Orang Tua Profesional, Pasangan Profesional

Orang Tua Profesional, Pasangan Profesional
Isa Alamsyah

Seorang wanita terburu-buru lari menuju kantor.
Kemacetan membuat ia harus berlari sekalipun baru saja menempuh perjalanan panjang selama 2 jam.
Di jalan bertabrakan dengan orang yang tidak dikenalnya.
"Maaf, saya lagi buru-buru," sambil tersenyum lalu ia berlari lagi.
Di depan gerbang ia bertemu satpam, dan dalam keterburuan sempat menyapa
"Selamat pagi, Pak!"
Lalu segera ia masuk kantor dan duduk di kursi customer service tempatnya bertugas.
Untung tidak terlambat.

Setelah sedikit merapihkan make up dan pakaian, ia siap menghadapi customer.
Sayangnya customer pertama customer yang menyebalkan.
Bayangkan saja setelah perjalanan panjang dan sedikit berlari ia bertemu customer yang menyebalkan.
Customer ini bertanya ngalur ngidul hanya karena ingin berlama-lama duduk di depannya.
Wanita ini tahu customer ini termasuk orang yang pantas diusir, tapi ia juga tahu tidak ada alasan legal untuk melakukannya.
Jadi, dia hanya tersenyum dan terpaksa menjawab pertanyaan demi pertanyaan.
Sekalipun hatinya mendongkol, ia tidak pernah lepas dari senyumnya ketika berbicara.
Akhirnya customer menyebalkan tersebut pergi dan dia berhadapan dengan customer kedua.
Sekalipun hatinya masih kesal dengan customer pertama ia memulai bicara dengan customer kedua dengan senyum.
"Selamat pagi Pak, apa yang bisa saya bantu?"
Melihat senyumnya, customer kedua sama sekali tidak melihat kegundahan sang wanita.
Wanita ini tetap ramah dan tersenyum.

Di saat siang, sang manajer datang dan menegurnya karena kesalahan data.
Wanita ini merasa tidak melakukan kesalahan, tapi tetap saja sang manajer menyalahkannya.
Akhirnya, wanita ini hanya tersenyum dan minta maaf.
Yang penting masalah cepat selesai, pikirnya.
Lalu sang manager datang lagi minta tolong agar wanita ini melakukan suatu tugas baru.
Merekapun berdiskusi panjang mengenai tugas tersebut.
Wanita itu tetap ramah dalam dikusi dengan manajernya sekalipun dalam hatinya masih dongkol pada manajer.
Ituluah sehari-hari yang dilakukannya di tempat kerjanya.

Suatu hari di hari libur.
Wanita itu baru saja jogging sore di hari libur bersama anak bungsunya.
Ketika berjalan menuju pulang tiba tiba anaknya membetulkan tali sepatu dan wanita tersebut tersandung anaknya yang menunduk di depannya dan hampir jatuh.
Wanita itu gundah," Gimana sih, kalau mau ganti tali sepatu minggir dong jangan menghalangi orang!" katanya sedikit keras. Hati sang anak ciut.
(Ups, padahal kalau di kantor, kalau sedang buru-buru dan tabrakan dengan orang langsung memilih kata " maaf" bukan berkata "gimana sih")
Setelah suasana agak mereda, si bungsu anaknya bilang ke mamanya:
"Mam, ayo kita buruan kan Mama janji nonton film "Rumah Tanpa Jendela" bersama teman teman, nanti kita terlambat"
"Aduh, sabar dong, Mama kan cape, apa kit anonton yang besok aja ya?!"
(Ups, kalau ke kantor selalu tepat waktu,tepat janji, sekalipun cape, tetap tepat waktu - kalau buat anak-anak kenapa dengan mudah cape boleh jadi alasan dan mudah mengubah jadwal?)
Ketika tiba di rumah ia melihat suaminya di teras sedang bekerja dengan notebooknya, dan bersama si bungsu ia nyelonong saja masuk tanap menyapa.
(Ups, kalo di kantor ketemu satpam saja, langsung selamat pagi!).

Di dalam rumah anak pertama yang tidak ikut jogging datang ke Mamanya minta diajarkan pelajaran sekolah.
"Ma, mama kan janji kemarin, setelah jogging mau mengajari aku pelajaran ini!"
Dengan muka kelelahan, dan masam wanita itu menjawab.
"Kamu lihat Mama lagi cape kan, nanti aja lah" jawabnya.
Akhirnya sang suami yang melihat gelagat tidak enak coba menegur halus.
"Ma, kemarin kan kita sudah sepakat pelajaran ini Mama yang ngajarin. Karena Papa tidak menguasai pelajaran ini!"
"Iya Mama juga tahu, tapi tunggu dulu lah belum juga istirahat!"
Wanita ini dengan muka cemberut, memalingkan wajah dari suami, masuk kamar dan menutup pintu keras.
Sang suami menyusul dan berkata;
"Ya udah kalau Mama cape, nanti Papa yang ajar sebisanya."
Wanita itu ngambek, dan tidak mempedulikan suaminya.
Kalau sudah begini, sang suami tahu, 1 sampai 2 jam ke depan tidak ada komunikasi.
Sang suami memilih keluar dari kamar.

Apa yang terjadi di kisah ini?
Wanita yang sama, mengalami situasi yang mirip, tapi sikapnya jauh berbeda di kantor dan di rumah.
Jawabannya sederhana, karena ketika di kantor ia mendefinisikan dirinya sebagai "Wanita karir profesional." Tapi ketika di di rumah ia mendefinisikan dirinya "Ibu rumah tangga" bukan "Ibu rumah tangga profesional"

Apa bedanya?
Ketika kita menjadi orang tua, ayah, ibu, atau pasangan yang profesional maka kita akan berskiap sebagai profesional sesuai dengan tuntutan profesional.
Apakah boleh ngambek kepada manajar di kantor? Tidak. Ya jangan nagambek.
Apakah boleh ngambek pada pasangan (suami atau istri) secara agama? Tidak boleh. Ya, jangan ngambek.

Apakah sebaiknya saling menyapa anak atau suami sekalipun di rumah?
Tentu saja. Ya, sapalah mereka.
Saya dalam sehari mungkin memanggil nama Salsa atau Adam, Bunda puluhan kali setiap kali bertemu atau berpapasan di rumah, hanya sebagai bentuk sapaan. Mungkin sapaan bisa berbentuk salam, tos tangan, tepuk pundak, elus rambut, tapi itu rutin makanan setiap hari.

Apakah boleh marah pada anak, apakah boleh keras?
Ya tergantung. Sama seperti di kantor kadang kita juga komplain, kita juga tegas bahkan pada customer. Intinya untuk kebaikan.
Jadi kalau keras itu untuk kebaikan boleh saja tapi tidak boleh marah karena emosi.
Marah karena emosi, marah karena cape, marah karena mumet adalah tindakan yang tidak profesional baik di kantor ataupun di rumah.

Seringkali kita menjadikan cape, lelah sebagai excuse untuk bersikap tidak profesional di rumah.
Seringkali kita dengan mudah mengabaikan janji ketika itu di keluarga sekalipun tidak ada alasan yang kuat.

Hal-hal sepertini inilah yang ingin ditanamkan pada peserta Workshop Sakinah Family Sabtu 26 Feb 2011 agar kita menjadi profesional dalam rumah tangga.

Profesional Parenting,
Profesional Sakinah Family
No Excuse! karena Anda bisa

Semoga kita semua bisa membangun Sakinah Family #No Excuse!

*****

Jangan lewatkan!
Seminar Workshop Spektakuler 3 ini 1
Sesi 1: "No Excuse! for Family",
Membangun keluarga kuat mental dan spiritual dengan spirit No Excuse!
Instruktur: Isa Alamsyah
Sesi 2: "Think Dinar for Strong Family"
Membangun keluarga kuat finansial dengan konsep Think Dinar!
Instruktur: Endy J. Kurniawan
Sesi 3: "The power of Sakinah Family"
Membangun keluarga harmonis dengan spirit "Sakinah Bersamamu"
Instruktur: Asma Nadia
Paket terlengkap dan termurah
http://on.fb.me/Workshop_Sakinah_NoExcuse_Dinar

Acara : 26 Februari 2011
Pukul : 09.00 - 17.00
Tempat: Jakarta Design Center Slipi Jakbar
Rp 250.000 untuk pendaftaran sebelum 15 Feb,
Harga Normal Rp 300.000 setelah tanggal 15 feb
(Untuk suami istri berdua Rp 400.000 berlaku sekalipun bukan 20 orang pertama)
Tempat terbatas. Info Roonie: 081282210742

******

Paket Pebruari buku "Rumah Tanpa Jendela" serba diskon 25% lihat
www.facebook.com/asmanadia.penulis
PESAN BUKU ONLINE
Hub : Lemon : 087885273530 (XL), Roonie: 081282210742
Dedi: 085711946854 (IM3) - Hub salah satu nomor saja

*****

Jadikan diri Anda sebagai salah satu pintu ilmu dan inspirasi bagi rekan-rekan Anda.
Ajak rekan-rekan bergabung di Komunitas Bisa! (group 8)
CARAnya:
1. Masuk ke group http://on.fb.me/Bisa8
2. Klik "Kirim Undangan - invite" lalu klik foto teman-teman
3. Klik "Bagikan+ (Share)" agar Grup ini muncul di Dinding Anda
4. Dengan mengajak semua orang yang anda kenal dan mengenal anda maka anda telah menjadi pintu ilmu dan inspirasi

10 comments

  1. mas isa, kalau ada workshop seperti ini lagi di bulan april 2011, tolong saya dikabari yaaa...saya ingin sekali bisa hadir.terimakasih

    ReplyDelete
  2. Excellent! Aku suka banget sama artikel ini, karena dlm keseharian, banyak orang tua yg mengalami kasus spt ini.

    ReplyDelete
  3. saya ijin share yaaaa.. thx b4..

    ReplyDelete
  4. irma: Selalu diumumkan di www.facebook.com/asmanadia.penulis

    ReplyDelete
  5. Anonymous: Thanks, buat excellent nya> Silakan di share

    ReplyDelete
  6. artikelnya bagus..:) trimakasih pa isa.. smga sy bs jd ibu rumah tangga n wanita karir yg profesional..

    ReplyDelete
  7. Lesson learn yg baik sekali utk menjadikan hidup lebih baik...Profesionalitas diperlukan disetiap lini kehidupan...begitupun juga bagi seorang ibu rumah tangga...sebuah profesi yg mulia ...tamun terkadang diabaikan dan diacuhkan oleh orang-orang yang tidak berpendidikan

    salam dari Doha

    ReplyDelete
  8. semoga ada kesempatan untuk bs ikutan seminar/workshop pak isa n mba Asma.. senang rasanya sll ada nasehat d tiap hari..
    Sukses selalu...
    (Wachyu,samarinda)

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon