Isa Alamsyah
Kisah Gulliver yang terdampar di negeri liliput mungkin bukan kisah yang asing lagi.
Wajar saja karena buku novel Gulliver's Travels sudah ada sejak tahun 1726 dan selama berabad abad di-republish dan dibaca ulang serta diceritakan dari generasi ke generasi.
Sedikit berbeda dengan versi buku klasiknya, film Gulliver's Travels baru beredar awal tahun 2011 ini, akan mengangkat kisah Gulliver versi lama yang telah di kombinasi dengan kehidupan modern.
Di kisah film Gulliver Travel ini, Gulliver digambarkan sebagai petugas kurir di kantor yang selama bertahun tahun hanya mempunyai posisi seperti itu saja. Posisi terbawah. Sepanjang waktu, kerjanya hanya bermain dan menikmati kehidupan seperti anak kecil.
Sampai suatu ketika ia terdampar di negeri liliput dan menjadi orang yang paling berkuasa.
Apakah ia akan menjadi penguasa yang buruk?Apakah ada yang bisa mengalahkannya?Apakah ia mau kembali ke dunianya atau betah justru di negeri liliput.
Bagaimana kelanjutannya, silahkan saksikan sendiri filmnya.
Film yang dibintangi Jack Black sebagai Gulliver ini disajikan dengan gaya komedi yang sangat menghibur siapa saja.
Pada beberapa scene ide-ide humornya cukup liar (dalam arti positif - mirip seperti gaya Jack Black di School of Rock), dan sekalipun beberapa humor bersifat slapstick, tapi tetap menghibur, terutama buat anak-anak.
Pokoknya gak nyesel deh nonton film ini.
Yang lebih menarik lagi, sebagaimana sebagian besar film anak-anak, film ini juga punya selipan pesan.
Dari film ini kita bisa belajar tentang:Jangan takut bermimpi!
Konsep badan besar dan jiwa besar.
Cinta sejati atau cinta karena materi,
Konsep perang dan damai, dll.
Jika Anda menonton film ini bersama anak-anak,
mungkin bisa dijadikan momen ini sekaligus sebagai bahan diskusi motivasi atau pemberdayaan anak.Tanyakan mereka apa hilkmah fim ini, dan bahas bersama mereka.
(Lakukan juga untuk semua film yang ditonton bersama keluarga).
Film ini sekaligus bagus buat pembelajaran buat sineas kita,
bagaimana mengangkat sebuah film klasik menjadi tontonan modern.
Indonesia juga punya banyak kisah klasik yang layak naik layar lebar,
tapi tantangannya seberapa kreatif kita bisa mengangkat itu
menjadi tontonan yang menarik, menghibur sekaligus mendidik.
Saya dan Adam memberi rate film ini sangat bagus, sedangkan Asma Nadia dan Salsa memberi rate film ini bagus.
Bagaimana menrurt Anda?
(NB: Untuk materi resensi film di komunitas bisa!, saya menyebut dengan istilah baru Movietivasi: Movie yang bisa memberi inspirasi dan motivasi)
0 Comments
Post a Comment