Parentivasi: The Power of Games and Play
Isa Alamsyah
Bermain (Play) dan permainan (Games) adalah salah satu alat penting dalam parenting.
Apa sih bedanya bermain dan permainan? Keduanya mirip tapi sebenarnya berbeda.
Bermain menjadi permainan ketika sudah ada peraturan, ada menang ada kalah, ada kompetisi, ada target, dsb.
Bermain menjadi permainan ketika sudah ada peraturan, ada menang ada kalah, ada kompetisi, ada target, dsb.
Misalnya kita main bola sendirian, oper kanan kiri, berlari having fun, itu namanya bermain.
Lalu kemudian teman kita datang, kita main oper-operan. Itu masih bermain.
Tapi ketika kita ajak teman kita adu akurat, adu banyak goal, itu sudah masuk ke games.
Games tidak harus bersama orang lain.
Sendirian pun kita bisa main games misalnya dengan main games komputer, dsb.
Nah artikel ini akan membahas lebih ke arah bagaimana sebuah play atau games sangat penting buat parenting.
Manfaat games untuk parenting.
1. Games dan play adalah proses pembelajaran dan pendidikan
Bagi orang dewasa, permainan terlihat seperti kegiatan tidak produktif.
Tapi bagi anak-anak, terutama anak balita, permainan itulah pelajaran dan produktivitas.
Ketika berlari, duduk, berjalan, merangkak, mereka sedang dalam proses pelatihan fungsi tubuh.
Ketika memegang, melempar, mereka sedang memperkenalkan otak pada dunia baru.
Tapi kalau kita mengira permainan adalah pembelajaran hanya untuk balita, itu juga salah besar,
karena sampai dewasa pun kita bisa belajar banyak dari permainan.
karena sampai dewasa pun kita bisa belajar banyak dari permainan.
2. Games dan play adalah alat pemicu kebahagiaan dan kesenangan sekaligus alat pelatihan mental
Semua tahu kalau bermain akan memberikan kebahagiaan.
Begitu juga games. Ikut atau main games bisa memberi kebahagiaan.Kalau tidak bahagia, ngapain juga bermain. Betul tidak?
Kebahagiaan dan kesenanagan jiwa berarti pertumbuhan yang baik bagi anak.
Tapi beda dengan bermain yang sebagian besar full happiness, games tidak demikian.
Karena dalam games ada menang dan kalah, dan tidak selamanya kita menang, maka games jadi pelatihan mental.
Dari games kita bisa belajar bagaimana kita bisa menerima kekalahan.
Bagaimana tetap berbahagia ketika kalah (tidak stres), dsb.
Sering kita melihat orang tua marah pada anak-anak:
"Udah gak usah main, bukannya senang-senang malah ribut (sama kakak, adik, dsb)!"
Ini adalah normal dan proses pembelajaran kehidupan yang penting.
3. Games dan Play adalah alat deteksi perkembangan fisik, psikologis, mental dan kecerdasan sosial anak
Dari permainaan, orang tua dengan mudah bisa mendeteksi perkembangan anak baik secara fisik, mental, psikologis, sosial, dsb.
Misalnya anak kita main lari-larian dengan teman-temannya. Dari situ kita bisa melihat seberapa cekatan anak kita, seberapa kuat fisiknya.
Jika anak kita tidak suka main games dengan anak-anak lain, kita bisa mendeteksi beberapa hal.
Mungkin anak kita tipe penyendiri. Mungkin anti sosial (gak suka kumpul).
Atau mungkin sebenarnya suka kumpul tapi dilecehkan jadi malu (berarti leadershipnya rendah saat itu). Maka dari berbagai indikasi ini kita bisa melakukan langkah antisipasi.
Misalnya anak-anak main bola.
Ada yang kena tangan tapi gak ngaku (dari situ kita bisa mendeteksi bagaimana anak menghargai atau tidak kejujuran dan sportivitas).
Ada anak yang kalah main bola tapi pasrah berarti kurang punya mental pemenang.
Ada yang kalah tapi emosi, berarti punya mental pemenang tapi rentan stres.
Ada yang kalah tapi emosi, berarti punya mental pemenang tapi rentan stres.
Ada yang kalah, marah, tapi dijadikan dendam positif (wah bagus tuh berarti sudah baca buku Dendam positif, he he...).
Ada yang menang lalu melecehkan yang kalah (berarti bisa superior tapi tidak simpatik),
dan ada berbagai perilaku yang muncul sehingga bisa kita jadikan alat deteksi sifat anak sehingga kita bisa melakukan antisipasi.
Beberapa sifat di bawah ini bisa dideteksi melalui games
Mental pemenang atau pecundang atau pasrah
Tipe pemimpin atau tipe pengikut.
