Mental gratisan

Mental gratisan
Isa Alamsyah

Saya bertemu seorang ibu rumah tangga di Depok yang sedang membuka tabungan di sebuah bank.
Padahal beberapa hari lalu ia baru saja buka tabungan di bank yang sama hanya beda cabang.
Ternyata ia mendaftar lagi karena tabungan sebelumnya bertempat di cabang yang jauh dari rumah.
Lalu kenapa juga ibu itu membuka tabungan lama kalau tempatnya jauh?
Ternyata tabungan sebelumnya dibuka ketika bank tersebut membuka stan di sebuah mal di Jakarta.
Karena iming-iming mendapat minyak goreng gratis, ibu tersebut memutuskan untuk membuka rekening tabungan.
Yang tidak disadari ibu tersebut, ternyata bank yang membuka di stan tersebut adalah cabang yang berkedudukan di Kuningan Jakarta selatan atau 2 jam perjalanan dari Depok.
Ibu itu mulai kerepotan karena ternyata banyak urusan transaksi yang harus diurus langsung ke cabang pembuka.
Karena repot dan jauh akhirnya si ibu terpaksa membuka rekening lagi di Bank yang sama di dekat rumahnya.
Sedangkan di bank yang lama ada uang yang harus diendapkan sebesar Rp 50.000, kalau mau ditutup harus pergi ke Jakarta dan makan waktu dan ongkos yang lumayan banyak.
Hanya karena mengejar minyak gorang gratis, ibu tersebut sudah kehabisan uang dan waktu yang nilainya puluhan kali lebih mahal dari sebuah minyak goreng gratis.

Apa yang sebenarnya terjadi?
Ini terjadi karena "mental gratisan".
Mental gratisana adalah mental yang asal ada barang gratis diambil.

Satu hal yang perlu diingat dalam duania usaha.
"TIDAK ADA YANG NAMANYA GRATIS"
Selalu saja ada timbal balik yang diterima perusahaan sekalipun berembel-embel gratis.

Kartu kredit menawarkan gratis iuran tahunan pada tahun pertama.
Padahal bagi perusahaan penerbit kartu kredit, yang diincar adalah iuran tahunan pada tahun kedua, ketiga, dst, dan tersedotnya dana kita untuk berbelanja melalui kartu tersebut.

Di mall ada sales yang menjajakan souvenir gratis.
Begitu kita ambil, kita diminta untuk mengisi formulir tanda terima dan ujung-ujungnya dipromosikan produk. Sebenarnya barang gratis tersebut hanya untuk memancing kita untuk ditawarkan produk mereka.
kalau kita tidak beli, souvenir dianggap sebagai pengganti waktu kita.
Dan jika kita terjebak, maka kita bisa jadi terbuai untuk membeli barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan.

Lalu bagaimana bersikap?
Jangan cepat terbuai dengan iming-iming gratis.
Kalaupun gratis pastikan kita memang membutuhkannya.
Kalau gratis tapi tidak butuh, ngapain juga diambil?
Perhatikan konsekwensinya.
Kalau gratis tapi harus melakukan ini dan itu, sama saja bukan gratis.

Pernahkah Anda mengalaminya?
Awalnya merasa dapat gratis, tapi ternyata membayar lebih banyak?

9 comments

  1. Saya pernah dua kali mengalami kejadian serupa
    yang barusan adalah sebuah restoran fast food menawarkan voucher gratis, sebenarnya saya suka fast food dan tidak keberatan dengan harga, tapi kalo nuruti yang gratis, saya kehilangan hak saya untuk memilih menu yang saya inginkan plus saya dipaksa mengunjungi restoran tersebut lebih sering dan belanja lebih banyak daripada yang saya butuhkan

    yang pertama terjadi delapan tahun yang lalu tetapi akihatnya masih ditanggung sampai mungkin 40 tahun lagi bila usia saya masi cukup
    jadi di tahun 2003 saya tergoda kuliah gratis di stan, padahal kuatnya saya tu di matematika dan saya membenci segala pelajaran hapalan, tapi sekarang saya harus berkecimpung di dunia yang tidak saya minati
    untungnya di instansi ini saya menemukan teman sehobi dan itu bukan cuma satu ato dua, tetapi banyak sekali

    ReplyDelete
  2. wah mantap menyindir banget hehe...

    ReplyDelete
  3. betul-betul, itulah yang namanya sensational offer yang berhasil membuat kita seperti bodoh setengah mati kalo ga terima tawarannya, tapi kalo disertai kualitas yang memuaskan sih agak mendingan ... ga terlalau mengecewakan ... :)

    ReplyDelete
  4. trus solusinya gimana maz...??

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah sy sll b'hati2 bila mlht embel2 gratis,yg g sy butuhkan 'no way'
    Gda gratisan yg bnr2 gratis

    ReplyDelete
  6. benar pak, dimanapun namanya usaha gak ada yang mau rugi ^^

    ReplyDelete
  7. sip pak....ilmunya bermanfaat...

    ReplyDelete
  8. Benar pak, seminggu ini juga mengalami ditawari pembuatan kartu kredit dengan iming2 gratis iuran tahun pertama. Alhamdulillah tidak tergiur, pastinya gratis akan ada buntut yang tidak gratis.
    makasih atas infonya pak.

    ReplyDelete
  9. Blm lama ini sy mengalami hal ini. Sewkt jln2 di sebuah mall di kawasan Mangga Dua tepat di dpn Carrefour ada Stan Bank NISP yg jika kt buka rekening saat itu jg dikasih souvenir Lock n' Lock. Akhirnya sy tertarik dan lsg buka rekening saat itu jg sebesar 5oo rb. Tnyata pd saat isi formulir ada syaratnya yaitu uang kt di blokir selama 1 thn (tdk bisa diutak atik). Setelah 1 thn sy iseng cek ke ATM dah tnyata uang saya sudah berkurang 120 rb. ketika sy tanyakan ke CS nya tnyata itu by adm yaitu 10 rb/bln. Walah berarti sy sama aja beli produknya Lock n' Lock ya hehe... tp sy jadikan hal itu sbg pengalaman dan lbh berhati2... Trm ksh sdh diingatkan kembali... :)

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon