Apakah Anda berada Habitat yang Tepat?

Pernahkah Anda melihat Singa?
Sebagian besar mungkin pernah.
Di mana? Di kebun binatang?
Ya sebagian besar melihat singa di kebun binatang, betul?
Apakah Anda takut ketika melihat singa di kebun binatang? Tidak.
Kenapa? Karena Singa sudah dalam kerangkeng.
Kalaupun ada yang dilepas, singanya sudah jinak,
kita bisa menyentuh bisa berfoto ria.

Bagaimana jika Anda bertemu singa di habitatnya alam bebas?
Menakutkan bukan?
Seandainya saja kita melihat singa 50 m jaraknya dari kita di alam bebas,
jantung kita sudah terasa copot.
Lemas, karena hampir tidak mungkin bisa lepas dari mangsanya.

Apa yang membedakan singa di padang Afrika dengan singa
di kebun binatang di kebun binatang? Atau di sirkus?
Kenapa singa di sirkus jadi bahan hiburan, tetapi singa di padang rumput menakutkan?
Singa menakutkan di padang rumput, karena padang rumput adalah habitatnya.
Ketika singa berada di habitatnya mereka mempunyai segala kemampuannya dan menjadi mahluk menakutkan.

Ikan piranha sungguh menakutkan.
Tapi ketika ditaruh di dalam aquarium ikan ganas itu menjadi hiasan yang menarik.
Ikan hiu juga ganas, tetepi ketika ada di aquarium raksasa menjadi totonan.
Jika ikan hiu diletakkan di tengah lapangan, mungkin 1 jam pertama mungkin menggelepar dengan taring terbuka, menakutkan, tapi setelah itu lemas menuju ajal.
Semua mahluk ketika diluar habitatnya maka mereka menjadi lemah.

Bagaimana dengan kita?
Setiap kita juga mempunyai habitatnya (boleh di baca jati diri) masing-masing, apabila kita keluar dari habitat tersebut maka kita akan lemah.

Habitat atau jati diri kemuliaan manusia terletak pada akal dan hatinya, ketika manusia kehilangan ini maka ia kehilangan kemuliaannya.

Seorang pemimpin habitatnya adalah amanah dan kapabilitas. Kalau mereka kehilangan amanah dan tidak punya kapabilitas maka segala yang dipimpinnya akan menuju kehancuran.


Seorang muslim (mohon maaf bagi yang beragama lain jika tidak terlalu familiar dengan bagian ini), habitatnya adalah Al Quran dan hadits. Jika muslim ada dalam habitat ajaran Quran dan hadist maka mereka akan menjadi umat terhormat, punya harga diri, berperestasi dan menyejukkan bagi lingkungan dan masyarakat(rahmat bagi sekalian alam). Jika Muslim keluar dari habitat Quran dan hadits (sebagaimana sebagian besar muslim di dunia saat ini) maka mereka kehilangan harga diri, jadi cemoohan, tertawaan, dan direndahkan.

Fenomena musholah yang ditempatkan di lokasi yang tidak strategis dan sulit dijangkau di sebagian besar mall (padahal ruang merokok ada di tempat strategis dan terkesan mewah) atau fenomena aksi main hakim sendiri atau perusakan atas nama agama, adalah sedikit contoh yang terjadi akibat muslim sudah keluar dari habitat aslinya Quran dan hadits. Karena tidak berpegang dengan ajarannya, maka Muslim tidak punya kekuatan bargain dan menjadi silent majority, tetapi di sisi lain ada juga yang memaksakan kehendaknya jadi bertindak belebihan atau anarkis. Jadi tidak proporsional (tidak tawazun).

Orang sukses habitatnya adalah berkumpul dengan orang sukses, membaca buku-buku positif dan bergaul dengan orang yang berpikiran positif, ikut fan page positif, dan aktif di website yang memberi energi positif.

Pelajar dan ilmuwan, habitatnya di dunia buku, pustaka, dan diskusi.

Intinya, pada setiap individu, pada setiap profesi ada tempat atau atmosfer yang paling ideal untuk mencapai puncak.
Temukan atmosfer tersebut, cari habitat terbaik dan Anda akan sukses.
Insya Allah.

Penulis: Isa Alamsyah

11 comments

  1. Makasih postingnya... Pak.., klo bleh tnya bagaimana jika kita ingin mncari pengalaman baru yg blm kita temukan di habitat kita ( pgalaman positif ) ? bisakah kita sukses ?

    ReplyDelete
  2. Ibnu el aziez: Ketika kita masuk ke pengalaman baru maka yang terpenting adalah adaptasi. Kadang kita bahkan tidak sadar sedang berada di habitat yang salah, begitu masuk ke habitat baru sepertinya tidak biasa tapi lama kelamaan kita malah hebat di sana.
    Jadi adaptasi dulu.

    ReplyDelete
  3. waoooo sangat luar biasa ...
    di habitat yg tepat tentu kita bisa optimal

    ReplyDelete
  4. Benar pak Isa..saya pernah membaca,manusia itu produknya Allah.Manual booknya adalah Al Quran dan Hadist.Manusia sebagai produk Allah jika tidak menggunakan potensi akal dan kalbunya sesuai dgn manual booknya,maka lama2 akan rusak atau binasa.Pada dasarnya kalbu itu,akan hidup tenang ketika berada di perairan Qurani.Sayangnya..manusia banyak yang membiarkan kalbunya perlahan2 mati..menggelepar2 sekarat..justru hawa nafsu dibiarkan hidup buas tak terkendali..Miris sekali jika melihat nasib bangsa kita saat ini.Bagaimana keadaannya saat anak2 kita dewasa nanti yaa?Semoga bapak dan ibu Asma bisa memberi kontribusi pada kemajuan akhlak bangsa kita lewat tulisan2nya..Semangat terus ya,pak Isa..Juga buat Ibu Asma..

    ReplyDelete
  5. Benar pak Isa..saya pernah membaca,manusia itu produknya Allah.Manual booknya adalah Al Quran dan Hadist.Manusia sebagai produk Allah jika tidak menggunakan potensi akal dan kalbunya sesuai dgn manual booknya,maka lama2 akan rusak atau binasa.Pada dasarnya kalbu itu,akan hidup tenang ketika berada di perairan Qurani.Sayangnya..manusia banyak yang membiarkan kalbunya perlahan2 mati..menggelepar2 sekarat..justru hawa nafsu dibiarkan hidup buas tak terkendali..Miris sekali jika melihat nasib bangsa kita saat ini.Bagaimana keadaannya saat anak2 kita dewasa nanti yaa?Semoga bapak dan ibu Asma bisa memberi kontribusi pada kemajuan akhlak bangsa kita lewat tulisan2nya..Semangat terus ya,pak Isa..Juga buat Ibu Asma..

    ReplyDelete
  6. Hmm tulisan pak isa memang luar biasa..selama ini saya baru menyadari mungkin saya belum berda pada habitat yang benar..saat ini pula sy belum menemukan jawaban akan tujuan hdup n penciptaan saya..Pantesan saja sy selalu bingunng ketika di dipan cermin..ketika hati bertanya "Siapa Aku??"hehe.
    Tapi bener Ada ato tiada diri qta berada pada habitat yang benar,itu hanya sebuah proses saja..kerana inti dr semua tujuan manusia adalah bertemu dengan seseorang yang bernama Pak Bahagia..
    Mungkin klo merujuk ke tulisan pak isa,diatas..ketika Rasullullah SAW.mencoba keluar dari habitat lamnya..dengan nama berhijrah..dari makah ke madinah..itu bukan semata menjalankan perintah Allah SWT saja,.tp nabi yg memeliki naluri kemanusiaan jua yg sama dimiliki qta..insting manusia nya mungkin mengatakan bahwa beliau harus keluar dari habitatnya demi kelangsungan hidup dan dakwahnya..mencari dunia baru,lingkungan baru..dan manusia baru yang menerima kehadirannya..Maaf klo pusing baca komen q..maklum aq hnya seorang hamba Allah yang manusiawi.hehe

    ReplyDelete
  7. yupps bener sekali saat ini saya berada d pekerjaan baru dan masuk sebuah sistem yg notabene sgt b'lawanan dg idealisme saya (PNS.red). Maka saat ini saya sedang menemukan atmosfer dan habitat yang tepat, bukan berarti sy mencari posisi aman tp posisi yang baik sesuai dgn Al Quran dan As Sunnah "Berbaur tp jangan melebur".

    ReplyDelete
  8. Neneng Setiawati February 4 at 3:20pm Report
    Ya,memang.. manusia makhluk Alloh yang diberikan habitat alam dan segala isinya ini..., karena memang Alloh anugerahkan untuk manusia dan Alloh telah berikan akal pikiran serta nikmat keimanan dan islam sebagai tuntunan dalam mempertahankan kemuliaan yang telah diberikan...., tetapi apabila Al Quran dan Hadist tidak kita pelajari dan juga tidak diamalkan... Jauhlah kita dari jalan kemuliaan.... yang terpangpang hanya jalan yang sesat dan kehinaan. Berpegang tuguhlah terus pada tali Alloh.

    ReplyDelete
  9. Ya Pak, benar adanya. Manusia adalah mahluk sempurna sehingga cepat beradaptasi. Saya minta saran Bpk, bagaimana jika di habitat kita terjadi banyak penyimpangan dan kita termasuk yang memiliki kekuatan sedikit untuk merubahnya ( misal; karena masih yunior, sementara yang senior cuek aja), semakin lama semakin kita sulit beradaptasi karena artinya akan melebur dg nilai2 yang salah. Apa pindah habitat menjadi prioritas pilihan? thanks...

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon