Isa Alamsyah
Ada seorang tamu yang datang ke sebuah rumah.
Ia diberi izin untuk menginap di rumah tersebut.
Ketika jadwal makan sang tamu meminta makanan apa yang ingin dimasaknya.
Sang tamu bahkan menghabiskan makanan sebelum pemilik rumah dan anak-anaknya makan.
Sang tamu bahkan memutuskan di mana ia tidur dan menentukan sang pemilik rumah tidur di mana.
Ia membuat peraturan apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan sang pemilik rumah.
Seandainya mempunyai tamu seperti itu apa yang Anda lakukan?
Saya akan mengusirnya!
Saya akan menendangnya keluar!
Saya akan panggil polisi untuk menyeretnya keluar!
Mungkin itu jawaban Anda.
Betul?
Tapi sadarkan bahwa kita mungkin adalah tamu tersebut.
Kita hidup di dunia meminjam fasilitas Allah Sang Pencipta.
Ia meminjamkan kita bumi dan langit, jiwa dan raga.
Dia juga memberi tahu kita apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh, agar kita selamat.
Tapi kita sebagai tamu membuat aturan sendiri.
Memutuskan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Untung saja Sang Pencipta Maha sabar sehingga kita diberi waktu untuk mengubah diri.
Kita tidak serta merta diusir dari dunia.
Mumpung ada kesempatan, kenapa kita tidak berubah.
Ada seorang tamu yang datang ke sebuah rumah.
Ia diberi izin untuk menginap di rumah tersebut.
Ketika jadwal makan sang tamu meminta makanan apa yang ingin dimasaknya.
Sang tamu bahkan menghabiskan makanan sebelum pemilik rumah dan anak-anaknya makan.
Sang tamu bahkan memutuskan di mana ia tidur dan menentukan sang pemilik rumah tidur di mana.
Ia membuat peraturan apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan sang pemilik rumah.
Seandainya mempunyai tamu seperti itu apa yang Anda lakukan?
Saya akan mengusirnya!
Saya akan menendangnya keluar!
Saya akan panggil polisi untuk menyeretnya keluar!
Mungkin itu jawaban Anda.
Betul?
Tapi sadarkan bahwa kita mungkin adalah tamu tersebut.
Kita hidup di dunia meminjam fasilitas Allah Sang Pencipta.
Ia meminjamkan kita bumi dan langit, jiwa dan raga.
Dia juga memberi tahu kita apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh, agar kita selamat.
Tapi kita sebagai tamu membuat aturan sendiri.
Memutuskan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Untung saja Sang Pencipta Maha sabar sehingga kita diberi waktu untuk mengubah diri.
Kita tidak serta merta diusir dari dunia.
Mumpung ada kesempatan, kenapa kita tidak berubah.
Ya ya ya, sungguh suatu perumpamaan yg sangat menghentak. Ternyata secara sadar atau tidak, kita telah berbuat zalim terhadap diri kita sendiri. Mudah2an perumpamaan ini dapat menyadarkan kita dan menjadikan kita sebagai tamu yang tau diri. Amin!
ReplyDeleteMohon izin untuk berbagi dengan teman lainnya. Terima kasih.
Ya saya akan menjadi tamu yang lebih tau diri dari sekarang, tq perumpamaannnya.
ReplyDeletebetul banget tuh,,,hmn,,jd sadar nih gw.
ReplyDeletesangat menyentuh. mudah2an kita menjadi tamu yang baik.
ReplyDeleteAminn,,,mudah mudahn Allah tidak lnsng mengusir kita dr bumi ini,,
ReplyDeletepepatah jawa;wong urip ibarat mampir ngombe
ReplyDeleteanalogi yang pas...ijin share ya mas Isa?
ReplyDeleteAstagfirullah...benar-benar mengingatkan terutama saya, secara tidak sadar bahkan mungkin sesekali menyadari melakukan hal bak tamu tak tahu diri...terlebih yang sering kita lupakan untuk mensyukuri sebagai tanda terima kasih atas apa yang Allah berikan ..
ReplyDeleteya...kita memang sudah jadi tamu tak tahu diri.....astagfirullah hal adzim......
ReplyDeleteterimakasih pak Isa...tulisan bapak meng insyafi kami.....
setuju pak...
ReplyDeletemari bersama2 kita menciptakan perubahan terhadapdri kita ke arah yg lbh baik...
subhanllah .... tercegang dri in, bru sdar ap yg qt lakkan. hanya krn keMAHA Besaranya lah qt msig di beri wktu. semga bs memnfaat kan wktu yg qt tdk tw kpn qt akn terusir dr dunia in... trimaksig pak isa sudh menggatkan qt ....
ReplyDeletesetiap tindakan terkadang kita khilaf,, thanxz dah mengingatkan..
ReplyDeletesemoga setiap tindakan kita selalu mengarah ke dia.
Duh maluuuu ya ternyata kita juga bersikap gitu sama Allah.
ReplyDeleteTerima kasih, Pak Isa...
ReplyDeleteJazakallah khoyr atas pengingatnya... Aamiin
Perumpamaan yang benar-benar menggugah dan hampir tepat...
*Namun, tanpa mengurangi rasa hormat, sejujurnya saya risih dengan potongan kalimat ini...
"Sang tamu bahkan menghabiskan makanan sebelum pemilik rumah dan anak-anaknya makan.
Sang tamu bahkan memutuskan di mana ia tidur dan menentukan sang pemilik rumah tidur di mana."
... karena--berbeda dengan manusia, tentunya--Allah tidak beranak ataupun diperanakkan, tidak tidur, tidak makan...
Tapi, bukannya manusia sekarang lebih suka membuat aturan sendiri? Dalam DEMOKRASI aturan dibuat oleh rakyat, bukan PENCIPTA? sehingga banyak aturan yang harusnya boleh oleh PENCIPTA menjadi tidak boleh dan yang harusnya tidak boleh menjadi boleh. bagaimana menurut anda?
ReplyDeleteAdi said... : Thanks, insya Allah pembaca bisa menyaring perumpamaannya
ReplyDeleteHm, betul bgt Pak ISa. Terkadang kita merasa plihan kita, analisis kita, segala yang kita punyai adalah benar - benar milik kita dan irtu terbaik buat kita. Padahal ... belum tentu. Karena keegoisan kita, kita merasa lebih tahu apa yang terbaik buat kita. O ya? karena Allah lah yang menyebabkan kita dan seluruh semesta alam ini ada, maka sudah pasti Dia lebih bayak tahu ketimbang kita. Trims, sudah diingatkan kembali.
ReplyDeleteTertonjok, karena kita bukan sapa2, smuanya pinjaman sementara. Tapi smg waktu yang diberi oleh yang MAHA PENCIPTA akan cukup untuk mengubah diri menjadi probadi yang lebih baik lagi..
ReplyDeleteastaghfirullahal"adziiimm...
ReplyDeletehmm.. smga kta mnjadi hmba2 yg panadai brsyukur..amiiin.
Alhamdulillah kalau masih ada yang mengingatkan seperti pak Ali Alamsyah, mudah-mudahan semakin banyak orang yang berusaha menyadari bahwa sebetulnya kita manusia hanya numpang di tempatNya, kalau 4JJI ingin ambil tumpangannya maka manusia tidak akan dapat meolaknya. Semoga bencana-bencana yang saat ini sedang melanda bumi ini dapat menjadi ibroh buat kita semua, aamiin.
ReplyDeleteAstagfirullah,
ReplyDeleteTrims dah mengingatkan, begitu tajam dan mengena, nice article Sir.
@Adi: namanya juga perumpamaan, ga harus diterjemahkan segitunya kali, pembaca Indonesia sudah begitu cerdas koq
analogi yang mengena mas.. hehe kadang diri ini lupa klo cuma numpang di buminya Allah... suka ngga tau diri, ngga tau aturan. slm kenal, keep on blogging
ReplyDelete