lucu juga

4. The Longest Yard (Adam Sandler)

Tentang pemain American Footlball yang terkenal tiba-tiba harus masuk penjara karena pacarnya.

Di penjara ia harus melatih narapidana olah raga tersebut untuk melawan sipir penjara.

Rekomendasi: Lucu banget, inspiring, wajar

5. Cinderella Man (2005) Boxing - Russell Crowe

One man’s extraordinary fight to save the family he loved

Rekomendasi: Inspiring, menyentuh

6. Invictus (Matt Damon dan Morgan Freeman)

Tentang klub Rugby Africa Selatan yang mulai menggabungkan kulit hitam dalam grup kulit putih

Rekomendasi: Sangat inspiring, menyentuh

7. Karate Kid The Karate Kid (2010)

Dibintangi Jaden Smith (anak Will Smith) dan Jackie Chan

Rekomendasi: Lucu dan inspiring

(saya lebih suka versi terbaru ini daripada Karate Kid versi lama yang terlihat usang kalau ditonton sekarang)

8. Remember The Titans (2000) American football - History is written by the winners

Dibintangi oleh Denzel Washington

Tentang football di masa masih ada diskriminasi terhadap kulit hitam

Rekomendasi: Inspiring

9. Million Dollar Baby (2004) Boxing - It’s the magic of risking everything for a dream that nobody sees but you

Sutradara: Clint Eastwood, Cast: Clint Eastwood, Hilary Swank, Morgan Freeman,

Rekomendasi: Inspiring, menyentuh banget

10. Invincible (2006) - Mark Wahlberg

Rekomendasi: Inspiring (diproduksi oleh Disney)

11. Leatherheads (2008) - George Clooney

Rekomendasi: Lucu konyol (ini film yang disutradarai George Clooney).

12. The Blind Side (2009) - Sandra Bullock (Actor), Tim McGraw (Actor), John Lee Hancock (Director)

13. Garuda di dadaku (Indonesia)

14. King (Indonesia)

Selain itu ada juga film sport yang juga inspiring (menurut berbagai resensi) dan akan jadi daftar buruan saya juga karena belum sempat nonton. Kalau sudah ada yang nonton tolong komentarnya ya.

1. Any Given Sunday (1999) American football

Director: Oliver Stone Cast: Al Pacino, Cameron Diaz, Dennis Quaid, James Woods, Jamie Foxx, LL Cool J

2. A League Of Their Own (1992) Baseball - To achieve the incredible you have to attempt the impossible

Director: Penny Marshall Cast: Tom Hanks, Geena Davis, Madonna, Lori Petty, Jon Lovitz, David Strathairn

3. Raging Bull (1980) Boxing - I’m da boss, I’m da boss, I’m da boss, I’m da boss, I’m da boss...

Director: Martin Scorsese, Cast: Robert De Niro,

4. We Are Marshall (Widescreen Edition) (2006) - Matthew McConaughey (Actor), Matthew Fox (Actor),

5. Against the Ropes (Widescreen Edition) (2004) - Meg Ryan (Actor), Charles S. Dutton (Director)

6. Seabiscuit (Widescreen Edition) (2003) - Berkuda - Tobey Maguire (Actor), Jeff Bridges (Actor)

7. Hoosiers (Two-Disc Blu-ray/DVD Combo) (1986)- Gene Hackman (Actor), Dennis Hopper (Actor)

8. Gridiron Gang (Widescreen Edition) (2006) - Dwayne Johnson (Actor)

9. Radio (2003) - Cuba Gooding Jr. (Actor), Ed Harris (Actor), Michael Tollin (Director)

10. Rudy (Special Edition) (1993) - Sean Astin (Actor), Jon Favreau (Actor), David Anspaugh (Director)

11. Prefontaine (1997) Lari - Jared Leto (Actor), R. Lee Ermey (Actor), Steve James (Director)

12. Chariots of Fire (1981) Athletics - Two men chasing dreams of glory Director: Hugh Hudson

13. National Velvet (1944) Racing - MGM’s great technicolour heart drama - Director: Clarence Brown

Cast: Mickey Rooney, Donald Crisp, Elizabeth Taylor, Anne Revere, Angela Lansbury, Jackie Butch Jenkins

14. Brian's Song

Bagaimana kalau susah mendapatkan film ini?Ada beberapa alternatif.

Bisa cari di peminjaman VCD atau DVD atau

bisa nonton online, cari yang gratis. Coba klick di google misalnya "watch online Judul film"

biasanya sudah ada yang mengupload film2 tersebut.

Selamat menyaksikan, semoga terhibur dan terinspirasi.

Indonesia VS Malaysia - Menguji kedewasaan bangsa

Indonesia VS Malaysia - Menguji kedewasaan bangsa

Menguji kedewasaan bangsa Indonesia

Isa Alamsyah

Masih ingat serangan Korea Utara ke Korea Selatan November 2010 lalu?

