Pesawat Made in China
Pesawat Made in China
Isa Alamsyah

Apa alasan Anda membeli produk Cina?
Murah! Ya, itu jawaban yang paling banyak kita temukan.
Bagaimana dengan kualitas?
Sekalipun mulai banyak produk Cina yang berkualitas,
tapi bagaimanapun juga, harga rendah adalah kekuatan utamanya.
Jadi asalkan harga rendah, kualitas kurang konsumen bisa memaklumi.

Kalau kita beli HP merk Cina buatan resikonya kresek-kresek atau hang, tapi harganya bisa setengah harga bahkan bisa seperempat harga HP merk umum non merk Cina. Sekalipun merk umum dibuat di Cina juga tapi dengan standar perusahaan negara maju, kualitas HP-nya beda.

Kalau kita beli VCD resikonya macet.
Kalau beli radio, resikonya sember.
Kata orang harga gak bisa dibohongin.
Setengah harga, jangan harap kualitas sama.

Tapi ketika beli mobil Cina orang mulai berpikir panjang,.
Karena kita bicara uang ratusan juta, ratusan kali lipat dari harga HP Cina.
Kalau mengecewakan ruginya banyak.
Untuk beli mobil Cina maka pertimbangannya harus sangat matang.
Begitupun resiko paling sial ya mogok dan tidak nyaman.

Akan tetapi, kalau bicara pesawat Cina,
tampaknya pertimbangan matang saja tidak cukup, tapi harus beribu-ribu kali lipat lebih matang dari sekedar beli HP Cina, DVD, atau mobil Cina.
Kenapa?
Karena kita tidak lagi bicara suara kresek-kresek, tidak lagi bicara komputer hang, tidak lagi bicara mesin mogok.
Ketika bicara pesawat maka kita bicara nyawa, kita bicara miliaran rupiah.
Satu kesalahan saja, resikonya puluhan nyawa melayang dan aset miliaran meluap.

Karena itu wajar,
ketika mendengar berita pesawat MA-60 merpati jatuh di Papua,
yang menjadi sorotan media adalah pesawat itu made in China.
Berita pesawat jatuh memang banyak.
Berita pesawat kecelakaan di Papua juga lebih sering kita dengar, karena medannya yang berat.
Tapi tetap saja media mengangkat isu pesawat itu made in Cina, terlepas bagaimana nanti hasil KNKT.
Seolah media ingin bertanya; Apakah sudah dipertimbangkan dengan matang pembelian pesawat Cina?

Bagaimana pertimbangan kualitasnya?
Mantan Wakil Presiden Yusuf Kalla mengungkap, ketika ia menjabat, ia pernah menolak pembelian pesawat itu karena belum mendapat sertifikasi FAA (Federasi Keselamatan Penerbangan).
Pesawat MA-60 mengantongi lisensi Civil Aviation Adminitration of China pada Juni 2000.
Artinya ada rentang 11 tahun lebih pesawat ini tidak mendapat sertifikasi FAA.
Memang FAA tidak wajib kecuali jika pesawat ingin beroperasi di Amerika atau terbang antar negara, tapi terlepas dipasarkan ke Amerika atau tidak, sertifikasi FAA sangat membantu untuk menujukkan kualitas pesawat.
CN 235 produksi Dirgantara Indonesia saja mengantongi FAA, sekalipun tidak dijual di Amerika, tapi penting untuk menunjukkan kualitas produk(www.tempointeraktif.com).
Kalau memang yakin pesawat bagus kenapa tidak didaftarkan saja.
Karena itu CN 235 dipercaya dan dipakai di negara kaya timur tengah dan bahkan pesawat kepresidenan di Korea Selatan.
Sedangkan pesawat MA-60 buatan Cina Zambia. Fiji , Nepal dan Laos dan biasanya dijual biasanya dibeli sebagai imbal balik dagang antara pemerintah Cina dengan negara pembeli.
(www.tempointeraktif.com)

Ada catatan penting tentang kualitas.
Republika Senin 9 Mei 2011 mengungkap informasi Yurlis H, direktur kelaikan udara Kemenhub yang menyatakan bahwa pesawat produksi 2006 itu pernah ada crack (retak) tapi sudah diperbaiki.

Bagaimana pertimbangan harga?
Sebagian besar kita tentu saja mengira alasan kita membeli pesawat dari Cina karena harganya murah. Apakah betul demikian?
Mengenai harga, Yurlis H, direktur kelaikan udara Kemenhub, sebagaimana dikutip dari Republika Senin 9 Mei 2011, menyatakan:
"Harga pesawat MA-60 sebetulnya tidak beda jauh dibanding buatan AS atau Eropa. Tapi, ya memang lebih murah sedikit. Sebetulnya baling-baling pesawat MA-60 dibuatnya di AS, hanya bagian kerangkanya yang dibuat di pabrik Cina".

Dalam kolom front page Republika Senin 9 Mei 2011 menulis:
Pada November 2008 Merpati protes atas harga yang ditawarkan Cina sebesar 15 juta dollar AS (atau Rp 135 miliar). Harga pesawat sejenis di pasar 11 juta dolar AS.
Cina mengancam hentikan pendanaan proyek listrik 10 ribu megawatt tahap pertama jika pembelian batal.
Pemerintah RI kemudian menego ulang dengan tim perunding Memperindag Mari Eka Pangestu.
Sekarang bagaimana pendapat Anda?
Paling kaya paling sibuk, refleksi adab di jalan raya
Kalau Anda mau lihat perilaku orang paling kaya dan paling sibuk,
coba lihat di Jakarta dan sekitarnya.
Saya tidak tahu apakah di kota besar lain seperti Surabaya, Medan, Makasar, Bandung dan lainnya, berperilaku sekaya dan sesibuk orang di Jabodetabek.

Saya sangat takjub ketika melihat ada mobil berhenti di jalan,
karena sang pengendara berpapasan dengan mobil lain dari arah berlawanan yang kebetulan dikendarai orang yang dikenalnya.
Sekalipun belakang ada mobil lain, kedua mobil tersebut berhenti sejenak dan kedua pengendara saling ngobrol sebentar.
Ya, itu salah satu perilaku orang yang sangat kaya, karena jalan raya ternyata milik mereka, sehingga mereka bisa berhenti seenaknya dan ngobrol dengan teman lama.

Kalau angkot (angkutan kota) jangan ditanya.
Mereka bisa berhenti di pingggir jalan, tengah jalan, di tikungan, atau di mana saja.
Mereka bebas menunggu penumpang semaunya tanpa peduli kemacetan yang diakibatkannya.
Karena mereka punya mental, jalan ini milik saya.

Ternyata yang punya jalan bukan cuma pengendara mobil.
Saya juga sering melihat anak remaja yang memiliki jalan raya.
Kalau mereka berjalan bertiga, berempat bahkan berlima, mereka berjalan berjajar rata ke samping. Padahal mereka berada di jalan pas untuk dua mobil, tanpa trotoar.
Setengah jalan dipakai mereka berjalan berdampingan sambil ngobrol atau makan es,
atau bersenda gurau.
Mobil terpaksa bergantian masuk jalur kosong, menghindar dari mereka.

Itu sedikit profil orang-orang kaya pemilik jalan raya yang saya sering jumpai.

Ada lagi orang super sibuk di jalan raya, rasanya waktu sedetik saja sangat bermakna.
Mereka sebagian besar diwakili pengendara motor.
Kalau lampu merah menyala, selama masih ada celah kecil, walaupun selisih beberapa detik tetap dimasuki.
Kalau ada macet, mereka masuk sampai tempat yang tidak bisa bergerak, sehingga macet sudah diatasi.
Kalau semua jalan penuh, mereka naik ke trotoar dan membuat pejalan kaki menyingkir.
Kelihatan sangat mengejar waktu.
Pasti mereka orang sibuk! Setidaknya begitulah perilakunya di jalan raya.
Saya tidak tahu pasti sesibuk itukah mereka di tempat kerja?
Tidak ada waktu menunggu, terus bekerja dan mengambil semua peluang yang ada?

Ada lagi penguasa jalan yang ahli hukum.
Kalau sudah mengusai jalur tidak mau mengalah. Sekalipun ada mobil lain yang kesulitan mau berbelok, sang penguasa jalan tidak mau berhenti tetap maju menutupi jalan mobil lain yang mau belok.
Memang yang lurus lebih berhak dari yang mau belok, itu kalau bicara kelaziman.
Tapi tidak selamanya harus diterapkan demikian bukan?
Tapi toh mereka merasa lebih berhak secara hukum.
Huh.

Apakah Anda pernah melihat orang terkaya dan tersibuk di dunia seperti contoh di atas?
Mereka yang mempunyai jalan raya dan mengusai jalan raya.
Atau apakah kita salah satunya?
Pilih hukum atau keadilan?
Hukum dan keadilan terlihat seperti sama, padahal keduanya adalah dua hal yang berbeda.
Sekalipun idealnya hukum dan keadilan adalah satu paket yang tidak terpisahkan,
akan tetapi sayangnya secara teori maupun praktek, hukum dan keadilan tidak selalu berjalan seiring.

Contoh sederhananya bisa kita lihat pada pertandingan bola antara Inggris dan Jerman
pada piala dunia 2010.
Saat itu tim Inggris berhasil duluan memasukkan bola melewati garis gawang lawan.
Ratusan juta pemirsa di seluruh dunia juga melihat jelas bagaimana kamera menangkap gambar bola melewati garis masuk.
Sayangnya bola memantul ke luar dan wasit hanya melihat bola ketika sudah berada di luar.
Hasilnya sang wasit memutuskan tim Inggris dianggap tidak mencetak gol, dan tentu saja tim The Three Lions tersebut emosi dan akhirnya tidak bisa berkonsentrasi.
Akhirnya Inggris dikalahkan Jerman 4-1.
Inggris menyalahkan keputusan wasit tersebut membuat konsentrasi pemainnya pecah dan menjadi kalah telak.
Beberapa minggu kemudian, setelah diusut, FIFA mengakui bahwa sebenarnya bola yang dianggap tidak masuk oleh wasit tersebut, sebenarnya gol, hanya saja keputusan wasit tidak bisa diganggu gugat.


Secara hukum (atau peraturan), apa yang jadi keputusan wasit adalah yang sah sesuai hukum.
Secara keadilan, tidak adil, karena kamera menangkap jelas faktanya bolanya masuk.
Kejadian ini sedikit memberi gambaran tentang hukum yang tidak selalu seiring dengan keadilan.

Karena itu kita bisa melihat orang tidak bersalah bisa masuk penjara jika diputus hakim bersalah,
sebaliknya orang jahat bebas berkeliaran jika diputus hakim tidak bersalah.
Karena memang hukum tidak selamanya seiring dengan keadilan.

Lalu Anda pilih mana, pilih hukum atau keadilan?
Sayangnya kita tidak punya pilihan.
Kita harus patuh hukum, suka atau tidak suka, adil atau tidak adil.
Sekalipun sebagian besar memilih keadilan, tapi sayangnya yang punya power adalah hukum.


Tapi ada berita baiknya.
Sekalipun hukum masih belum sempurna, aturan hukum selalu berusaha mendekati keadilan.
Kabar baik lainnya, sekalipun hukum belum sempurna, ada logika hukum yang bisa kita pahami.
Kalau kita bisa memahami logika hukum maka kita minimal tidak menjadi korban aturan hukum yang tidak kita pahami.
Semakin kita memahami hukum kita semakin bisa mendekati keadilan dalam penerapannya.

Saya akan beri contoh beberapa kasus.
Misalnya ada orang memukul Anda, jika tidak Anda balas dan laporkan ke polisi maka yang memukul akan kena pasal penganiayaan. Tapi kalau Anda balas, maka masuknya ke perkelahian, dan pada posisi itu Anda tidak bisa menuntut hukum.

Contoh lain:
Kalau ada yang memukul Anda, dan Anda membalas dengan memukul balik dengan menggunakan buku, atau dengan melempar handphone, maka Anda jadi yang melanggar hukum. Karena Anda akan kena pasa perkelahian tidak seimbang.
Anda pakai alat sedangkan yang memukul Anda tidak pakai alat.
Sekalipun pukulan orang lain lebih keras daripada balasan Anda dengan buku misalnya, yang menggunakan alat bisa jadi terlihat lebih bersalah.
Karena itu hati hati, sekalipun kita membela diri, ketika kita pakai alat, malah kita yang bisa dijebloskan ke hukum. Ini koteksnya kalau kita konflik dengan teman, tapi kalau melawan kriminal bebas membela diri.
Guru yang melempar murid dengan gagang penghapus, memukul murid dengan penggaris, bisa dituntut dengan pasal ini. Makanya ketika saya nyambi kerja di Jakarta International School, segala macam body contact sangat dilarang (termasuk menegur siswa bule dengan mencentil, mencolek, semua bisa masuk ke pasal penganiayaan sdengan level tertentu).
Senior yang bully ketika di sekolah, bisa juga dijerat dengan pasal penganiayaan kalau sudah ada body contact.
Tapi kalau bully-nya hanya kata-kata, paling bisa dijerat dengan pasal tindakan yang tidak menyenangkan" dan ini pasal karet yang sangat luas penggunaannya.

Kenapa saya menulis artikel ini?
Saya baru saja bertemu dengan seorang anak yatim piatu yang mungkin akan kehilangan rumahnya.
Orang tuanya ditipu untuk menanda tangani sebuah surat kuasa kepemilikan rumah yang ternyata disalahgunakan oleh orang yang diberi amanah.
Dengan manipulasi tertentu, surat rumah itu tiba-tiba berganti nama.
Setelah orangtuanya meninggal anak tersebut akan diusir dari rumahnya sendiri.
Padahal semua orang dekat tahu benar rumah itu belum dijual dan anak itu yang berhak atas rumah tersebut, tapi di atas kertas anak tersebut bisa kalah secara hukum.
JIka bicara keadilan, anak tersebut berhak atas rumahnya, padahal secara hukum nama pemilik sudah berganti nama melalui manipulasi.
Saya tetap memilih keadilan dan berharap semoga hukum berpihak pada sang yatim piatu.
Amin.

Semoga saja kita tidak menjadi korban penyalahgunaan hukum.





M. Zainul Majdi, paling muda paling menonjol
M. Zainul Majdi, paling muda paling menonjol
Gubernur NTB, Tokoh Perubahan 2010 Republika

Ketika terpilih sebagai Gubernur NTB di usia 36 tahun pada 2008, M. Zainul Majdi tercatat sebagai gubernur termuda dalam 48 tahun terakhir sejarah Indonesia.
Akan tetapi sekalipun paling muda dibanding gubernur lain, lulusan Univ Al Azhar Kairo ini mengukir prestasi gemilang dalam pemerintahannya.

Dalam dua setengah tahun kepemimpinannya, angka kemiskinan berkurang 2,36% atau rata-rata 1,2% pertahun. Penurunan angka kemiskinan ini lebih tinggi dari angka nasional yang masih di bawah 1%.
"Untuk bisa turun 2% pertahun memang masih berat, tapi kita mengarah ke sana," ujarnya.

Pertumbuhan ekonomi NTB juga meningkat pesat mencapai 11,3% per tahun, hampir dua kali lipat pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 6%.
Selain itu tingkat pengangguran bisa ditekan hingga mencapai 5,6% sedikit lebih rendah dari pengangguran tingkat nasional yang mencapai 6,7%.

Pencapaian ini membuat ia terpilih sebagai tokoh pembaharuan 2010 pilihan Republika.

Sebenarnya apa yang dijalankan oleh gubernur muda ini adalah salah satu bentuk perwujudan No Excuse! dalam pemerintahan.

Sang gubernur tidak menjadikan usia muda sebagai excuse untuk tidak berprestasi. Ia justru menjadikan usia muda sebagai tantangan untuk membuktikan bahwa ia bisa bekerja lebih baik dari yang tua.
(Bahasan excuse "Saya masih terlalu muda" muncul pada buku No excuse 2)

Mubalig muda ini juga tidak menjadikan minimnya pengalaman sebagai excuse untuk gagal.
Sekalipun sebelumnya ia tidak punya pengalaman dalam organisasi politik ketika mulai terjun di Parlemen pada tahun 2004, ia bisa menjalankan amanah dengan baik, bahkan akhirnya berhasil menduduki posisi tertinggi di provinsinya dan menunjukkan prestasi gemilang pada kepemimpinannya.

Pmuda yang sebelumnya menyandang gelar tuan guru bajang ini (guru agama yang muda) juga tidak menjadikan minimnya modal sebagai excuse untuk sukses.
NTB adalah provinsi yang IPM (Indeks Pembangunan Manusia)-nya atau HDI (Human Development Indeks)-nya termasuk papan bawah dibanding provinsi lainnya. NTB termasuk 1 dari 6 provinsi dengan tingkat kemiskinannya mencapai lebih dari 20%. Pada tahun 2008 tingkat kemiskinan mencapai 24% dan berhasil ditekan sampai 21% pada tahun 2010.
Dengan segala kekurangan tersebut sang gubernur tetap berusaha membangun NTB dengan segala potensi yang ada.

Semoga sukses dan menjadi inspirasi bagi penyelenggara pemerintah lainnya.

Leadership tanpa kekerasan gaya Jokowi (Walikota Solo)
Leadership tanpa kekerasan dan excuse gaya Jokowi (Walikota Solo)
Tokoh Perubahan 2010 Republika

Baru beberapa saat setelah Joko Widodo (Jokowi) menjabat sebagai walikota Solo, kepala Satpol PP datang kepadanya untuk meminta dana untuk membeli 600 pentungan dan 600
tameng. Maklum saat itu pedagang kali lima merupakan salah satu sumber kesemrawutan di kota Solo.

Joko tersentak, dan berkata;" Saya tanya, mau menggebuki atau mengayomi rakyat?"
Sejak saat itu Joko memerintahkan seluruh tameng dan pentungan dikumpulkan dan dimasukkan dalam gudang dan dikunci.
Untuk mempertegas citra pemerintahan tanpa kekerasan, Joko juga mengganti sosok kepala satpol PP yang identik dengan pria besar berwajah garang dengan seorang wanita.

Lalu apakah ia berhasil menertibkan pedagang kaki lima tanpa kekerasan?
Tidak hanya sukses ia kini bahkan menjadi tokoh inspirasi.
Republika baru saja menobatkannya sebagai salah satu tokoh perubahan 2010.
Sebelumnya, pada tahun 2008 ia terpilih sebagai tokoh pilihan 2008 versi majalah Tempo.

Menertibkan kesemrawutan tanpa kekerasan memang bukan perkara mudah.
Konon, untuk memindahkan pedagang kaki lima Banjarsari saja, Jokowi mengajak para pedagang untuk makan siang bersama lebih dari 50 kali. Ia baru mengungkapkan rencana pemindahan PKL tersebut setelah makan siang ke-54.

Pemindahan pedagang kaki lima ke lokasi baru pun dilakukan dengan tanggung jawab.
Ia mengadakan pawai meriah khusus untuk prosesi pemindahan pedagang tersebut.
Pawai ini membuat lokasi baru tersebut diserbu masyarakat.

Jokowi juga memegang prinsip No Excuse! dalam membangun kota Solo.
Kota Solo bisa dikatakan sebagai kota dengan sumberdaya terbatas.
Wilayahnya sempit dan sulit untuk dikembangkan, kalau saja ia mau excuse.
Industri berkembang di sekitar Solo bukan di wilayahnya, perumahan baru dibangun di luar kota Solo, bahkan Airport berada di luar kota Solo.

Tapi Jokowi juga sadar, masih ada potensi yang bisa dikembangkan.
Orang dengan prinsip No Excuse akan fokus pada yang ada bukan apa yang tidak ada.

Ia membangun sumber daya manusia (human resourses), dimulai dari aparat, bahkan dimulai dari dirinya sendiri.
Sebagai pemimpin ia menunjukkan pola hidup sederhana. Mobil dinasnya adalah mobil bekas pejabat sebelumnya; Hyundai Trajet dan Toyota Camry yang berusia lebih dari 10 tahun. Semasa dinas, Camry-nya sudah mogok 4 kali. Supirnya sering jadi bahan cemooh supir dari walikota atau bupati wilayah lain.
Bagi Joko, kesederhanaan membuatnya bisa fokus dalam bekerja untuk rakyat, tidak berpikir memperkaya diri sendiri.

Untuk membangun SDM aparat, ia mengadakan pelatihan rutin untuk pegawainya. Karena pelayan profesional aparat akan mempermudah pengembangan kota. KTP, yang dulu dibutuhkan waktu berminggu untuk membuatnya, kini bisa dibuat hanya dalam waktu 1 jam dengan biaya cuma Rp 5.000.

Untuk membangun SDM rakyat, Joko memberi dukungan penuh pada pengusaha lokal.
Ia juga membuka kran investasi yang siap menggandeng pengusaha lokal atau memberi dampak nyata bagi masyarakat.
Sejak awal walikota yang berlatar belakang pengusaha furnitur ini, sudah menempatkan pemihakannya kepada rakyat.
Dalam 5 tahun pemerintahannya, ia mendirikan 15 pasar tradisional, padahal sebelumnya tidak ada pasar tradisional baru selama 30 tahun.
Ia memilih untuk membuat satu pasar tradisional milik puluhan warga daripada puluhan hipermart milik satu pengusaha.
"Kami ingin bukan hipermart yang banyak di Solo, tapi pasar tradisional dan pedagang kecil," ujarnya.

Potensi lain yang dilirik adalah tanah-tanah terlantar. Taman Belekambang yang terlantar dijadikan taman, begitu juga tanah terlantar lainnya. Untuk keindahan kota, ia juga merapihkan kabel listrik yang semrawut .

Setelah pembenahan kota berjalan baik, sang walikota masuk ke agenda berikutnya.
Ia mencanangkan kota Solo sebagai kota Meeting, Incentive, Convention dan Exibition.
Menjadikan Solo sebagai daerah kunjungan wisata dan seminar dengan memanfaatkan hotel yang ada dan peninggalan sejarah yang tersisa.
Kunjungan orang dari luar berarti uang masuk ke kantong-kantong orang di kota Solo.

Ia menerapkan pemerintahannya sebagaimana ketika menjalankan bisnis.
Ia memulai dengan menciptakan branding kota Solo. Sang walikota mendaftarkan Solo sebagai anggota organisasi Kota-Kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006.
Pada Oktober 2008 ia berhasil mengadakan konferensi organisasi tersebut di Solo.
Pada tahun 2007 kota Solo menjadi tuan rumah Festival Music Dunia di kompleks benteng Vastenberg yang sebelumnya sempat terancam tergusur untuk dijadikan pusat perbelanjaan dan bisnis. Pada tahun 2008 FMD diadakan lagi di komplek Istana Mangkunegaraan.

Usahanya membawa hasil, Solo berkembang pesat, dan rakyat kembali memilihnya menjadi walikota untuk periode berikutnya sampai 2015.
Semoga Pak Walikota tetap konsisten dengan visinya dan berhasil mencapai impiannya membangun Solo menjadi kota sekelas kota-kota di Eropa.

Jabatan politik di Indonesia mungkin hanya bisa di pegang maksimal 10 tahun, tapi kita bisa abadi dengan karya kita ketika menjabat.
Selamat atas terpilihnya Sang Walikota sebagai Tokoh Perubahan 2010, semoga semakin menginspirasi.



Tindakan kecil bisa mengubah dunia
Tindakan kecil bisa mengubah dunia
Isa Alamsyah

Banyak yang mengira, untuk mengubah dunia kita harus mempunyai karya besar.
Atau mungkin kita menganggap mereka yang mengubah dunia harus mempunyai jabatan tinggi dan berpengaruh.
Kenyataannya jika kita melihat sejarah dunia, seringkali peristiwa besar terpicu oleh hal yang sederhana.
Contoh yang paling dekat adalah kasus yang menimpa Bouazizi, dari Tunisia.
Ia hanya seorang pedagang kaki lima.
Sebenarnya ia adalah seorang sarjana, karena sulit mendapat kerja ia mengadu nasib dengan menjadi pedagang kaki lima.
Baginya mungkin sudah cukup hina bagi seorang sarjana seperti dirinya melipat ijazah, dan mengadu nasib dengan berjualan sayur dan buah buahan di pinggir jalan.
Tapi ternyata masih ada yang lebih merendahkannya.
Sekalipun sudah mengalah dengan nasib, ia masih dikejar kejar polisi (trantip).
Tak tahan dengan tekanan nasib, ia pergi ke ke tempat umum dan mengajukan protes keras dengan membakar diri.
Bouazizi tidak terselamatkan, tapi aksinya memicu perlawanan rakyat Tunisia.
Presiden Ben Ali yang berkuasa selama 23 tahun jatuh, dan lari ke Arab Saudi. Istrinya konon lari ke Dubai dan membawa 1,5 ton emas yang diambil dari bank sentral (wah ini Think Dinar tapi negatif penerapannya).
Terbayangkah?
Kekuasaan 23 tahun jatuh terpicu oleh aksi seorang pedagang kaki lima?
Seandainya saja trantip (polisi) Tunisia bersikap lebih sopan, mungkin ceritanya beda.
Kesimpulannya? Langkah kecil, kesalahan kecil bisa mengubah sejarah.]

Ternyata tidak hanya berhenti di sini.
Kejadian di Tunisia juga memicu gerakan anti pemerintah di Mesir.
Sekalipun sebelumnya juga ada kejadian yang mirip, tapi jatuhnya presiden di Tunisia membuat bangsa Mesir mereka percaya Mubarak juga bisa jatuh.
Dan terbukti, setelah beberapa hari demonstrasi, Mubarak juga jatuh setelah 30 tahun berkuasa.
Lalu gelombang perubahan semakin membesar di dunia Arab dan Afrika Utara.
Yang paling menarik perhatian adalah Libya. Apakah Khadafi akan jatuh?
Mungkin Khadafi tidak pernah menyangka kekuasaan yang digenggamnya selama 41 tahun bisa jatuh karena terpicu oleh aksi seorang pedagang kaki lima di Tunisia.

Jangan remehkan setiap langkah?
Setiap langkah kebaikan, sekalipun kecil memberi andil, dan punya potensi mengubah dunia.

Mungkin langkah Anda dan keluarga menonton film inspiratif, seperti Rumah Tanpa Jendela, merupakan salah satu peran Anda mendukung perubahan.
Mungkin langkah Anda membeli buku inspiring merupakan salah satu peran Anda mendukung perubahan.
Jangan remehkan kebaikan, sekecil apapun, akan ada nilainya.

******

Info terbaru "Rumah Tanpa Jendela"

SOS: Medan dan Batam (Ternyata penonton di Medan dan Batam, minim sekali. Ayo ringankan langkah untuk mendukung karya berkualitas).
Di daerah lain cukup banyak yang sudah menonton, dan sebagian besar 98% puas atas film tersebut, sayangnya masih kalah jumlah penontonnya dibanding film horor yang ada. Wah wah...

Mari Bapak, Ibu, para orang tua, generasi muda, ulama, ustadz, pejabat dan pemerintah.
Kita bangun generasi Indonesia yang pemberani.
Generasi yang menjunjung tinggi akal dan pikiran sehat.

Dukung film Indonesia bermutu dan berkualitas,
jangan biarkan film horor dan kotor berjamuran di tanah air ini.
Ayo, jangan jadi silent majority.
Kebenaran dan kebaikan hanya akan menang jika diperjuangkan.

*******
Buat yang sudah nonton filmnya, segera baca novel "Rumah Tanpa Jendela" yang ditulis oleh Asma Nadia.
Anda akan merasakan sensasi berbeda ketika membaca novelnya.
Lebih dari itu novelnya akan melanjutkan kisah yang tidak diselesaikan di filmnya.
Dijamin puas membaca novelnya dan kita bisa juga sekaligus belajar membuat skenario.

*****
Rumah Tanpa Jendela Diputar di:
JAKARTA : Arion, Buaran, Atrium, Metropole, Bintaro, Blok M Square, Cibubur, Cijantung, Tamini, Gading, Sunter, Kalibata, Slipi, CBD Ciledug, Pd. Gede
TANGERANG: WTC Serpong, Blitz Teras Kota, Karawaci, Metropolis
BOGOR: BTM, Galaxy
DEPOK: Detos, Depok
BEKASI: Grand Mall Bekasi, Mega Bekasi
CILEGON: Cilegon
BANDUNG: BSM, Empire, Blitz PVJ
CIKARANG: Lippo City,
MEDAN Paladium Thamrin, Plaza
SURABAYA: Tunjungan, Delta
BATAM: Mega, Studio (BCS)
JOGJA: Studio
PEKAN BARU: Riau, Holiday
PALEMBANG: Internasional
BENGKULU: Mega
BANJARMASIN: Studio
PALANGKARAYA: Palma 21
SEMARANG: Citra

*****

Paket Pebruari buku "Rumah Tanpa Jendela" serba diskon 25% lihat
www.facebook.com/asmanadia.penulis
PESAN BUKU ONLINE
Hub : Lemon : 087885273530 (XL), Roonie: 081282210742
Agung: 085711946854 (IM3) - Hub salah satu nomor saja

*****

Jadikan diri Anda sebagai salah satu pintu ilmu dan inspirasi bagi rekan-rekan Anda.
Ajak rekan-rekan bergabung di Komunitas Bisa! (group 8)
CARAnya:
1. Masuk ke group http://on.fb.me/Bisa8
2. Klik "Kirim Undangan - invite" lalu klik foto teman-teman
3. Klik "Bagikan+ (Share)" agar Grup ini muncul di Dinding Anda
4. Dengan mengajak semua orang yang anda kenal dan mengenal anda maka anda telah menjadi pintu ilmu dan inspirasi

Visi, impian tinggi atau cita-cita besar, dan keyakinan adalah modal utama.

Banyak yang mengeluh tidak punya modal, padahal selain uang ada modal yang lebih berharga, yaitu visi.

Dengan visi yang tepat kita bisa menghasilkan uang dengan apapaun yang kita miliki, sekalipun tanpa modal.

Sebaliknya, tanpa visi, modal bisa habis.


"To accomplish great things, we must not only act, but also dream."
Untuk pencapaian besar, aksi saja tidak cukup, tapi juga butuh impian.
Anatole France

"Nothing happens unless first a dream."
Tidak ada yang terjadi kecuali diawali impian.
Carl Sandburg

"Every great dream begins with a dreamer."
Setiap impian hebat bermula dari pemimpi.
Harriet Tubman

“Capital isn't scarce; vision is.”
Modal tidaklah sulit didapat, tapi visi itu sulit didapat.
Sam Walton, Pendiri Wal Mart

“Vision is perhaps our greatest strength.”
Mungkin visi adalah kekuatan terbesar.
Li Ka-Shing, Orang Terkaya Asia 2007

Salah satu modal terbesar dimiliki setiap orang tapi banyak dilupakan adalah
ide dan visi atau impian.
Visi dan impian adalah modal dasar untuk sukses.
Siapapun yang mempunyai visi yang kuat, impian yang besar,
sekalipun tidak punya uang, punya daya tahan tinggi untuk bertahan
menghadapi tantangan dan masalah, selalu punya energi untuk bekerja
keras dan memperbaiki diri untuk kesuksesan.
Ketika Disney Land pertama di dunia terbangun megah, Disney sudah wafat, seorang wartawan
bertanya, apakah keluarga menyayangkan karena Disney tidak sempat menyaksikannya.
Maka keluarganya menjawab,
"Tidak, Disney sudah melihat ini sejak lama."
Mempunyai taman hiburan sudah menjadi visi masa depan Disney.

Ia sudah melihatnya jauh sebelum taman rekreasi
terbesar tersebut rampung.
Sahid memang datang ke Jakarta dengan koper dan sepeda, tapi ia punya visi yang jelas.

Visi untuk hidup lebih
baik, siap bekerja keras dan mau belajar.

Sejak kecil ia punya visi seperti itu.
Karena itu ketika ia bekerja di percetakan, ia punya
visi belajar bagaimana membangun perusahaan percetakan,

ketika mempunyai percetakan ia punya visi bagaimana membangun agar lebih besar.

Ketika mendengar ada prospek bagus di perhotelan, ia belajar bagaimana masuk ke
binis hotel. Setelah punya satu hotel ia berpikir bagaimana bisa punya hotel lebih dari satu,

dan seterusnya.
Jadi kalau tidak punya modal uang,

kita harus punya impian harus punya visi,

karena dengan itu kita bisa mempunyai modal utama yang bisa membawa kita sukses.



Sebaliknya jika tidak punya visi maka modal kita akan habis.

Semua orang tahu tanah Indonesia adalah tanah yang kaya.

Tapi kenapa bangsanya tidak makmur?

Karena tidak ada visi yang jelas mau dibawa kemana bangsa ini.


Dikutip dari buku buku No Excuse! halaman 154
ditulis oleh Isa Alamsyah


Dialog antara anak bangsa pro no excuse! dan pro excuse!

Isa Alamsyah

Excuse (dalih/ pembenaran) adalah salah satu penyakit paling berbahaya untuk bangsa ini.

Sampai kapanpun kita tidak akan menjadi bangsa besar selama kita menemukan excuse untuk tidak menjadi bangsa besar.

Silakan simak dialog imajiner anak bangsa pro excuse dan pro no excuse:

No Excuse!: Percayakah kita bisa menjadi bangsa besar?

Pro excuse!: Susah kayaknya, bangsa kita sudah kebanyakan hutang.

No Excuse!: Buktinya Inggris dan negara Eropa yang hancur dan banyak hutang akibat perang dunia II sudah maju sekarang! Jadi hutang tidak bisa jadi excuse.

Pro excuse!: Tapi mereka (Bangsa Eropa) kan sudah punya basis ilmu dan intelektual. Banyak intelektual.

No Excuse!: Buktinya Malaysia yang dulu banyak belajar dari Indonesia, bangsa yang dulu basis intelektualnya kalah dengan Indonesia, sekarang lebih maju dari Indonesia. Jadi basis intelektual tidak bisa jadi excuse.

Pro excuse!: Ya tapi kan mereka (Malaysia) dijajahnya sama Inggris bukan sama Belanda jadi lebih maju dari Indonesia.

No Excuse!: Buktinya negara-negara Afrika yang dijajah Inggris sekarang banyak yang masih terbelakang, kalah dengan Indonesia. Jadi siapa yang menjajah tidak bisa jadi excuse untuk kalah bersaing.

Pro excuse!: Jangan samakan dengan Afrika dong, biarpun di jajah Inggris, mereka kan memang bangsa terbelakang.

No Excuse!: Tapi kenyataannya Afrika Selatan kini menjadi negara yang sangat maju, sekalipun sebagian besar pos penting dipegang bangsa Afrika sendiri.

Pro excuse!: Betul, betul, tapi tetap saja susah, karena bangsa Indonesia kan penduduknya banyak.

No Excuse!: Tapi Cina yang penduduknya 5x lipat bangsa Indonesia kok bisa lebih maju.

Pro excuse!: Betul, tapi kan mereka penduduknya dipaksa dalam regim komunis, tidak bebas.

No Excuse!: Tapi penduduk Amerika lebih banyak dari Indonesia dan bebas tetap lebih maju...

Pro excuse!: Ya, Amerika kan punya sejarah panjang

No Excuse: Amerika baru ditemukan abad 17, kita sudah ada sejak 6 masehi.

Pro excuse: ....

Sudah stop dulu...

Saya bisa bikin dialog ini tidak pernah selesai.

Tapi yang paling penting...

Jika kita ingin bangsa ini maju, kita harus temukan alasan untuk bisa maju.

Kalau yang kita cari dalih (excuse) untuk tetap begini-gini saja,

sangat mudah menemukan alasannya.

Mau membuat bangsa kita menjadi bangsa besar?Pasti Bisa!

No Excuse!

Indonesia VS Malaysia - Menguji kedewasaan bangsa

Indonesia VS Malaysia - Menguji kedewasaan bangsa

Menguji kedewasaan bangsa Indonesia

Isa Alamsyah

Masih ingat serangan Korea Utara ke Korea Selatan November 2010 lalu?

Bagaimana menurut Anda?

Mereka satu bangsa, berbahasa sama, di antara mereka bahkan satu keluarga,

kini terpisah dan bermusuhan, bahkan status hubungan antara mereka adalah status perang dalam keadaaan genjatan senjata.

Kenapa mereka bermusuhan?

Ternyata mereka hanya korban dari perang dingin.

Mereka korban perebutan antara pengaruh Amerika dan Komunis Uni Soviet (Rusia) di masa lalu.

Kini komunis Rusia sudah hancur dan mempunyai hubungan cukup baik dengan Amerika.

Tapi Korea Selatan dan Utara tetap bersitegang akibat sisa pertarungan masa lalu.

Tentu saja bagi Korea Selatan yang sudah moderat kembali bersatu adalah impian,

tapi dokrin di Korea Uatara nampaknya masih begitu melekat.

Korea Selatan seperti musuh bebuyutan, padahal dulu mereka satu bangsa dan satu keluarga.

Mereka korban politik di masa lalu.

Ada lagi korban politik di masa lalu.

Jerman barat dan Jerman Timur.

Negeri itu dipisah dengan tembok besar dan panjang.

Ribuan orang mati di Jerman Timur karena berusaha menyeberang ke Jerman Barat.

Bayangkan saja, orang yang dahulu tetangga berjarak 300 meter tiba tiba jadi warga negara yang berbeda

dan menjadi musuh negara karena dipisahkan tembok tersebut.

Ada nenek terpisah dari cucunya, ada sepupu yang terpisah dan berbagai peristiwa memiliukan lainnya yang semua terjadi karena mereka jadi korban kekuatan politik masa lalu.

Sebagai negara kalah perang Jerman dipecah jadi dua wilayah,

satu di timur di bawah kekuasaan komunis Sovyet dan satu di bawah pengaruh Amerika.

Mereka korban politik di masa lalu, untung sahja mereka sudah bersatu.

Tapi sadarkah, kita juga menjadi korban politik masa lalu.Lihat saja Indonesia dan Malaysia.

Jika diperhatikan bahasa, dan rumpunnya, sebenarnya kita satu keluarga besar.

Satu-satunya alasan kenapa Indonesia dan Malaysia beda negara adalah karena kita dijajah Belanda

dan Malaysia dijajah Inggris.

Di masa lalu terutama diperbatasan kalimantan, dan kepulauan riau,

banyak saudara dan kerabat yang tinggal bersebrangan.

Tetapi karena proses penjajahan ratusan tahun membuat kedua bangsa ini terpisah,

bahkan lupa akar sejarah bahwa mereka bersaudara.

Jadi kalau kita merasa Malaysia mencuri ide dan budaya Indonesia, tidak sepenuhnya benar demikian.

Karena ada akar budaya Indonesia juga di Malaysia, dan sebaliknya.

Kedua bangsa ini bisa sama-sama berhak mengklaim.

Bahkan bahasa Indonesia saja adalah akarnya bahasa Melayu atau Malay,

lalu apakah Malaysia lebih berhak mengklaim bahasa tersebut, tentu saja tidak.Kita sama-sama punya hak. Nah kalau kita punya hak atas bahasa Melayu,

dalam beberapa kasus Malaysia juga punya hak mengkalim budaya tertentu karena

ada juga generasi yang sama yang hidup di sana.

Saya yakin banyak yang tidak setuju, karena kita sudah terkotak dalam katagori musuh bebuyutan

Silakan baca catatan Des Alwi:

Perlu disadari bahwa banyak pihak berpandangan negatif terhadap Malaysia karena kurangnya informasi yang lengkap dan utuh. Berdasarkan sejarah, Indonesia-Malaysia dahulu satu kesatuan. Hanya saja, karena dijajah Inggris dan Belanda menjadi terpisah. Dalam masalah budaya tentu bisa saja muncul persamaan budaya dua negara.

