Mana pertolongan Tuhan?
Isa Alamsyah
Hujan besar semalaman membuat sebuah desa tenggelam banjir yang sangat parah.
Penduduk langsung mengungsi untuk menyelamatkan diri.
Ketika banjir sudah setinggi lutut, setengah penduduk sudah mengungsi.
Mereka berlarian dengan motor, mobil dan kendaraan apapun yang ada.
Saat itu ada seorang ibadawan yang menolak untuk mengungsi karena ia yakin pertolongan Tuhan akan datang.
Banjir sudah semakin tinggi, kali ini sudah setinggi kepala.
Semua penduduk berusaha mengungsi dengan perahu karet yang datang menolong.
Hanya sisa segelintir saja yang masih terjebak.
Ibadawan itu tetap menolak untuk mengungsi, karena ia yakin pertolongan Tuhan akan datang.
Banjir tetap meninggi, kali ini sudah mulai menutupi atap.
Semua penduduk tersisa mulai terangkut dengan bantuan helikopter.
Tapi ibadawan itu tetap menolak naik helikopter, karena ia yakin pertolongan Tuhan akan datang.
Ibadawan itu kini jadi satu-satunya yang tersisa.
Banjir tetap meninggi, kali ini atap rumah bahkan sudah tenggelam.
Di atas atap, kaki ibadawan itu mulai terendam air, lalu pinggangnya, lalu lehernya.
Ibadawan itu menengadahkan kepala, melihat langit dan berteriak,
"Wahai Tuhan, mana pertolonganMu. Aku sudah begitu sabar menunggu bantuanMu, tapi tak kunjung datang juga!"
Tidak butuh waktu lama, akhirnya banjir sudah melewati kepala sang ahli ibadah, ia berusaha berenang tapi arus terlalu kuat akhirnya ia mati tenggelam.
Di alam kematian, ia bertemu malaikat.
Ia protes, "Wahai Malaikat, aku mau bertemu Tuhan. Aku selalu beribadah dan percaya bahwa Sang Pencipta akan menolongku, tetapi kenapa tidak kunjung datang juga pertolongan itu?"
Malaikat menjawab, "Siapa bilang Tuhan tidak menolong. Ia telah mengirim mobil untuk menyelamatkanmu tapi kamu tidak mau naik mobil itu. Ia juga telah mengirim perahu untukmu tapi kamu tidak peduli. Ia bahkan mengirim helikopter untukmu tapi kamu acuhkan. Kesimpulannya, ya kamu memang ingin mati!"
Ibadawan itu menangis, ia merasa begitu bodoh mengira bahwa pertolongan Tuhan akan datang mungkin seperti kilat yang akan memindahkan ia ke tempat lain, atau seperti matahari yang langsung mengeringkan banjir atau seperti tanah yang langsung menyerap banjir hingga kering.
Ibadawan itu sadar semua sudah terlambat.
Apa pelajaran yang kita bisa ambil?
Seringkali kita menganggap Tuhan belum menolong kita, padahal Ia sudah mengirim berbagai bantuan yang ada disekitar kita.
Ketika kita miskin kita merasa Tuhan tidak memberi bantuan bantuan, padahal mungkin Ia sedang menyiapkan kita untuk jadi pemenang yang tangguh karena digembleng kehidupan yang keras.
Ketika kita menghadapi masalah kita mengira Tuhan menghukum kita, padahal Ia sedang menyiapkan kita untuk jadi pemenang dengan training kehidupan.
Kini saatnya kita melihat sekitar, jangan-jangan semua yang ada disekitar kita adalah bala bantuan dari Tuhan yang selama ini kita sia-siakan.
No Excuse! Karena Tuhan selalu bersama kita.
0 Comments
Post a Comment