MENANTI RODA BERPUTAR

MENANTI RODA BERPUTAR

Isa Alamsyah

Pasti kejadian seperti ini pernah kamu dengar:Ada orang jahat menyakiti orang baik, lalu orang baik tidak melawan sekalipun jadi korban.Dalam hati ia berkata"Biarkan roda berputar, suatu saat dia akan di bawah kita di atas!"

Ada orang miskin bekerja tapi tetap miskin, dan tidak kaya-kaya.

Lalu ia melihat orang kaya dan bermimpi ingin kaya.

Dalam hati ia berkata"Biarkan roda berputar, suatu saat kita akan di atas"

Anda percaya itu?Buat Anda yang percaya bahwa roda akan berputar saya terpaksa mengingatkan bahwa itu salah satu OMONG KOSONG yang paling berbahaya.

Faktanya: Roda TIDAK selalu berputar. Ada kalanya roda DIAM.

Banyak sekali orang miskin yang mati miskin.

Orang bodoh tetap bodoh sampai mati.

Orang jadi korban dan jadi korban seumur hidupnya.

Umat direndahkan dan tetap direndahkan.

Sebaliknya ada orang yang lahir kaya dan sampai mati tetap kaya.

Kenapa? Karena roda TIDAK BERPUTAR.Kenapa tidak berputar?Karena tidak digerakkan. Roda yang di-rem tidak bisa bergerak.

jadi KITA yang harus menggerakan RODA nasib.

Jangan menunggu nasib berputar sendiri mengangkat kita ke atas, padahal kita tidak melakukan apa-apa.

Ingat kan Indonesia dijajah ratusan tahu?Berarti ada generasi yang dari lahir sampai mati tidak tahu rasanya merdeka.

Rodanya di bawah terus.

Ayo luruskan?Yang benar bukan roda berputar tapi roda bisa berputar dan bisa diam, dan kita yang memutuskannya akan menggerakkannya atau tetap diam di bawah.

Nah, pasti percaya roda berputar?

Ketika usia divonis kematian sudah dekat, apa yang Anda lakukan?

Ketika usia divonis kematian sudah dekat, apa yang Anda lakukan?

Isa Alamsyah


Dokter secara terus terang mengatakan padanya bahwa usianya hanya tersisa 3 bulan atau paling lama 6 bulan.

Kali ini dokter begitu yakin kanker pankreas yang dideritanya tidak akan bisa disembuhkan setelah kemo terapi dan berbagai cara yang ada sudah dilakukan.

Dosen yang baru tahun sebelumnya baru tahu ia menderita kanker pankreas tersebut sadar kematiannya sudah dekat.


Ada banyak pilihan yang bisa dilakukannya 63 atau 6 bulan menjelang kematiannya.

Ia bisa menghabiskan waktu sebanyak banyaknya bersama istri dan anak-anaknya yang masih kecil.

Ia juga bisa pergi ke tempat yang diimpikannya sebelum kematiannya.

Ia juga bisa memilih untuk membuka usaha untuk menjamin masa depan anak-anaknya.


Tapi tahukah apa yang dipilihnya?

Ia memilih untuk menulis buku.

Ya, sesuatu yang belum pernah dilakukannya.

Dosen ini mengajak satu penulis untuk menulis buku bersamanya.


Kenapa ia menulis buku?
Karena ia sadar, buku akan menjadi warisan berharga untuk anak-anaknya.

Ia sdar karena buku bisa menjadi pegangan abadi buat anak-anaknya.

Ia sadar, bahwa buku bisa menjadi inpirasi dunia.


Ia tahu keluarganya sebenarnya membutuhkannya lebih dari kapanpun, karena waktunya tinggal sedikit.

Tapi ia tetap sibuk menghabiskan waktu di tiga bulan terakhir menyelesaikan buku pertama dan terakhirnya.


Apakah keputusannya benar?
Akhirnya waktu yang membuktikan.


Bukunya membuat ia abadi.

Ya, ini adalah kisah nyata Randy Pausch penulis buku "The Last Lecturer".


Sebagian isi bukunya menjadi bahan ceramah terakhirnya di Universitas.

Universitas tempatnya bekerja mempunyai tradisi memberi kesempatan pada dosen (profesor) yang karena suatu hal tahu bahwa mereka menjelang ajal untuk memberikan ceramah terakhir.

Rekaman dari ceramahnya yang diupload di youtube diakses belasan juta orang.


Dari bukunya ia dibayar US $6.7 juta (Rp 60 miliar-an) dari penerbit.

Buku tersebut dicetak perdana 400.000 kopi dan dicetak ulang hingga terjual sebanyak 4,5 juta kopi di Amerika saja.

Bukunya sudah diterjemahkan dalam 46 bahasa.

Selama 85 minggu bertahan di daftar New York Best Seller.


Keputusannya membuat buku justru menghidupkannya lebih lama.

Buku membuat semangatnya menjadi warisan abadi bagi anak-anaknya dan dunia.


Seandainya ia hanya memilih bersama anak-anaknya menghabiskan 6 bulan yang tersisa.

Mungkin ia hanya jadi kenangan indah bagi keluarga.


Tapi buku membuatnya inspirasi keluarga dan dunia.


Belajar dari Randy Pausch, kenapa kita mulai menulis dan menyiapkan buku karya kita.

Satu buku sebelum Mati, Bisa! No Excuse!


Penghargaan untuk Randy Pausch setelah "The Last Lecturer"

  • The Pittsburgh City Council declared November 19, 2007 to be "Dr. Randy Pausch Day".[46]
  • In May 2008, Pausch was listed by Time as one of the World's Top-100 Most Influential People.[1]
  • Randy was named Pittsburgher of the Year 2008.[47]
  • On May 30, 2008, Randy received a letter from then President George W. Bush thanking him for his commitment to the Nation's youth.[48]
  • On February 4, 2009, The Walt Disney Company dedicated a tribute plaque at Walt Disney World near the "Mad Tea Party" attraction with a quote by Randy that reads "Be good at something; It makes you valuable ... Have something to bring to the table, because that will make you more welcome."[49]
  • The Walt Disney Company also created the Disney Memorial Pausch Fellowship at Carnegie Mellon University, which will support two graduate students.[50]
  • Per Jared Cohon's announcement on the day of the Last Lecture, a raised pedestrian bridge at CMU that connects the Gates Computer Science building and the Purnell Center for the Arts is named after Pausch, symbolizing the way he linked the two disciplines.[22]
Tipe daya tahan menghadapi tekanan
Tipe daya tahan menghadapi tekanan
Isa Alamsyah

Ada macam-macam tipe orang ketika menghadapi tekanan.

Ada tipe kepompong, baru sekali ditekan langsung kempes. Bahkan cukup ditekan dengan jari, sudah kempes.
Biasanya anak manja, anak orang modern yang selalu menghindari masalah sangat rentan menjadi tipe ini.

Ada tipe kapas atau kapuk, tipe ini fleksibel terhadap tekanan.
Ketika ditekan mereka kempes setelah beberapa lama kembali lagi ke bentuk awal.
Orang seperti ini bisa tertekan tapi mampu kembali ke asal.

Ada tipe kaleng, kalau ditekan berbekas. Walaupun tidak rusak atau kehilangan apa-apa. Tipe kaleng bisa kembali ke bentuk asal jika ditekan lagi dari arah berlawanan. Ditempa lagi.
Ini tipe orang yang tertekan, dan tidak bisa memperbaiki diri kecuali disokong orang lain.

Yang cukup bahaya tipe balon. Ditekan fleksible, tapi kalau tekanannya terlalu keras akan hancur dan tidak bisa kembali ke asal.
Ini tipe anak yang mengurung diri ketika tertekan, menahan dendam tapi kalau lepas kontrol bisa frustasi.

Ada tipe besi.
Jika ditekan mereka kuat tidak berbekas, tapi kalau penekannya semakin kuat dan berbahan keras juga lama kelamaan akan tertekan juga.
Hebatnya mental besi ini sekalipun dibakar di ubah ia tetap menjadi besi dan kembali ke asal.

Ada juga tipe diamond.
Makin di pukul dan di tempa makin berkilau. Tapi kalau di tumbuk ya hancur juga.

Ada juga tipe bola pimpong, semakin keras dilempar semakin kuat meresponnya. Sekalipun jatuh meluncur ke bawah tapi ia bangkit melambung ke atas.

Bagaimana dengan Anda?

Kalau saya pilih tipe air.
Air selalu bergerak menuju tujuan (daerah yang lebih rendah)
Kalau ditekan ia fleksible, tidak hancur tapi menyebar. Benda yang menekan justru diselubungi air.
Kalau di tepak, air muncrat menyebar justru memperkuat pengaruhnya.
Bahkan dibakar sekalipun air menguap tetap menjadi air dan akan turun lagi sebagai air dan konsisten dengan sifatnya.

Mungkin itu kenapa 80% lebih tubuh manusia terdiri dari air.
Kemana tujuan kita?

Seorang pemuda menghentikan taksi di pinggir jalan dan segera naik ke kursi belakang.
Setelah pintu ditutup, sang supir bertanya, "Mau ke mana Pak?"
"Saya tidak tahu?" jawab pemuda itu tenang.
"Lalu saya harus bagaimana?" tanya sang supir.
"Terserah Bapak, yang penting saya bayar, jawab sang pemuda.


Apa selanjutnya yang terjadi?
Supir hanya berputar-putar saja,

terus berputar putar sampai akhirnya supir kelelahan dan tidak
tahu arah. Setelah berjam-jam berputar, akhirnya supir kembali ke tempat
pemuda naik, dan diam lama sekali. Argo tetap berjalan.
Lalu pemuda tersebut keluar dan membayar seluruh biaya ratusan ribu rupiah untuk
berada ditempat asalnya?
Pemuda itu menghabiskan waktu dan biaya tanpa pindah ke mana-mana.

Siapakah pemuda itu?
Pemuda itu adalah gambaran kita yang tidak punya tujuan hidup? Tidak punya cita-cita tinggi.
Jika kita tidak punya tujuan hidup, dan melakukan perjalanan hidup,

maka besar kemungkinan kita kembali ke situ-situ saja.

Banyak orang yang merasa sudah punya tujuan hidup.
Tapi sebenarnya ada di situ-situ saja.
Sejak kecil kita sekolah.

Setiap tahun berusaha naik kelas tujuannya supaya bisa melanjutkan sekolah.

Lalu belajar lagi, supaya naik kelas dan bisa melanjutkan sekolah.

Lalu melanjutkan kuliah begitu seterusnya.
Ketika ditanya untuk apa sekolah, maka jawabannya "supaya dapat kerja"

Sesedarhana itukah?
Lalu ditanya apa tujuan kerja.
Jawabannya "supaya bisa makan". Sesederhana itukah?
Lalu punya anak, anak disekolahkan, tujuannya supaya bisa kerja, nanti bisa makan.

Dan begitu seterusnya.
Kelihatannya mereka menjalani hidup, tapi tidak ada nilai tambahnya. Itu-itu saja?

Hidup untuk sekedar bisa makan agar tetap hidup.

Mencari uang untuk membiayai anak menyiapkan anak biar bisa cari makan agar tetap hidup.
Jika hidup hanya untuk bisa makan atau bertahan hidup (surviving), dan semua hal yang dilakukan dalam
hidup sekedar agar bisa makan atau bertahan hidup,

lalu di mana istimewanya kita sebagai manusia.


Semoga kita tidak termasuk manusia yang hidup sekedar untuk hidup.
Semoga kita tidak termasuk manusia yang hidup hanya berputar-putar begitu-begitu saja,

karena tidak ada tujuan yang jelas mau di bawa kemana hidup kita.
Semoga kita tidak termasuk orang yang mengisi hidupnya dengan kesia-siaan?

Karena itu mulai set up goal kita yang lebih besar.

Buat cita-cita yang lebih tinggi.

Rencanakan masa depan lebih matang untuk diri sendiri dan untuk keluarga, untuk masyarakat, untuk bangsa dan untuk dunia.


Rasulullah bersabda

"Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.”

(HR. Thabrani dan Daruquthni)


Quran Surat Al-Anbiyaa', ayat 107:
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."

No Excuse! for Strong Family

Think Dinar for financial power

Anda Sakinah Spirit for family Happiness


Bagaimana?
Kita pasti bisa!


Ditulis oleh Isa Alamsyah

Bumerang kata-kata

isa Alamsyah

Setelah melihat hasil karya mahasiswa yang tidak memuaskan, seorang dosen yang terkenal killer
dengan muka garang berkata pada mahasiswanya di ruang kelas.
"Siapapun yang merasa idiot di ruang kelas ini berdiri!" ucapnya.
Suasana kelas mencekam, semua mahasiswa diam duduk tertunduk.
Sang dosen mondar mandir melihat wajah mahasiswanya satu-persatu.
Setelah sekian lama suasana hening, satu mahasiswa nekat menunjuk tangan dan bertanya.
"Pak, apakah bapak merasa idiot?" tanyanya
"Tentu saja tidak, saya ini dosen dan titel saya doktor!" jawab sang dosen.
"Lalu, kenapa hanya bapak sendiri yang berdiri di ruang kelas ini?"
Grrr...

Humor dan hikmah
Kita sering mendengar pepatah "senjata makan tuan" atau
seringkali bumerang menjadi perumpamaan contohnya.

Kita lempar senjata tersebut, jika tidak terampil maka kita justru menjadi korbannya.

Sadarkah, seringkali kita jadi korban kata-kata atau perilaku sendiri?
Kadang orang tua bisa termakan omongannya sendiri.
"Gimana sih kamu, kerjanya main aja. Isi waktu dengan yang bermanfaat, jangan buang waktu"
kata seorang ibu pada anaknya.
"Tapi ibu juga sering ngabisin waktuuntuk gosip dan nonton sinetron" jawab anaknya.
Nah lho.

"Kalian harus tepat waktu masuk ke kantor." kata seorang bos yang sering
terlambat.
Walaupun tidak ada yang protes, tapi wibawa sang bos sudah merosot.

"Kamu jangan pacaran, konsentrasi belajar aja!"
"Dulu Bapak Ibu pacaran nggak?"
"Iya, tapi kan kita sekarang sadar itu tidak baik"
"Kalu gitu aku juga nanti insyaf kok, kalau seumuran Bapak/Ibu!"
Hmm, ini yang error siapa ya?

"Belum bisa cari duit, jangan merokok!" kata Bapak.
"Kalo sudah bisa cari duit sendiri boleh ngerokok dong, ya!" jawab anak

"Dasar anak kurang ajar!"
Kata orang tua
"Berarti yang tidak bisa mengajar siapa?" jawab anak


Banyak contoh lainnya.
Kadang ada respon langsung yang kita terima, tapi dalam banyak kasus, apalagi kalau posisi kita superior,

bawahan tidak berani mengkritik.

Jadi yang paling tepat adalah, kita evaluasi diri atas perkataan

dan perilaku kita agar tidak menjadi bumerang di masa kini atau di masa depan.

Melewati satu garis

Isa Alamsyah

Tahukah Anda bahwa di dunia
ini ada satu garis yang jika kita bisa melewatinya, maka segalanya akan
berubah, segalanya akan berbalik?
Segala yang dahulu sulit, ketika
kita melewati garis intu berbalik menjadi mudah?
Segala yang dulu
harus membayar mahal malah justru dibayar mahal.
Apakah garis itu?
Maukah
Anda melewatinya?

Anda bisa menyebutnya garis kesuksesan, garis
popularitas atau garis eksistensi.
Siapapun yang berhasil melewati
garis ini, maka segalanya akan berbalik.

Zidane, ketika kecil
sangat suka main sepak bola. Tapi ia tidak punya sepatu bola.
Keluarganya adalah keluarga imigran yang termasuk kelompok bukan
keluarga berada, sehingga sulit untuk membeli sepatu bola. Suatu saat
ayahnya memaksakan diri membeli sepatu bola dan memberi Zidane spirit
tambahan untuk sukses. Akhirnya Zidane menjadi pemain sukses dunia.
Ketika
Zidane masuk ke garis kesuksesan apa yang terjadi? Ia menjadi kaya
raya, dan bisa membeli sepatu merk apapun. Tapi anehnya justru ketika
kaya raya, ia dibayar untuk memakai sepatu terbaik. Lucu bukan? Ketika
ia tidak mampu membeli, tidak ada yang mau memberinya sepatu, ketika ia
mampu dan kaya raya justru orang berebut memberinya sepatu dan berani
membayarnya jika ia memakai sepatu tersebut.
Itu karena Zidane sudah
melewati garis kesuksesan, garis popularitas dan eksistensi.

Pengusaha
juga begitu.
Ketika kita mulai usaha, sulitnya bukan main. Pinjam
uang 10 juta di bank saja prosedurnya bermacam-macam. Tapi kalau sudah
sukses, justru bank yang datang. Bahkan bisa memberi pinjaman miliaran
tanpa bertele tele.
Kenapa? Karena kita sudah melewati garis
kesuksesan dan eksistensi.
Makanya seringkali pinjam uang 10 miliar
di bank prosedurnya lebih mudah daripada pinjam uang 10 juta.

Penulis
juga begitu. Ketika memulai kita mengirimkan naskah ke mana-mana. Susah
benar cari penerbit. Tapi begitu eksis, maka berbondong-bondong
penerbit menawarkan diri. Bahkan ada yang berani bayar royalti di muka.

Cara
kerja dunia ini memang aneh.
Yang miskin susah beli sepatu, yang
kaya raya malah dibayar pakai sepatu.
Yang miskin susah pinjam duit
yang berlebihan uang malah dapat banyak tawaran uang.
Sebenarnya ada
logika dari keanehan tersebut tapi saya tidak mau membahas lebih detail
tentang itu.

Pertanyaannya sederhana?
Apakah Anda ingin
dibelakang garis kesuksesan, atau ingin sukses.
Apakah ingin eksis
atau tidak?
Jika ingin mendapat segala kemudahan tersebut kita harus
berjuang untuk mendapatkannya.
Kita harus berjalan atau berlari
menuju garis tersebut.
Banyak orang yang hidupnya hanya menyususri
garis tersebut tanpa pernah melampauinya.
Pilihan ada di tangan kita!

Visi, impian tinggi atau cita-cita besar, dan keyakinan adalah modal utama.

Banyak yang mengeluh tidak punya modal, padahal selain uang ada modal yang lebih berharga, yaitu visi.

Dengan visi yang tepat kita bisa menghasilkan uang dengan apapaun yang kita miliki, sekalipun tanpa modal.

Sebaliknya, tanpa visi, modal bisa habis.


"To accomplish great things, we must not only act, but also dream."
Untuk pencapaian besar, aksi saja tidak cukup, tapi juga butuh impian.
Anatole France

"Nothing happens unless first a dream."
Tidak ada yang terjadi kecuali diawali impian.
Carl Sandburg

"Every great dream begins with a dreamer."
Setiap impian hebat bermula dari pemimpi.
Harriet Tubman

“Capital isn't scarce; vision is.”
Modal tidaklah sulit didapat, tapi visi itu sulit didapat.
Sam Walton, Pendiri Wal Mart

“Vision is perhaps our greatest strength.”
Mungkin visi adalah kekuatan terbesar.
Li Ka-Shing, Orang Terkaya Asia 2007

Salah satu modal terbesar dimiliki setiap orang tapi banyak dilupakan adalah
ide dan visi atau impian.
Visi dan impian adalah modal dasar untuk sukses.
Siapapun yang mempunyai visi yang kuat, impian yang besar,
sekalipun tidak punya uang, punya daya tahan tinggi untuk bertahan
menghadapi tantangan dan masalah, selalu punya energi untuk bekerja
keras dan memperbaiki diri untuk kesuksesan.
Ketika Disney Land pertama di dunia terbangun megah, Disney sudah wafat, seorang wartawan
bertanya, apakah keluarga menyayangkan karena Disney tidak sempat menyaksikannya.
Maka keluarganya menjawab,
"Tidak, Disney sudah melihat ini sejak lama."
Mempunyai taman hiburan sudah menjadi visi masa depan Disney.

Ia sudah melihatnya jauh sebelum taman rekreasi
terbesar tersebut rampung.
Sahid memang datang ke Jakarta dengan koper dan sepeda, tapi ia punya visi yang jelas.

Visi untuk hidup lebih
baik, siap bekerja keras dan mau belajar.

Sejak kecil ia punya visi seperti itu.
Karena itu ketika ia bekerja di percetakan, ia punya
visi belajar bagaimana membangun perusahaan percetakan,

ketika mempunyai percetakan ia punya visi bagaimana membangun agar lebih besar.

Ketika mendengar ada prospek bagus di perhotelan, ia belajar bagaimana masuk ke
binis hotel. Setelah punya satu hotel ia berpikir bagaimana bisa punya hotel lebih dari satu,

dan seterusnya.
Jadi kalau tidak punya modal uang,

kita harus punya impian harus punya visi,

karena dengan itu kita bisa mempunyai modal utama yang bisa membawa kita sukses.



Sebaliknya jika tidak punya visi maka modal kita akan habis.

Semua orang tahu tanah Indonesia adalah tanah yang kaya.

Tapi kenapa bangsanya tidak makmur?

Karena tidak ada visi yang jelas mau dibawa kemana bangsa ini.


Dikutip dari buku buku No Excuse! halaman 154
ditulis oleh Isa Alamsyah


Parenting ala ayah Donald Trump

Parenting ala ayah Donald Trump
Isa Alamsyah

Donald Trump adalah salah pebisnis real estate yang ternama di dunia.
Ayahnya Fred C. Trump juga adalah pebisnis real Estate yang terkenal di New York.
Lalu apakah Donald Trump sukses karena bakat ayahnya?
Tidak, Fred Trump bekerja keras untuk membentuk Donald Trump menjadi seperti sekarang.
Caranya?
Simak catatan dari Donald Trump:
"Sewaktu saya masih sekolah, ayah saya, Fred Trump, mengirimi saya kutipan kata-kata penuh inspirasi tiap
minggu. Banyak di antaranya bertutur tentang kepemimpinan, bagaimana menjadi juara dalam kehidupan. Saya banyak belajar dari itu dan saya masih merujuk kutipan-kutipan itu.
Saya beruntung mempunyai mentor hidup saya seperti ayah saya."

Terlihat bukan, bukan darah yang mengalir tapi pendidikan dan kaderisasi.

Seringkali dengan mudah
kita menyerah ketika dikalahkan oleh orang yang kita anggap berbakat.
Tentu saja saya kalah lomba penulis, pesaing saya bapak ibunya penulis!
Tentu saja saya kalah kompetisi biologi, lawan saya ibunya guru biologi!
Tentu saja saya kalah dalam presentasi bisnis, pesaing saya ayahnya pebisnis
juga!

Yang perlu diingat pemenang berhasil karena ada kerja keras.
Kalaupun
kebetulan ayahnya atau ibunya membantu itu tetap hasil kerja keras.
Ya kita cari jalan lain, ada buku, ada guru, ada mentor cari cara untuk
jadi pemenang.
Jangan terlalu mudah menyerah.
Pilih jadi pemenang atau menemukan excuse untuk merasa nyaman jadi pecundang!

NB:
Buku No Excuse bisa didapatkan di Gramedia, Togamas, Gunung Agung dan online.

Tipe orang menghadapi tekanan atau bantingan
Setiap orang pasti akan menemui tantangan, bantingan atau cobaan dalam hidupnya.
Ada macam-macam tipe orang ketika menghadapi tekanan.

Ada tipe kepompong, baru sekali ditekan langsung kempes. Bahkan cukup ditekan dengan jari, sudah kempes.
Biasanya anak manja, anak orang modern yang selalu menghindari masalah sangat rentan menjadi tipe ini.

Ada tipe kaca. Kalau sedikit ditekan tidak pengaruh apa apa, digorespun susah. Tapi begitu tekanannya melebihi ambang batas, langsung hancur berkeping-keping.
Ini mungkin tipe orang yang menahan diri ketika ditekan, menyimpan amarah sendiri, dan ketika tidak kuat, malah merusak diri sendiri.

Tipe balon agak mirip tipe kaca, juga berbahaya. Ditekan fleksible, dibanting tidak masalah. Tapi kalau tekanannya terlalu keras akan hancur dan tidak bisa kembali ke asal.
Ini tipe anak yang mengurung diri ketika tertekan, menahan dendam tapi kalau lepas kontrol bisa frustasi.

Ada tipe kapas atau kapuk, tipe ini fleksibel terhadap tekanan.
Ketika ditekan mereka kempes setelah beberapa lama kembali lagi ke bentuk awal.
Orang seperti ini bisa tertekan tapi mampu kembali ke asal.

Ada tipe kaleng, kalau ditekan berbekas, dibanting penyok. Walaupun ada perubahan bentuk, tapi tidak rusak atau kehilangan apa-apa. Tipe kaleng bisa kembali ke bentuk asal jika ditekan lagi dari arah berlawanan. Ditempa lagi.
Ini tipe orang yang tertekan, dan tidak bisa memperbaiki diri kecuali disokong orang lain.


Ada tipe besi.
Jika ditekan mereka kuat tidak berbekas, tapi kalau penekannya semakin kuat dan berbahan keras juga lama kelamaan akan tertekan juga.
Hebatnya mental besi ini sekalipun dibakar di ubah ia tetap menjadi besi dan kembali ke asal.

Ada juga tipe diamond.
Makin dipukul dan ditempa makin berkilau. Tapi kalau di tumbuk ya hancur juga.
Mungkin ini seperti bintang, selebrity atau atlet terkenal.
Mereka begitu cepat berkilau, cepat menanjak.
Tapi ketika ada tantangan berat langsung hancur.
Tiger Wood begitu bersinar, bertahan lama, dan pekerja keras.
Tetapi begitu isu perselingkuhannya diangkat, bless langsung hancur karirnya.

Ada juga tipe bola pimpong, kalau ditekan wajar bisa kembali ke bentuk asal. Bahkan kalau dibanting, semakin keras dilempar ke semakin kuat meresponnya. Sekalipun jatuh meluncur ke bawah tapi ia bangkit melambung ke atas.
Ini juga tipe bagus, kita bisa bangkit sekalipun jatuh terperosok.

Ada tipe udara. Udara sulit ditangkap sulit di tekan. Tetapi jika ditangkap dalam wadah tertutup semakin kuat dia ditekan semakin kuat juga memberi tekanan ke segala arah, udara dapat menyebar kesemua sendi, udara juga mampu terus masuk menyesuaikan dengan bentuk wadahnya yang berubah hanya tekanannya (irreversible or reversible). Tapi kalau tekanannya sangat kuat bisa berubah wujud (mencair)
Mungkin tipe ini cocok untuk untouchable people. Jarang tertekan, selalu aman. Tapi .

Ada juga tipe air.
Air selalu bergerak menuju tujuan (daerah yang lebih rendah), konsisten pada tujuan.
Jika masukkan ke wadah (terkungkung dalam teko, gelas dsb) ia fleksible, tetapi tetap tahu visi dasarnya, begitu lepas dari wadah kembali lagi menuju ke tempat yang lebih rendah.
Kalau ditekan ia fleksible, tidak hancur tapi menyebar. Benda yang menekan justru diselubungi air.
Kalau ditepak, air muncrat menyebar justru memperkuat pengaruhnya.
Bahkan dibakar sekalipun air menguap tetap menjadi air dan akan turun lagi sebagai air dan konsisten dengan sifatnya.

Mungkin itu kenapa 80% lebih tubuh manusia terdiri dari air.

Kalau saya pilih tipe air?
Bagaimana dengan Anda?
Atau ada tipe lainnya silahkan?
Seni Memberi (The Art of Giving)
Beramal juga ada ilmunya ada seninya.
Beramal baik sering kali diperumpamakan oleh Allah sebagai perdagangan.
Perdagangan berarti ada untung, ada rugi ada juga impas.
Beramal sama seperti modal, modal banyak belum tentu untung banyak, kadang modal banyak malah rugi banyak.
Beramal banyak belum tentu pahalanya lebih banyak dari yang beramal kecil.

Di bawah ini adalah tips agar amal Anda efisien, berganda dan lebih bermanfaat di dunia dan akhirat.

Tip 1
Lebih baik memberi sedikit bantuan pada orang banyak, daripada memberi banyak bantuan pada sedikit orang.
Kenapa?
Amal akan dinilai kalau kita iklash dan tidak berharap balas budi kecuali balasan dari Allah.
Dalam Islam kalau ada yang memberi pertolongan kita katakan "Jazakumullah" semoga Allah yang membalas, jadi memang konsepnya ketika kita menolong kita harus iklas tidak mengharap hutang budi. Kalau berharap hutang budi tidak iklas, maka tidak ada nilainya di akhirat, mungkin di dunia ada.
Misalnya kita punya uang 1 juta, dan mau berman. Kita beri ke teman yang kesulitan. Suatu saat kita kesulitan kita minta bantuan dia, dia gak bantu mungkin kita akan bilang, dulu kan gue bantu elo! Itu tidak iklas, berarti kita mengingat ingat, ngebangkit. Berarti nilai amalnya hilang.
Coba uang satu jutanya kita pecah jadi Rp 50.000 misalnya kita kasih ke satpam dekat rumah, tukang rumput, marbot mesjid, dll. MAka kita akan lupa ngasih siapa aja. Kalau mau hitung-hitungan juga malu, uangnya tidak seberapa. Sekalipun suatu saat kita terjebak hitung-hitungan dengan salah satunya, masih ada belasan amal lain yang bernilai. Hasilnya kita lebih iklas.

Tip 2
Beramal dengan memilih lembaga atau orang yang memberi manfaat kepada lebih banyak orang.

Jika Anda ingin menyumbang 1 juta,
Jika kita memberi donasi 1 juta ke yayasan panti asuhan, lembaga pendidikan, atau yayasan seni merawat pohon bonsai misalnya.
Kira kira di sisi Allah lebih mulia mana?
Mungkin secara nominal sama mulianya, karena sama-sama 1 juta pengorbanannya.
Tapi coba pakai kalkulasi bisnis.
Kemana satu juta tersebut lebih banyak memberi kebahagiaan?
Nah yang lebih banyak manfaat dan membahagiakan, akan punya nilai lebih.

Tip 3
Memilih amal yang meningkatkan produktifitas.
Anda mau bermal Rp 100.000
Anda bisa memberi uang 100.000 ke pengemis untuk makan.
Anda bisa memberi 100.000 ke adik yang mau pakai hura-hura
atau ke pelajar yang rajin untuk beli buku dan peralatan sekolah
atau ke pengusaha miskin yang bisa memutar uang 100.000 tersebut menjadi 120.000 dalam satu hari, lalu 20000 keuntungannya di makan, dan Rp 100,000 sisanya untuk miodal lagi dst.
Pilihan ke siapa akan diberikan, akan berpengaruh terhadap nilai amal Anda.

Tip 4
Memberi ketika dibutuhkan (Timing)
Parcaya atau tidak, memberi uang Rp 100.000 kepada orang yang lagi bengong dengan meminjamkan uang Rp 100.000 kepada orang yang butuh jelas lebih mulia yang kedua (sekalipun bentuknya pinjaman).
Kenapa? Karena kedua nilai pertolongannya lebih tinggi, nilai kepuasannya juga tinggi bagi yang menerima
Jadi timing memberi juga memberikan nilai tambah.

Tip 5
Memberi sesuai kebutuhan
Kita punya uang 1 juta untuk disumbangkan ke 20 anak yatim.
Lalu dengan serta merta kita beli baju, buku, dll. Kita sumbangkan.
Tidak salah! tapi belum tentu efisien.
Kalau saja kita beri masing2 Rp 50.000 mungkin ada yang beli buku, mungkin ada yang beli baju, mungkin ada yang menabung.
Tapi yang pasti mereka menggunakan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka.

Ini hanya sedikit coretan untuk membuat kita lebih efisien dan efektif dalam beramal. Pertimbangan amal ini sepenuhnya bisnis akhirat.
Mungkin kalau pertimbangan kita matang dalam bisnis kita juga matang.

Wallahu 'alam
Mungkin ada ide lain?