Misalnya polemik tentang lagu nasional Malaysia Terang Bulan yang dikatakan sebagai lagu asli Indonesia. Lagu itu sudah ada sejak Sultan Negara Bagian Perak pergi ke Inggris pada 1912. Ketika itu saya dikirim Pemerintah RI ke Hawaii untuk mencari informasi terkait lagu tersebut. Lagu itu ternyata bukan lagu dari Indonesia atau Malaysia tetapi dari Hawaii.

Di tahun 1912, pemerintah Hindia Belanda mempersiapkan Perang Dunia I, sehingga situasi di Hindia Belanda kacau balau. Masyarakat Jawa yang dipekerjakan di perkebunan Sumatra pun melakukan pemogokan besar-besaran, akibat tidak tahan kekejaman pemerintah Belanda. Mereka ingin kembali ke Jawa

Saat itulah Sultan Johor, yang berdarah Jawa, meminta agar masyarakat Jawa tidak perlu kembali ke Jawa tetapi ke Semenanjung Melayu. Masuknya tenaga kerja asal Jawa ke Malaysia itu merupakan eksodus terbesar di Johor. Sebagai konsekuensi eksodus, berbagai macam budaya Jawa ikut terbawa. Bahkan di Jahor ada nama perkampungan Ponorogo.

Catatan singkat Des Alwi ini menunjukkan banyaknya permasalahan yang muncul karena kita tidak tahu sejarah secara lengkap.

Bahkan kalau kita kaji sejarah “Ganyang Malaysia” di masa lalu, itu juga tidak terlepas dari perseteruan politik di masa lalu, bukan murni perseteruan antar anak bangsa.

Kenapa Indonesia di masa Soekarno mendeklarasikan “Ganyang Malaysia”Karena saat itu Inggris ingin memberikan kemerdekaan pada Malaysia.

Saat itu Partai Komunis Malaysia merasa kalau Inggris memberikan kemerdekaan

maka Malaysia akan menjadi boneka Inggris.

Di satu sisi Partai Komunis Malaysia ingin tampil sebagai pahlawan pembebas Malaysia dari penjajahan.

Karena kebetulan Partai Komunis Indonesia punya lobi kuat ke pemerintahan Soekarno, maka jadilah program “Ganyang Malaysia” tersebut.

Jadi konfrontasi Indonesia Malaysia itu sama saja dengan apa yang terjadi di Korea Utara dan Selatan, Jerman Barat dan Timur, tidak lebih dari percikan pengaruh komunisme di dunia.

Intinya, tidak ada itu yang namanya musuh bebuyutan antara Indonesia dan Malaysia.

Mungkin ada yang masih protes:

Malaysia kejam terhadap TKI. Well yang jahat dengan TKI bukan cuma Malaysia (itupun oknum), di timur tengah juga ada (itupun oknum), bahkan yang paling jahat justru Bangsa Indonesia sendiri (itupun oknum).

Banyak yang mengirim TKI tanpa perlindungan, para makelar mengambil untung banyak padahal TKI dapatnya sedikit.akhirnya pihak pemakai jasa merasa sudah membayar mahal. TKI yang pulang bawa hasil kerja tahunan dibius penjahat dan uangnya diambil, dan banyak hal lain.

Kalau kita membenci Malaysia lebih dari yang lain, tidak lain karena kita korban politik masa lalu,

dan karena merasa mereka adalah musuh bebuyutan. Which is wrong.

Banyak yang lebih jahat terhadap Indonesia.

Ada bangsa yang mengeruk emas di Indonesia, bangsa yang mengeruk kekayaan alam Indonesia dengan perjanjian menekan dan membiarkan kita dalam kebodohan. Ada bangsa yang menjerat kita dalam hutang padahal mereka tahu solusi lain yang bisa menolong Indonesia dengan memberdayakan SDM dan kekayaan alam.

Saya tidak perlu sebutkan bangsa apa itu, mudah sekali mencari datanya.

Tapi sekali lagi, tidak mungkin bangsa kita bisa diperdaya tanpa ada anak bangsa yang berkhianat dengan korupsi, dengan nepotisma dan kemalasan.

Intinya apa? Tidak perlu bermusuhan dengan bangsa lain, perlu juga memperbaiki diri.

Kita harus sadar bahwa dunia ini begitu luas.

Di dunia ini ada yang namanya persaudaraaan universal antar manusia.

Ada ukuhuwah Islamiah, persaudaraan antar umat beragama.

Ada persaudaraan antar bangsa.Jadi jangan mau kita terpecah belah hanya karena masalah kecil,

hanya karena permusuhan yang sebenarnya tidak ada.

Kedewaaan kita di uji.

Tidak perlu ada perpecahan atau permusuhan.

Saat ini dunia trennya justru sedang menyatu

Eropa kini menyatu dengan Uni Eropa bahkan mata uangnya jadi satu.

Kini mata uang Uni Eropa juga menjadi mata uang di Eropa Timur.

ASEAN bahakan ke depan bisa menyatu mata uangnya menjadi mata uang ASEAN.

Jadi dunia sedang dirancang ke arah lebih baik, tapi banyak yang masih terpaku pada masa lalu.

Garuda di dadaku!

Kita harus cinta negeri ini.Kita harus bangkitkan negeri ini.

Tapi tidak perlu menciptakan musuh untuk bersatu.

Dunia yang damai tetap lebih baik

Hati yang damai tetap lebih tentram.

Isa Alamsyah (http://on.fb.me/IsaAlamsyah)

creator Komunitas Bisa! (http://on.fb.me/KomunitasBisa)