Sportif atau tidak sportif
Mau menang sendiri (egois) atau tatat aturan.
Orientasi hasil dengan menghalalkan segala cara atau jujur.
Dari berbagai deteksi ini, kita bisa mengantisipasinya sejak dini.
Karakter lebih mudah dibentuk jika kita mendeteksinya sejak dini.
4. Games dan Play adalah alat untuk membuka pintu ilmu pengetahuan dan keahlian.
Karena games atau play bisa menumbuhkan rasa senang, maka kegiatan ini disukai oleh siapapun.
Itu sebabnya games dan play bisa digunakan sebagai pintu untuk kegiatan yang dianggap tidak fun atau membosankan.
Belajar mungkin bisa membosankan, tapi kalau diberikan dengan pendekatan permainan yang menarik maka akan menyenangkan.
Dan suasana senang akan membuat otak bisa menerima lebih baik ketimbang suasana stres.
Dan suasana senang akan membuat otak bisa menerima lebih baik ketimbang suasana stres.
Bukan hanya untuk anak-anak tapi konsep ini juga untuk orang dewasa.
Dalam setiap workshop yang kami adakan, baik workshop menulis dewasa atau apalagi anak-anak, workshop parenting, workshop no excuse, workshop sakinah bersamamu, workshop think dinar, dll, kami selalu memasukkan unsur games dalam materi, karena disitu otak lebih terbuka dan terpicu untuk menerima pengetahuan.
Bahkan ada instruktur pelatihan marketing dan manajemen yang minta kami membuatkan games untuk pelatijhan mereka. Kenapa? Karena games membuat suasana belajar jadi lebih menyenangkan.
5. Games dan Play adalah alat untuk mendekatkan orang tua dengan anak, kakak dengan adik, anak dengan teman-teman
Sekalipun ini tidak ditulis di awal, tapi ini merupakan salah satu fungsi yang terpenting.
Games adalah alat untuk mendekatkan orang tua dengan anak.
Games adalah alat untuk mendekatkan orang tua dengan anak.
Untuk yang satu ini biasanya ayah atau para bapak lebih terampil dari bundanya.
Dari sebagian besar orang tua yang saya amati, saya melihat sebagian besar anak, terutama dalam kaitannya game komputer, sebagian besar anak lebih enjoy bermain dengan ayahnya.
Atau mungkin bisa dikatakan, sebagian besar ayah (pria) lebih bisa menikmati permainan anak-anak.
Kenapa?
Ada beberapa teori.
Ada beberapa teori.
Pertama memang ada istilah 'guys don't grow up' atau 'pria memang tidak pernah dewasa' maksudnya dari kecil sampai dewasa, laki-laki suka bermain.
Kedua, mungkin wanita menganggap bermain bukan kegiatan produktif sehingga bermain bagi para ibu dianggap cuma hiburan dan yang produktif adalah belajar.
Terlepas dari itu semua, saya cuma ingin mengatakan, bagaimanapun bermain dengan anak sangat bermanfaat untuk membangun kedekatan ayah bunda dengan anak.
Anak sangat senang sharing pengalaman bermain dengan ayah bundanya.
Games membuat bahasa ayah dan bunda jadi sama dengan anak-anak.
Anak akan sangat senang berkompetisi dengan ayah bundanya, apalagi kalau bisa mengalahkan ayah-bundanya dalam permainan, mereka akan tumbuh lebih percaya diri.
Anak akan sangat senang berkompetisi dengan ayah bundanya, apalagi kalau bisa mengalahkan ayah-bundanya dalam permainan, mereka akan tumbuh lebih percaya diri.
Games akan menempatkan ayah dan bunda tidak selamanya sebagai superior.
Ada saatnya anak-anak punya momen superior di atas ayah bundanya, tidak selalu inferior, dan games memungkinkan itu secara alamiah.
Jadi sempatkan bermain dengan anak sampai anak dewasa sekalipun.
Sebenarnya masih banyak manfaat lain seperti:
6. Games dan Play adalah alat pemicu kreativitas (baik bagi anak maupun orang tua)
7. Games dan Play adalah alat penghapus kebosanan (Ketika menunggu, bete, dsb)
8. Games adalah alat pelatihan leadership anak kebosanan
9. Games sebagai sumber penghasilan
10. Games sebagai alat pembangun kepercayaan diri.
11. Games sebagai pintu pergaulan internasional, dsb.
Karena halaman notes ini tidak memungkinakan kami membahas semuanya, kami akan bahas lengkap dalam Workshop Smart and Fun Parenting yang kami adakan, atau pada artikel selanjutnya.
0 Comments
Post a Comment