Ada dan Tiada

Ada dan Tiada

Isa Alamsyah

Saya memiliki sebuah souvenir bergambar bayi dengan tulisan:

"Some people make the world more special only by being in it"

-sebagian orang (bayi) membuat dunia menjadi lebih istimewa hanya dengan berada di sana.

Apakah Anda pernah juga melihat atau membacanya?

Ya, kehadiran bayi membuat dunia menjadi lebih indah,

sekalipun bayi belum melakukan apa-apa, mereka membuat ayah bundanya bahagia.

Kakek neneknya bahagia, om tantenya bahagia.

Melihatnya saja kita sudah bahagia, mendengar kehadirannya saja keluarga besar sudah ceria.

Sadarkah Anda, sebagian besar kita mempunyai kekuatan sebesar itu ketika bayi.

Bayangkan saja, kita belum bisa bicara, sudah bisa membuat orang tertawa.

Kita belum bisa berkarya sudah membuat orang bahagia.

Itu membuktikan bahwa kita sejak kecilpun, bahkan sebelum bisa melakukan apa-apa,

sudah mempunyai kemampuan untuk membahagiakan orang lain,

membuat dunia lebih ceria.

Logikanya, setelah ditambah kemampuan maka harusnya lebih mampu membahagiakan orang bukan?

Lebih mampu membuat dunia lebih ceria bukan?

Lalu bagaimana dengan keadaan sekarang?

Apakah setelah kita bisa berbicara kita membahagiakan lebih banyak orang atau justru sebaliknya?

Apakah setelah kita berkarya kita memberi manfaat lebih banyak bagi orang lain?

Manusia dan keberadaannya terbagi atas 3 bagian utama;

Kelompok pertama (positif): Ketika ada memberi pengaruh baik, ketika tidak ada dinanti dan dirindukan keberadaannya.

Kelompok kedua (Netral): Ada atau tidak ada sama saja.

Kelompok Ketiga (Negatif): Ketika ada memberi pengaruh buruk, ketika tidak ada membuat orang bahagia.

Di posisi manakah Anda?

Dalam profesi apapun, dalam keadaan apapun, penempatan kelompok ini berlaku.

Sekalipun kadang ada orang yang dikeluarga masuk kategori kelompok pertama

tapi di pergaulan masuk kelompok kedua atau sebaliknya, dsb.

Ada pegawai yang kalau dia tidak ada kantor jadi semrawut. Segala hal beres kalau dia datang.

Segala yang tidak beres selalau dia kerjakan agar jadi beres.

Orang seperti ini kalau konsisten akan bermanfaat di mana saja.

Tapi ada pegawai yang datang selalu terlambat dan sering minta izin tidak masuk karena berbagai alasan.

Apa yang terjadi? Pegawai ini memposisikan dirinya menjadi kelomkpok kedua.

Ada atau tidak ada sama saja.Akhirnya perusahaan terbiasa dengan ketidakberadaan pegawai tersebut

dan akibatnya karena dianggap tidak berguna ia dipecat.

Yang lebih parah ada pegawai yang kerjanya tidak jelas,

tapi selalu menghasut pegawai lain atau menciptakan suasana kerja jadi tidak nyaman.

Yang begini enaknya diapain ya? Terserah.

Ada anak yang selalu membuat orang tua bahagia.

Kalau ayah pulang kecapean, bertemu anak ini jadi ceria, ayah ibunya bertengkar kalau ada anak ini jadi damai.

Tapi ada juga anak yang kalau di rumah selalu bikin rusuh dan bikin pusing orang tua.

Terhadap anak ini ada orang tua yang frustasi dan memilih untuk mengirim anak tersebut ke asrama.

Ada manajer yang kalau dia datang urusan pekerjaan malah jadi rumit,

padahal kalau dia tidak datang semuanya baik-baik saja.

Ada orang yang kalau dia ada, lingkungan di sekitar jadi tidak nyaman, terancam dan terintimidasi.

Jelas ini adalah jenis orang ketiga.

Contoh paling vulgar adalah penjara. Penjara adalah tempat paling ekstrem untuk kelompok ketiga.

Coba tanya pada diri Anda, masuk ke dalam kelompok manakah Anda.

Di keluarga?

Di kantor?

Di lingkungan tetangga?

Kalau Anda ada, apakah orang merasa lebih nyaman?

Apakah orang lebih senang kalau Anda tidak ada?

Atau Anda ada dan tiada sama saja?

Kaca Ajaib

Kaca Ajaib

Isa Alamsyah

Al kisah di sebuah negeri antah berantah, hiduplah seorang kakek bijak yang kaya raya.

Ia dikenal sakti karena mempunyai kaca ajaib yang bisa menuntaskan berbagai masalah ekonomi.

Suatu hari datanglah seorang pengusaha yang baru saja bangkrut dari usahanya.Ia sangat frustasi, apalagi hartanya yang dulu melimpah kini jadi hutang yang membengkak.

Pengusaha tersebut datang kepada sang kakek dan berharap bisa melihat cermin ajaibnya.Konon mereka yang melihat kaca ajaib ini akan kembali menjadi kaya.

"Kek, izinkan saya melihat cermin ajaibnya, agar saya bisa bangkit kembali, " pintanya.

"Tapi ada syaratnya, kamu harus mengikuti dulu ilmu pendahuluannya," jawab sang kakek.

Singkat cerita akhirnya sang pengusaha berguru pada sang kakek.

Mereka membahas segala permasalahan bisnis yang dihadapi sang pengusaha.

Selama diskusi berhari-hari, satu persatu masalah mulai terpecahkan.

Dari pertemuan tersebut si pengusaha mulai menemukan celah baru untuk mendapatkan modal,

ia punya visi baru tentang bisnisnya, ia tahu bagaimana melunaskan hutangnya dengan strategi baru.

Intinya pengusaha itu sudah mendapatkan semangat dan visi baru untuk membangun bisnisnya.

"Nah, nampaknya kamu sudah siap melihat kaca ajaibku," seru sang kakek di akhir pertemuan.

"Baik Kek, terima kasih atas bimbingannya," kata pengusaha itu menggebu gebu.

Lalu mereka masuk keruangan khusus yang selalu terkunci rapat.

Ruangan itu putih, kosong dan nyaris tidak ada apa-apa.

Hanya ada satu kaca dipojok yang terbungkus kain putih.

Lalu sang kakek, memegang kain penutup kaca siap membuka.

Sebelum membuka penutup, sang kekek tersebut berkata:"Kamu jangan kaget, pokoknya kamu tanya pada yang kamu lihat di kaca tersebut,

apakah dia bisa membantu. Kalau dia bilang bisa, maka masalah kamu selesai."

"Baik, Kek!" kata pemuda itu tak sabar,

hatinya menggebu-gebu ingin bertemu dengan penolongnya.

Satu ...dua.. tiga....

Tadaaa...seru sang kakek mengangkat kain sambil bersikap seperti pesulap yang baru saja mempersembahkan magicnya.

Akhirnya kaca itu terbuka.

Pemuda itu kaget melihat sosok di kaca tersebut.

Ya, kaca ajaib itu tidak lain hanyalah cermin biasa.

Dan yang terlihat oleh pengusaha tersebut adalah dirinya sendiri.

"Ya, itulah penolongmu sekarang," kata sang kakek.

Silahkan tanya pada dirimu, silahkan tanya pada dirimu sendiri, apakah kamu siap menolong dirimu.Karena semua masalahmu hanya akan selesai kalau kamu mau menolong diri sendiri

dan sadar semuanya tergantung kamu sendiri.

Dengan semua yang baru dipelajari, dengan semua semangat yang baru didapat,

pengusaha itu akhirnya sadar kini masa depan ada ditangannya sendiri.

Ia tidak perlu kaca ajaib untuk mewujudkannya.

Hikmah:Begitulah kehidupan kita.

Ketika kita menghadapi masalah, ketika kita menghadapi kendala,

maka diri sendirlah yang harus menjadi tumpuan utama untuk bangkit.Kalau ada yang membantu Alhamdulillah, kalau ada yang menolong ya syukur,

tapi tetap saja pada akhirnya diri sendiri yang jadi tumpuan harapan.

Orang mungkin bisa menyerah membantu kita, orang bisa menolak untuk menolong kita,

tapi selama kita masih mau menolong diri sendiri, kita tetap bisa bangkit.

Don't give up on yourself!

Apakah Anda punya cermin di rumah?Berarti Anda punya kaca ajaib.

Jika ada masalah, lihatlah ke cermin dan katakan

"SAYA AKAN MENGATASINYA"Lihatlah cermin dan sosok itu adalah SOLUSI atas semua masalah ANDA.

Anda adalah jawabannya, karena Tuhan telah memberikan semua yang kita butuhkan untuk bangkit.

No Excuse!


Mana pertolongan Tuhan?

Mana pertolongan Tuhan?

Isa Alamsyah

Hujan besar semalaman membuat sebuah desa tenggelam banjir yang sangat parah.

Penduduk langsung mengungsi untuk menyelamatkan diri.

Ketika banjir sudah setinggi lutut, setengah penduduk sudah mengungsi.

Mereka berlarian dengan motor, mobil dan kendaraan apapun yang ada.

Saat itu ada seorang ibadawan yang menolak untuk mengungsi karena ia yakin pertolongan Tuhan akan datang.

Banjir sudah semakin tinggi, kali ini sudah setinggi kepala.

Semua penduduk berusaha mengungsi dengan perahu karet yang datang menolong.

Hanya sisa segelintir saja yang masih terjebak.

Ibadawan itu tetap menolak untuk mengungsi, karena ia yakin pertolongan Tuhan akan datang.

Banjir tetap meninggi, kali ini sudah mulai menutupi atap.

Semua penduduk tersisa mulai terangkut dengan bantuan helikopter.

Tapi ibadawan itu tetap menolak naik helikopter, karena ia yakin pertolongan Tuhan akan datang.

Ibadawan itu kini jadi satu-satunya yang tersisa.

Banjir tetap meninggi, kali ini atap rumah bahkan sudah tenggelam.

Di atas atap, kaki ibadawan itu mulai terendam air, lalu pinggangnya, lalu lehernya.

Ibadawan itu menengadahkan kepala, melihat langit dan berteriak,

"Wahai Tuhan, mana pertolonganMu. Aku sudah begitu sabar menunggu bantuanMu, tapi tak kunjung datang juga!"

Tidak butuh waktu lama, akhirnya banjir sudah melewati kepala sang ahli ibadah, ia berusaha berenang tapi arus terlalu kuat akhirnya ia mati tenggelam.

Di alam kematian, ia bertemu malaikat.

Ia protes, "Wahai Malaikat, aku mau bertemu Tuhan. Aku selalu beribadah dan percaya bahwa Sang Pencipta akan menolongku, tetapi kenapa tidak kunjung datang juga pertolongan itu?"

Malaikat menjawab, "Siapa bilang Tuhan tidak menolong. Ia telah mengirim mobil untuk menyelamatkanmu tapi kamu tidak mau naik mobil itu. Ia juga telah mengirim perahu untukmu tapi kamu tidak peduli. Ia bahkan mengirim helikopter untukmu tapi kamu acuhkan. Kesimpulannya, ya kamu memang ingin mati!"

Ibadawan itu menangis, ia merasa begitu bodoh mengira bahwa pertolongan Tuhan akan datang mungkin seperti kilat yang akan memindahkan ia ke tempat lain, atau seperti matahari yang langsung mengeringkan banjir atau seperti tanah yang langsung menyerap banjir hingga kering.

Ibadawan itu sadar semua sudah terlambat.

Apa pelajaran yang kita bisa ambil?

Seringkali kita menganggap Tuhan belum menolong kita, padahal Ia sudah mengirim berbagai bantuan yang ada disekitar kita.

Ketika kita miskin kita merasa Tuhan tidak memberi bantuan bantuan, padahal mungkin Ia sedang menyiapkan kita untuk jadi pemenang yang tangguh karena digembleng kehidupan yang keras.

Ketika kita menghadapi masalah kita mengira Tuhan menghukum kita, padahal Ia sedang menyiapkan kita untuk jadi pemenang dengan training kehidupan.

Kini saatnya kita melihat sekitar, jangan-jangan semua yang ada disekitar kita adalah bala bantuan dari Tuhan yang selama ini kita sia-siakan.

No Excuse! Karena Tuhan selalu bersama kita.

Catatan Idul Adha

Catatan Idul Adha

oleh Isa Alamsyah

Menyambut hari raya Idul Adha, kami ucapkan selamat hari raya bagi yang merayakan, dan selamat berkurban bagi yang mampu menyisakan sebagian rizkinya untuk kurban.

Hari raya Idul Kurban kali ini memang tidak bisa dinikmati seluruh saudara kita.

Banyak saudara kita yang masih hidup di pengungsian akibat bencana yang menimpa di sekitar Merapi, Wasior, dan Mentawai.

Semoga saja Allah memberi kesabaran dan ketabahan bagi para korban dan membuka hati kita semua untuk selalu menolong saudara yang kesusahan dan semoga Allah membuka hati para pemimpin agar lebih memberi perhatian bagi para korban bencana.

Buat para peternak korban di Merapi mungkin Idul Adha ini terasa lebih emosional. Bayangkan saja hari Idul Adha yang sedianya adalah masa panen bagi mereka justru kini mereka kehilangan ternak-ternak mereka. Detikcom memberitakan setidaknya 1.961 ekor sapi (sapi perah dan sapi potong) akibat meletusnya gunung merapi. Jauh lebih banyak dari jumlah kambing atau domba yang mati yaitu sekitar 180 ekor.

Republika mencatat ada sejumlah 61.884 ternak yang rawan karena berada di radius 20 kilometer. Dari total ternak rawan 61.884 ekor, jumlah ternak yang berhasil dievakuasi baru 8364 ekor, sedangkan sisanya 53520 ekor belum dievakuasi. Semoga saja bencana ini tidak meluas dan masalah ini bisa segera teratasi.

Tentu saja bukan hanya peternak yang rugi tapi semua korban merasakan kerugian akibat bencana ini.

Alhamdulillah, sebagian rakyat Indonesia punya kesadaran untuk membantu saudaranya yang menderita.

Banyak kurban yang sengaja dipotong di daerah bencana dalam rangka membantu saudara kita.

Selain itu ada juga kisah kepahlawanan yang bisa membanggakan kita.

Hanya saja sayang, justru berita baik seperti ini jarang diliput media. Karena itu kami berkepentingan menyampaikan berota kepahlawanan mereka sebagai sumber inspirasi.

Kepahlawanan yang menunjukkan bahwa semangat berkurban bukan hanya bagi yang punya uang, bukan bagi yang bisa beli kambing dan bukan hanya ketika idul kurban.

Semangat berkorban adalah semangat buat siapa sayja yang punya kepedulian, karena kita bisa berkorban dengan apa saja.

Simak kisah kepahlawanan ini yang semoga memberi inspirasi buat Anda.

(Data ini didapat dari grup pohon inspirasi facebook yang mendapat data dari lapangan).

Seorang pedagang kecil ambil tabungan haji, sediakan kebutuhan pengungsi.

Sebuah rumah sederhana berkamar tiga tampung 100 pengungsi Merapi.

Sebuah rencana walimah, anggaran dan berasnya dialihkan ke barak pengungsi Merapi.

Seorang penjual gudheg, sedekahkan dagangan sepekan untuk Merapi.

Juru masak hotel berbintang ambil cuti tiga pekan, layani dapur umum Merapi.

Tukang pijat dan tukang cukur hibahkan keahlian, keliling barak-barak.

Para dokter rela meninggalkan ruang nyaman ber-AC dan keberlimpahan untuk berdebu-debu bersama pengungsi. Seorang dokter hewan keliling evakuasi ternak, suntikkan nutrisi untuk sapi-sapi.

Pemulia insan nan tak gentar abu dan gemuruh api, yang terus berjuang temukan warga, hidup maupun mati.

Pemuda-pemudi yang kembalikan dirinya jadi kanak-kanak, bermain bersama bocah-bocah pengungsi.

Seorang gadis yang tetap setia menemani dan membantu keluarga dan tetangganya di stadion olah raga dengan menolak tawaran tempat penampungan yang lebih nyaman.

Mereka rela berkorban untuk saudaranya.

Tidak perlu kaya untuk berkorban, tidak perlu menunggun hari raya untuk berkorban,

bagaimana dengan kita?

Anda adalah seorang ..........melakukan..............................untuk saudara kita yang mengalami musibah.

Isilah titik-titik dengan hati Anda, cukup Allah dan Anda saja yang tahu.

Setengah waktu hidup, terbuang percuma

Setengah waktu hidup, terbuang percuma

Isa Alamsyah

Jika hidup dijalani dengan mengikuti arus mengalir, kita akan melewatinya tanpa beban berarti.

Tanpa terasa kita sudah masuk sekolah, lalu lulus SMP, lulus SMA, tiba-tiba sudah kuliah atau bekerja, selanjutnya menikah dan punya anak, dan tanpa terasa anak-anak sudah besar, dst.

Setidaknya itu yang dialami sebagian besar manusia.

Karena itu kita sering dengar kalimat;

"Gak terasa yah, anak-anak sudah besar!"

"Gak terasa yah, kita sudah tidak pernah bertemu selama 20 tahun", dsb.

Lalu apakah sikap 'Follow the flow' ini baik atau buruk?

Sekilas kelihatannya mengikuti bagaimana arus kehidupan mengalir terdengar bijak.

Tapi apakah demikian?

Mari kita lihat apa yang terjadi pada kita jika hanya mengikuti arus kehidupan tanpa pernah mengevaluasi hidup kita.

Anggap saja usia kita 50 tahun.

Apa saja yang kita lakukan dalam hidup selama 50 tahun jika kita hanya mengikuti arus kehidupan.

Mari kita hitung.

Kalau sehari kita makan 3 kali sehari dan menyita waktu 30 menit setiap makan, maka dalam sehari kita habiskan 1,5 jam untuk makan, berarti selama 50 tahun kita habiskan 27.375 jam untuk makan atau setara dengan 3 tahunan.

Jika kita tidur 8 jam sehari berarti kita menggunakan 146.000 jam untuk tidur atau setara dengan 16-an tahun hanya untuk tidur.

Sebuah survey yang dilansir di acara Top Gear BBC mengungkap setiap orang rata-rata menghabiskan 5 tahun di kendaraan (di perjalanan).

Data lain di internet mengungkap setiap orang menghabiskan waktu sebanyak 2 tahun di kamar mandi.

Rata-rata pria pekerja menghabiskan waktu 30 menit dalam sehari untuk berpakaian dan berdandan, berarti itu menghabiskan waktu 1 tahun dalam hidupnya. Wanita bisa 2 atau 3 kali lipat lebih lama.

Nah kalau kita jumlahkan hitungan kasar tersebut, kita menghabiskan sekitar 27 tahunan untuk hal yang tidak produktif.

Itu belum termasuk shopping, jalan-jalan, relax, nonton TV, dan kegiatan non produktif lainnya.

Jadi sebenarnya, kalau kita hidup selama 50 tahun, setengah waktu tersebut nyaris tidak produktif.

Saya tahu, makan, minum, tidur adalah bagian dari penopang hidup, tapi apakah berarti harus mengambil separuh hidup kita?

Lalu bagaimana solusinya?

Karena itu tugas kita menemukan cara agar waktu yang tidak produktif di atas menjadi produktif.

Bagaimana caranya?

Artikel selanjutnya akan membahas.


Peristiwa Sejarah Penting di Bulan Ramadhan

Peristiwa Sejarah Penting di Bulan Ramadhan

Agung Pribadi (Historivator)


Di Indonesia, Bulan Ramdhan seringkali diidentikkan dengan bulan tidak produktif.

Bulan Ramadhan identik dengan bulan liburan panjang dan tidur panjang.


Di Indonesia, masih terjadi salah kaprah.

Karena ada sebuah hadits Nabi yang mengatakan bahwa tidurnya orang berpuasa adalah ibadah, maka pada bulan ramadhan justru banyak orang yang ketika siang hari tidur-tiduran atau bermalas-malasan.

Kalau tidak percaya datang saja ke Masjid Istiqlal ketika bulan puasa, ramai sekali orang yang tidur.

Ramai di sini bukan berarti berisik melainkan banyak.


Padahal Nabi Muhammad tidak memberi contoh seperti itu.

Sejarah Islam dan sejarah Indonesia justru menunjukkan Ramadhan adalah bulan produktif, bulan prestasi.


Nabi Muhammad pada bulan Ramadhan justru melakukan perang Badar.

Perang itu menunjukkan kerja yang sangat keras dan berat.

Apalagi jumlah pejuang muslim sepertiga dari tentara kafir.

Belum lagi pejuang muslim sebagian besar hanya penduduk biasa, berlatar pedagang, budak, dll

sedangkan kelompok kafir sebagian besar memang petempur dan dipersenjatai lengkap.

Dalam keadaan berpuasa, tanpa berbuka, muslim memenangkan pertempuran di Badr.

Pada bulan Ramadhan (hari terakhir) justru terjadi pembebasan kota Makkah oleh Nabi Muhammad.

Pada bulan Ramadhan ini pula terjadi perjanjian Hudaibiyah.

Itulah contoh-contoh produktivitas Ramadhan yang diberikan oleh Nabi Muhammad.

Banyak juga contoh yang diberikan oleh para ulama masa yang lebih belakangan

Misalnya, di Mesir. Sukarelawan Ikhwanul Muslimin dan tentara reguler Mesir merebut Jazirah Sinai justru pada bulan Ramadhan 1973. Oleh karena itu operasi ini disebut Operasi Perang Badar Baru. Orang Israel dan Orang Barat menyebutnya Perang Yom Kippur karena terjadinya pada saat hari besar Yahudi yaitu Yom Kippur.

Fatahillah merebut Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527 M atau bertepatan dengan tanggal 22 Ramadhan 933 H. Kemenangan ini dianggap mirip dengan Pembebasan Kota Mekkah (Fathul Mekkah) yang diabadikan dalam Al Qur-an Surat 48 ayat 1 dengan sebutan Fathan Mubiina (kemenangan yang gilang gemilang). Kata-kata ini dalam bahasa Sansekerta disebut Jayakarta. Oleh karena itu sejak saat itu Sunda Kelapa diganti namanya oleh Fatahillah menjadi Jayakarta atau Jakarta.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia juga terjadi pada bulan Ramadhan. 17 Agustus 1945 itu bertepatan dengan 9 Ramadhan …. Karena ini adalah 10 hari pertama bulan Ramadhan atau disebut juga bulan Rahmat hal ini diabadikan dalam Pembukaan UUD 1945 dalam kalimat “Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa….”.


Pada tahun 1945 bulan Ramadhan terjadi pada bulan Agustus. Tahun 2011 ini juga bulan Ramadhan terjadi pada bulan Agustus. Jadi tidak ada salahnya Ramadhan tahun ini juga kita merayakan hari kemerdekaan Indonesia dan membangkitkan bangsa ini untuk merdeka dari kemiskinan, korupsi dan keterbelakangan.

Jadi pelurusan sejarah kali ini menunjukkan bahwa walaupun tidurnya orang puasa itu ibadah tetapi justru para pendahulu kita member contoh bahwa bulan puasa adalah bulanya kerja keras.

Karena kerja keras dan berjuang nilai ibadahnya lebih tinggi dari ibadahnya tidur.

Wallahu A’lam bish Shawab


_____

Tentang Penulis

Agung Pribadi adalah Sarjana Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah.

Selama menjadi mahasiswa Agung dikenal sebagai aktivis mahasiswa dan sering menulis di media nasional maupun media mahasiswa.

Saat ini Agung Pribadi dikenal sebagai Historivator, penulis dan pembicara motivasi dengan pendekatan sejarah.

Prinsipnya, dari sejarah kita bisa membentuk masa depan.

Jadi teman Agung Pribadi di facebook, add friend di http://www.facebook.com/AgungPribadiPenulis

Seberapa Anda menghargai waktu 1 menit?

Seberapa Anda menghargai waktu 1 menit?

Berhargakah waktu satu menit?

Seberapa Anda menghargai 1 menit?

Jika Anda membaca notes saudara izuddin effendi (http://www.facebook.com/izuddin.effendi),

mungkin Anda bisa lebih menghargai nilai 1 menit.

Apa yang terjadi selama 1 menit di internet?

by Izuddin Effendi on Saturday, July 2, 2011 at 10:22pm

Apa yang terjadi selama 1 menit di internet sewaktu anda mengaksesnya? Dan inilah beberapa hal yang mungkin terjadi selama 1 menit di dunia maya :

500 lebih postingan di blog

98,000 twit terbaru

12,000 iklan terbaru di craiglist(FJB Terbesar)

20,000 postingan terbaru di Tumblr

600 video terbaru di Youtube

70 Domain Didaftarkan

13,000 Aplikasi iPhone telah diunduh

320 Akun Twitter terbaru

100 Akun Linkedin terbaru

6,600 Foto dipublish di Flickr

125 Plugin WordPress terunduh

50 Core WordPress terunduh

79,364 Wall terkirim di Facebook

695,000 Status Facebook diupdate

510,040 Komentar muncul di Facebook

1,700 Aplikasi Mozilla Firefox terunduh

694,445 kata dicari di Google

168 Juta Email terkirim

60 Blog terbaru dibuat

40 Pertanyaan di Yahoo answer dan 100 jawaban diberikan

1,600 Orang Membaca di Scribd

1 Kata terdefinisi di Urban Dictonaries

370,000 menit telepon di Skype.

13,000 jam musik streaming di Pandora

5,000,000,000 dokumen di seluruh dunia di rayapi (crawl) oleh robot google

Itulah yang terjadi di internet selama semenit, dan anda sekarang lebih mengerti mengapa begitu berharganya 1 menit di dunia maya.

Belajar dari bersin
Sekalipun sepele, dari bersin kita bisa belajar tentang nilai kehidupan yang sangat berharga.
Bersin tidak lain adalah bentuk penolakan tubuh atas sesuatu yang dianggap tidak berpotensi bahaya bagi tubuh.
Begitu antisipatifnya, ketika bersin, kita menghasilkan kecepatan secepat 150km/ jam.
Jadi ada dua hal yang perlu diperhatikan dari bersin; pertama bersin mencakup sesuatu yang mempunyai potensi bahaya dan kedua potensi bahaya tersebut ditolak dan dibuang jauh-jauh secepat-cepatnya agar tidak membahayakan.

Nampaknya dari bersin Allah ingin mengajarkan pada kita untuk selalu bersifat responsif, antisipatif dan cepat terhadap hal-hal yang membahayakan kita.

Jadi kalau ada potensi bahaya, kita harus segera mengantisipasinya.
Tapi apakah begitu kebanyakan manusia bersikap?

Sayangnya justru manusia sering bersikap kebalikannya.
Banyak manusia menunda-nunda terhadap potensi bahaya.

Misalnya ada anak yang didekati teman yang mengajak ke pergaulan tidak baik,
bukan buru-buru menghindar malah berbaur sekedar untuk berteman.
Awalnya ia yakin tidak akan terlibat tapi lama kelamaan ikut terjerumus.

Ada orang tak sengaja buka situs porno. Awalnya cuma sekedar ingin tahu.
Lama kelamaan jadi kebiasaan , lalu jadi ketagihan.
Jika ikut prinsip bersin langsung ditutup dan dijauhi.
Tapi kalau tidak, penasaran malah akhirnya terjerumus.

Ada suami atau istri yang bertemu teman lama (baca: pacar lama)
Mereka tahu CLBK mulai tumbuh.
Bukan buru-buru bersin (baca: mengindar), malah sering janjian ketemu.
Akhirnya cinta lama tumbuh kembali dan ujungnya rumah tangga berantakan.

Intinya belajar dari bersin, kita harus buru buru mengantisipasi segala potensi bahaya, dengan kecepatan penuh.
Karena itu kalau kita bisa bersin kita ucapkan Alhamdulillah.





Must watch  Movie: ? (Baca: Tanda Tanya)

Must watch Movie: ? (Baca: Tanda Tanya)


Must watch Movie: ? (Baca: Tanda Tanya)

Isa Alamsyah

Apa pendapat Anda tentang seorang muslim yang berprofesi sebagai aktor mengambil peran sebagai Yesus Kristus dalam sebuah drama paskah di gereja, yang diadakan dalam rangka meningkatkan iman kristiani?
Ada muslim mungkin akan keberatan atau tidak setuju sama sekali. Bukankah demikian?
Tapi tidak sedikit juga pemeluk agama Katholik atau kristen yang juga keberatan jika peran Yesus dimainkan oleh orang yang tidak mengimani Yesus.

Bagaimana pendapat Anda tentang seorang muslimah berjilbab yang bekerja di restoran Cina di mana hidangan babi dan makanan halal disajikan?
Apakah jika sang koki Cina memisahkan panci, penggorengan dan piring dan sebagainya untuk makanan yang halal dan tidak halal, maka restoran tersebut jadi restoran halal?

Apa pendapat Anda tentang seorang wanita yang pindah agama dari Islam ke Katholik karena kecewa dengan suaminya yang alim kemudian memutuskan untuk poligami.

Sudahkan Anda memikirkan pendapat Anda?
Well, sebaiknya jangan jawab dahulu.
Saran saya saksikan dahulu film film "?" baca tanda tanya karya Hanung Bramantyo.

Saya berani katakan ini adalah karya Hanung yang temanya berani tapi patut dapat acungan jempol. Two thumb up!
Film ini sangat menghibur, komedinya cerdas, banyak dialog yang tajam, gambar apik, simbolis yang berbobot dan penceritaan yang kaya.

Terus terang, sebelumnya ketika saya baca sekilas di Republika tentang isu yang diangkat dalam film ini, dengan detail sebagaimana saya tulis di atas, saya sempat agak skeptis.
Skeptis karena temanya berat, kontroversial, dan bertanya-tanya apakah akan bisa digarap jadi film yang menarik.
Ternyata sekptisme saya, SALAH BESAR.

Hanung BERHASIL membuat tema yang berat tersebut menjadi sangat menyejukkan, berimbang, dan memberi pelajaran yang tinggi akan makna sebuah perbedaan.
Asma Nadia yang dulu mengatakan, film "Sang Pencerah" sebagai masterpiece Hanung, kini mengatakan film "?" lebih bagus dari Sang Pencerah. Lebih kaya, lebih dalam, dan lebih berbobot. Menurut Asma film ini menunjukkan bahwa sang sutradara tetap berkembang dalam karyanya.
Penulis yang baru saja menerima penghargaan sebagai salah satu tokoh perubahan Republika ini ini bahkan mengatakan film ini harus menjadi agenda nasional sebagai bahan perenungan bangsa. Asma juga mengagendakan film ini sebagai tontonan wajib keluarga khususnya Salsa dan Adam sebagai media pembelajaran buat anak dalam melihat perbedaaan.

Saya akui, di film "?" ini, mungkin ada yang kecewa melihat gambaran perilaku muslim yang anarkis. Tapi kita juga disejukkan dengan fakta bahwa ada muslim (Banser NU) yang menerapkan rahmatan lil alamin, dengan menjaga gereja dan berkorban untuk keselamatan manusia, sekalipun mereka adalah jemaat gereja.
Di film ini akan melihat ada pendeta yang bijak, tapi juga ada umat yang antipati pada Islam.
Di film ini kita lihat ada orang Cina yang sangat toleran, tapi ada juga yang antipati pada pribumi.
Semua digambarkan berimbang, apa adanya, tanpa ada penghakiman.

Jangan salahkan Hanung kalau ada fakta yang kurang berkenan, karena sang sutradara hanya menyajikan potret yang benar-benar terjadi.
Karena ini diangkat dari kisah nyata maka fakta yang ditampilkan juga harus nyata.
Hampir setiap scene yang ditampilkan, diilhami kisah nyata.
Saya berani berkata demikian, karena beberapa di antara scene yang ada pernah saya liput sendiri ketika masih aktif sebagai jurnalis lapangan beberapa tahun lalu.
Beberapa saya baca juga beritanya di koran.

Justru sajian film ini kembali mengingatkan pada kita adanya fakta yang terjadi, adanya masalah di lapangan, dan kita dibekali visi untuk menghargai perbedaan.

Kalau saya boleh berbagi apa yang saya dapatkan dari film ini, saya bisa katakan bahwa film ini akhirnya menunjukkan bahwa betapa banyak konflik yang terjadi sebenarnya bersumber pada individu pada oknum.
Terkadang oknum membawa embel-embel kelompok, seragam, organisasi yang akhirnya membuat sebuah masalah kecil menjadi besar.
Film ini juga menyentil kita untuk tidak dengan mudah menghakimi pilihan orang lain, karena pada akhirnya setiap pilihan ada tanggung jawabnya masing-masing.

Seusai saya menonton premier film ini, saya sedikit bertanya pada Hanung, kenapa ia membuat film ini, dan kurang lebih ini jawabannya.
"Saya risih Islam dianggap teroris, jadi saya juga ingin menampilkan Islam yang bersahabat. Saya memang dari kecil hidup dalam keluarga yang multi kultural dan multi religi. Keluarga dari Ibu saya keturunan Cina. Dulu kan agama Kong Hu Chu dilarang sehingga keturunan Cina harus pilih antara agama Islam, Kristen, Katholik (Hindu atau Budha). Ibu saya pilih Islam sedangkan sebagain besar keluarga pilih kristen. Saya betul betul melihat situasi seperti itu. Jadi saya ikut merasakan dua hari raya. Kalau lebaran saya dan ibu dan ayah berlebaran, kalau natal kita berkunjung ke keluarga ibu. Dan hubungan kami baik-baik saja tidak ada pertentangan apa-apa. Tapi sekarang kan orang jadi di kotak-kotakan hanya karena kelompok tertentu. Dikelompok-kelompokan, kalau tidak begini berarti teroris ini itu, main stigma label-labelan.'

Artinya spirit Hanung ketika membuat film ini adalah spirit religius, akan tetapi ia ingin juga mengusung isu ini menjadi milik bersama bukan kelompok Muslim saja. Karena itu patut kita dukung.

Hari Kamis ini, 7 April film akan ditayangkan.
Jadi luangkan waktu untuk menonton di hari-hari pertama.
Sempatkan menonton film ini saat week end, Anda tidak akan menyesal.

Sama seperti dukungan saya pada Rumah Tanpa Jendela, artikel ini adalah satu langkah saya dam Komunitas Bisa! untuk mendukung film Indonesia bermutu.

Sekali lagi saya rekomendasikan buat umat Muslim, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha untuk menonton film ini sebagai hiburan yang mencerahkan.
Benar lo, film ini sangat menghibur. Ternyata disamping ide besarnya, film ini bisa membuat kita terbahak-bahak.
Semoga saja persatuan semakin terbina di antara kita, dengan hadirnya film ini.

Oh ya, film ini memberi sayembara Rp 100 juta bagi yang menemukan judul yang menarik untuk film ini. Kenapa tidak dicoba?

Salam Bisa! No Excuse!