Parentivasi: Jangan cuma lihat, maunya beli1
Isa Alamsyah
Seluruh pengunjung toko dikagetkan dengan tangisan seorang anak perempuan usia 7 tahunan yang suaranya benar benar menguasai seisi toko.
Untuk menggambarkan kerasnya suara tangisan anak tersebut, bisa digambarkan, kalau saya bicara dengan orang di depan, harus berteriak karena kalau bicara biasa, akan tertutup oleh suara sang anak.
Kencang sekali, sampai seluruh pengunjung toko yang cukup besar bisa mendengar suara tangisannya.
Awalnya sederhana.
Anak tersebut masuk bersama ibu, ayah dan neneknya lihat-lihat tas di toko mainan.
Ibunya bilang cuma lihat-lihat, tapi sang anak tegas mengatakan
"Gak mau lihat-lihat, maunya beli!"
karena ibunya tak setuju beli, sang anak nangis, teriak sekuat-kuatnya .
Apa yang sebenarnya dilakukan anak?
Yang dilakukan anak adalah tangisan bargain (posisi tawar) atau lebih tepatnya tangisan pressure (memberi tekanan)
Anak tersebut mengira semakin kuat tangisan semakin orang tua akan malu.
Atau setidaknya orang tua akan terganggu dan ingin buru-buru meredakan suaranya tangisan dengan membelikan mainan tersebut.
Itu bukan jenis tangisan sakit, misalnya jatuh atau terluka dan bukan tangisan kehilangan.
Apa yang harus dilakukan orang tua?
Ketika anak melakukan tangisan pressure maka orang tua sedapat mungkin dengan bijak tidak memenuhinya. Karena itu bisa jadi bom waktu di masa depan.
Ketika anak melakukan tangisan pressure maka orang tua sedapat mungkin dengan bijak tidak memenuhinya. Karena itu bisa jadi bom waktu di masa depan.
Bisa dengan kalimat, apa adanya:
"Mainan itu mahal, kita gak punya duit..."
"Begini nak, kamu menangis sekeras apapun kita tetap tidak bisa beli mainan tersebut karena kita tidak punya anggaran untuk itu!"
Bisa juga dengan kalimat yang mengacu pada kebijakan orang tua,
"Sebenarnya kita mau pertimbangkan, tapi karena kamu memaksa dengan menangis, kita tunda dulu. Ayah bunda hanya mau membelikan sesuatu karena itu penting, atau kamu suka dan kita setuju, tapi bukan kerana kita dipaksa dengan tangisan!"
Atau dengan kaliamat apa saja yang cocok untuk Anda.
Tapi ada satu hal yang perlu diingat,
kebiasaan anak di atas bukan muncul ketika ia umur 6 tahun.
Ada kemungkinan bibit-bibit ini tumbuh ketika usia 2 tahunan atau ketika anak mulai mengerti komunikasi.
Ada kemungkinan bibit-bibit ini tumbuh ketika usia 2 tahunan atau ketika anak mulai mengerti komunikasi.
Jadi harus dibentuk sejak dini.
Ada juga hal lain yang perlu diperhatikan.
Pada beberapa anak, terlalu lama menangis bisa menyebabkan mereka jatuh sakit entah radang tenggorokan, gangguan pernafasan, dll.
Jadi harus diatasi dengan cepat atau dihindari pemicu tangisannya.
Kalau saja kita memenuhi tangisan presure, bisa jadi ini akan jadi bargain yang terus menerus digunakan anak.
Kecil mungkin dengan menangis.
Kecil mungkin dengan menangis.
Agak besar jadi pakai pressure ngambek.
Kalau tambah besar dengan metode minggat, nginep, dll.
So perhatikan perkembangan anak, sejak dini.
But never too late to be better. No Excuse!
0 Comments
Post a Comment