Laskar Pemimpi

Oleh Isa Alamsyah

Ketika melihat iklan film Laskar Pemimpi yang dibintangi Project Pop, saya yakin film ini akan lucu dan mendidik.
Apalagi temanya adalah film perjuangan dengan latar serangan umum maret 1948.
Ternyata dugaan saya tidak meleset.
Film ini bukan sekedar lucu tapi juga menghibur lagu-lagunya, serta mendidik.
Adam Putra Firdaus, anak saya sampai ketawa terpingkal-pingkal begitu kencang sampai satu bioskop rasanya mendengar tertawanya, apalagi Putri Salsa yang bertugas membeli tiket memilih posisi di tengah, jadi suaranya merata terdengar ke seluruh ruangan.
Jadi suasana bioskop awalnya ketawa melihat scene yang lucu di layar, lalu ketawa lagi mendengar tawa Adam yang sangat heboh.
Tapi bukan cuma tawa yang ditawarkan film ini.
Film komedi ini semi musikal, dan musik yang ditawarkan juga enak didengar atraktif dan menarik. Saya sendiri paling suka dengan musik gendang tradisional yang dikombinasi dengan semi rap gaya Project Pop.
Selain itu kental diangkat isu pluralisme, dan persatuan, karena di dalam film itu ada yang mewakili jawa, Indonesia Timur, Sumatera termasuk pribumi keturunan Cina.
Kritik sosial juga kerap muncul dalam dialog film ini, mulai dari mafia hukum, pengusiran rumah dinas, dll.
Film ini juga cukup berhasil memunculkan suasana haru dan tegang yang cukup menguras emosi penonton.
Intinya tontonlah film ini sebagai bentuk dukungan terhadap film-film bermutu dan mendidik.
Setelah nonton film ini Salsa dan Adam, anak kami jadi semangat bertanya tentang apa itu serangan umum Maret 1948, apa itu KNIL, siapa Soeharto dan banyak hal yang sebelumnya tidak menarik bagi mereka. Jadi ada momen untuk bicara tentang sejarah perjuangan Indonesia.
Setelah menonton film ini saya berharap semoga Project Pop lebih banyak berkarya dengan misi pendidikan seperti film ini, karena bangsa ini butuh banyak karya kreatif yang positif.
Saya juga mengucapkan selamat pada sutradara Monty Tiwa karena menyajikan komedi yang tidak nyerempet ke humor dewasa. Semoga film ini sukses dan sang sutradara akan berkarya lebih banyak film komedi yang mendidik, karena pasar Indonesia, terutama pasar keluarga, saat ini lebih banyak yang suka film bermutu dan mendidik.
Semoga saja dukungan kita terhadap film ini bisa membuat satu lagi sutradara, satu lagi produser, satu lagi investor, satu lagi team kreatif yang berorientasi pada karya yang menghibur dan mendidik.
Seperti yang selalu dikumandangkan Asma Nadia dalam launching buku lucunya "Maryamah Kapok" yaitu "Humor Tidak Perlu Kotor".

0 Comments

Post a Comment