Bagaimana menurut Anda?

Mereka satu bangsa, berbahasa sama, di antara mereka bahkan satu keluarga,

kini terpisah dan bermusuhan, bahkan status hubungan antara mereka adalah status perang dalam keadaaan genjatan senjata.

Kenapa mereka bermusuhan?

Ternyata mereka hanya korban dari perang dingin.

Mereka korban perebutan antara pengaruh Amerika dan Komunis Uni Soviet (Rusia) di masa lalu.

Kini komunis Rusia sudah hancur dan mempunyai hubungan cukup baik dengan Amerika.

Tapi Korea Selatan dan Utara tetap bersitegang akibat sisa pertarungan masa lalu.

Tentu saja bagi Korea Selatan yang sudah moderat kembali bersatu adalah impian,

tapi dokrin di Korea Uatara nampaknya masih begitu melekat.

Korea Selatan seperti musuh bebuyutan, padahal dulu mereka satu bangsa dan satu keluarga.

Mereka korban politik di masa lalu.

Ada lagi korban politik di masa lalu.

Jerman barat dan Jerman Timur.

Negeri itu dipisah dengan tembok besar dan panjang.

Ribuan orang mati di Jerman Timur karena berusaha menyeberang ke Jerman Barat.

Bayangkan saja, orang yang dahulu tetangga berjarak 300 meter tiba tiba jadi warga negara yang berbeda

dan menjadi musuh negara karena dipisahkan tembok tersebut.

Ada nenek terpisah dari cucunya, ada sepupu yang terpisah dan berbagai peristiwa memiliukan lainnya yang semua terjadi karena mereka jadi korban kekuatan politik masa lalu.

Sebagai negara kalah perang Jerman dipecah jadi dua wilayah,

satu di timur di bawah kekuasaan komunis Sovyet dan satu di bawah pengaruh Amerika.

Mereka korban politik di masa lalu, untung sahja mereka sudah bersatu.

Tapi sadarkah, kita juga menjadi korban politik masa lalu.Lihat saja Indonesia dan Malaysia.

Jika diperhatikan bahasa, dan rumpunnya, sebenarnya kita satu keluarga besar.

Satu-satunya alasan kenapa Indonesia dan Malaysia beda negara adalah karena kita dijajah Belanda

dan Malaysia dijajah Inggris.

Di masa lalu terutama diperbatasan kalimantan, dan kepulauan riau,

banyak saudara dan kerabat yang tinggal bersebrangan.

Tetapi karena proses penjajahan ratusan tahun membuat kedua bangsa ini terpisah,

bahkan lupa akar sejarah bahwa mereka bersaudara.

Jadi kalau kita merasa Malaysia mencuri ide dan budaya Indonesia, tidak sepenuhnya benar demikian.

Karena ada akar budaya Indonesia juga di Malaysia, dan sebaliknya.

Kedua bangsa ini bisa sama-sama berhak mengklaim.

Bahkan bahasa Indonesia saja adalah akarnya bahasa Melayu atau Malay,

lalu apakah Malaysia lebih berhak mengklaim bahasa tersebut, tentu saja tidak.Kita sama-sama punya hak. Nah kalau kita punya hak atas bahasa Melayu,

dalam beberapa kasus Malaysia juga punya hak mengkalim budaya tertentu karena

ada juga generasi yang sama yang hidup di sana.

Saya yakin banyak yang tidak setuju, karena kita sudah terkotak dalam katagori musuh bebuyutan

Silakan baca catatan Des Alwi:

Perlu disadari bahwa banyak pihak berpandangan negatif terhadap Malaysia karena kurangnya informasi yang lengkap dan utuh. Berdasarkan sejarah, Indonesia-Malaysia dahulu satu kesatuan. Hanya saja, karena dijajah Inggris dan Belanda menjadi terpisah. Dalam masalah budaya tentu bisa saja muncul persamaan budaya dua negara.

Misalnya polemik tentang lagu nasional Malaysia Terang Bulan yang dikatakan sebagai lagu asli Indonesia. Lagu itu sudah ada sejak Sultan Negara Bagian Perak pergi ke Inggris pada 1912. Ketika itu saya dikirim Pemerintah RI ke Hawaii untuk mencari informasi terkait lagu tersebut. Lagu itu ternyata bukan lagu dari Indonesia atau Malaysia tetapi dari Hawaii.

Di tahun 1912, pemerintah Hindia Belanda mempersiapkan Perang Dunia I, sehingga situasi di Hindia Belanda kacau balau. Masyarakat Jawa yang dipekerjakan di perkebunan Sumatra pun melakukan pemogokan besar-besaran, akibat tidak tahan kekejaman pemerintah Belanda. Mereka ingin kembali ke Jawa

Saat itulah Sultan Johor, yang berdarah Jawa, meminta agar masyarakat Jawa tidak perlu kembali ke Jawa tetapi ke Semenanjung Melayu. Masuknya tenaga kerja asal Jawa ke Malaysia itu merupakan eksodus terbesar di Johor. Sebagai konsekuensi eksodus, berbagai macam budaya Jawa ikut terbawa. Bahkan di Jahor ada nama perkampungan Ponorogo.

Catatan singkat Des Alwi ini menunjukkan banyaknya permasalahan yang muncul karena kita tidak tahu sejarah secara lengkap.

Bahkan kalau kita kaji sejarah “Ganyang Malaysia” di masa lalu, itu juga tidak terlepas dari perseteruan politik di masa lalu, bukan murni perseteruan antar anak bangsa.

Kenapa Indonesia di masa Soekarno mendeklarasikan “Ganyang Malaysia”Karena saat itu Inggris ingin memberikan kemerdekaan pada Malaysia.

Saat itu Partai Komunis Malaysia merasa kalau Inggris memberikan kemerdekaan

maka Malaysia akan menjadi boneka Inggris.

Di satu sisi Partai Komunis Malaysia ingin tampil sebagai pahlawan pembebas Malaysia dari penjajahan.

Karena kebetulan Partai Komunis Indonesia punya lobi kuat ke pemerintahan Soekarno, maka jadilah program “Ganyang Malaysia” tersebut.

Jadi konfrontasi Indonesia Malaysia itu sama saja dengan apa yang terjadi di Korea Utara dan Selatan, Jerman Barat dan Timur, tidak lebih dari percikan pengaruh komunisme di dunia.

Intinya, tidak ada itu yang namanya musuh bebuyutan antara Indonesia dan Malaysia.

Mungkin ada yang masih protes:

Malaysia kejam terhadap TKI. Well yang jahat dengan TKI bukan cuma Malaysia (itupun oknum), di timur tengah juga ada (itupun oknum), bahkan yang paling jahat justru Bangsa Indonesia sendiri (itupun oknum).

Banyak yang mengirim TKI tanpa perlindungan, para makelar mengambil untung banyak padahal TKI dapatnya sedikit.akhirnya pihak pemakai jasa merasa sudah membayar mahal. TKI yang pulang bawa hasil kerja tahunan dibius penjahat dan uangnya diambil, dan banyak hal lain.

Kalau kita membenci Malaysia lebih dari yang lain, tidak lain karena kita korban politik masa lalu,

dan karena merasa mereka adalah musuh bebuyutan. Which is wrong.

Banyak yang lebih jahat terhadap Indonesia.

Ada bangsa yang mengeruk emas di Indonesia, bangsa yang mengeruk kekayaan alam Indonesia dengan perjanjian menekan dan membiarkan kita dalam kebodohan. Ada bangsa yang menjerat kita dalam hutang padahal mereka tahu solusi lain yang bisa menolong Indonesia dengan memberdayakan SDM dan kekayaan alam.

Saya tidak perlu sebutkan bangsa apa itu, mudah sekali mencari datanya.

Tapi sekali lagi, tidak mungkin bangsa kita bisa diperdaya tanpa ada anak bangsa yang berkhianat dengan korupsi, dengan nepotisma dan kemalasan.

Intinya apa? Tidak perlu bermusuhan dengan bangsa lain, perlu juga memperbaiki diri.

Kita harus sadar bahwa dunia ini begitu luas.

Di dunia ini ada yang namanya persaudaraaan universal antar manusia.

Ada ukuhuwah Islamiah, persaudaraan antar umat beragama.

Ada persaudaraan antar bangsa.Jadi jangan mau kita terpecah belah hanya karena masalah kecil,

hanya karena permusuhan yang sebenarnya tidak ada.

Kedewaaan kita di uji.

Tidak perlu ada perpecahan atau permusuhan.

Saat ini dunia trennya justru sedang menyatu

Eropa kini menyatu dengan Uni Eropa bahkan mata uangnya jadi satu.

Kini mata uang Uni Eropa juga menjadi mata uang di Eropa Timur.

ASEAN bahakan ke depan bisa menyatu mata uangnya menjadi mata uang ASEAN.

Jadi dunia sedang dirancang ke arah lebih baik, tapi banyak yang masih terpaku pada masa lalu.

Garuda di dadaku!

Kita harus cinta negeri ini.Kita harus bangkitkan negeri ini.

Tapi tidak perlu menciptakan musuh untuk bersatu.

Dunia yang damai tetap lebih baik

Hati yang damai tetap lebih tentram.

Isa Alamsyah (http://on.fb.me/IsaAlamsyah)

creator Komunitas Bisa! (http://on.fb.me/KomunitasBisa)