Satu Nasehat Dua Tafsiran
Seorang pengusaha muda yang sukses dan kaya raya terpaksa harus menghadapi ajalnya karena kanker kulit yang parah akibat sensitifitas tidak normal terhadap sinar matahari.
Sebelum meninggal, kepada dua anaknya yang masih belia ia berpesan :
"Ayah akan mewarisi seluruh kekayaan dan usaha ini pada kalian berdua. Ayah hanya memberi dua pesan utama agar kalian sukses dan kaya raya seperti ayah tapi bisa menikmatinya lebih lama. Pertama jangan biarkan sinar matahari menyinari kulitmu secara langsung terlalu lama, karena mungkin gen kanker kulit ini menurun pada kalian. Kedua, dalam bisnis, jangan pernah menagih hutang pada pelanggan."
Setelah memberi pesan tersebut sang ayah meninggal, tanpa sempat memberi penjelasan yang lebih banyak. Kedua anak tersebut berjanji akan memenuhi permintaan ayah mereka.
Kedua anak tersebut dibesarkan oleh ibunya. Setelah cukup umur, sang ibu memberi keduanya usaha yang diwariksan ayah mereka.
Sepuluh tahun kemudian, salah satu anak menjadi anak yang sangat kaya raya, sedangkan satu lagi menjadi sangat miskin.
Sang ibu akhirnya bertanya, kenapa salah satu menjadi miskin sedangkan yang satu menjadi kaya. Padahal keduanya memegang teguh nasehat ayah mereka.
Anak yang miskin berkata pada ibunya.
"Ibu, bagaimana saya tidak miskin. Ayah berpesan agar selalu menghindari matahari. Jadi setiap pagi aku harus pergi pakai kendaraan, sewa mobil, naik taksi, sekalipun sebenarnya jaraknya dekat dan bisa jalan kaki. Tentu saja hidup saya menjadi boros. Lalu ayah berpesan jangan menagih hutang kepada klien. Tentu saja bisnis saya tidak berjalan baik. Setiap kali ada yang menunggak saya tidak bisa menagih sehingga lama kelamaan modal saya habis. Saya jadi bangrut dan miskin!"
Lalu sang ibu menengok ke wajah anak yang kaya raya, menunggu jawaban.
Kepada sang ibu anak yang kaya berkata;
"Wahai ibu, saya menjadi kaya raya seperti ini karena mengikuti nasehat akhir ayah. Karena ayah meminta saya menghindar dari matahari, maka saya selalu pergi ke kantor sebelum matahari terbit. Kalau dekat saya bisa jalan kaki tanpa perlu takut sinar matahari karena belum terbit. Karena saya selalu datang pagi pegawai jadi ikut disiplin tidak berani terlambat. Sedangkan ketika pulang, saya selalu menunggu matahari terbenam, jadi jam kerja saya selalu di atas rata-rata orang lain. Lalu ayah berpesan jangan menagih hutang pada klien. Karena itu saya menerapkan sistem cash and carry, sehingga arus kas perusahaan saya sangat maju."
Demikianlah akhirnya sang ibu tahu bagaimana nasehat yang sama bisa menghasilkan penafsiran yang berbeda dan hasilnya jauh berlawanan.

Apa pelajarannya?
Kadang konsep dan penerapan berbeda jauh.
Sering kita lihat orang yang memegang kitab suci yang sama tapi berbeda jauh kualitas hidupnya, padahal keduanya sama-sama merasa berpegang teguh pada kitab tersebut.
Sering kita lihat pegawai yang bekerja dengan peraturan perusahaan yang sama tapi sikapnya saling berseberangan.
Kadang -kadang masalah utama bukan di peraturannya tapi bagaimana kita menerjemahkannya.

Bagaimana menurut Anda?
Practice make perfect
Isa Alamsyah

Salah satu kekurangan sebagian besar orang Indonesia adalah cepat puas, menganggap remeh dan malas berlatih kalau sudah merasa bisa atau merasa hebat. Itu terjadi salah satunya karena standar hebat dan puas yang rendah, padahal belum ada apa-apanya jika di banding standar internasional.
Saya ingat ketika naik gunung semasa SMA, pendaki amatiran merasa jago kalau bisa naik gunung dengan alat seadanya atau bekal sekedarnya. Padahal pendaki profesional justru menyiapkan segalanya dengan baik. Saya ingat benar di puncak gunung saya ngiler ngelihat bule dengan lahapnya makan perbekalan mereka sedangkan kita gak punya makanan tersisa. Wah, padahal nikmat sekali.
Juga ketika anak-anak naik sepeda dengan helm, banyak yang merasa aneh. padahal
angka kecelakaan bersepeda sangat tinggi.
Dan banyak contoh lainnya.

Sedikit kutipan dari buku No Excuse! ini menggambarkan betapa latihan sekalipun kita sudah ahli di bidangnya akan membuat kita menjadi lebih spesial.

Aristotle Onassis dikenal sebagai pebisnis yang pandai bernegosiasi dan memasarkan dagangannya.
Begitu hebatnya ia bernegosiasi, sampai ada yang mengatakan bahwa pria ini bahkan bisa menjual kulkas atau AC di kutub yang begitu dingin.
Apakah hanya bakat yang membuatnya sukses?
Tidak, ia sering berlatih berbicara sendiri di depan cermin jika menghadapi negosiasi penting sehingga ia bisa tampil meyakinkan di mata lawan negosiasinya.

Presiden Obama dikenal dengan isi pidatonya yang cerdas, dan pemilihan katanya yang tepat.
Apakah itu murni karena bakat?
Sekalipun ia memang mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, pidatonya bukan sekedar hasil bakat semata.
Ada kerja keras dibalik pidato-pidato yang mengesankan tersebut.
Biasanya Jon Favreau, Direktur Penulis Pidato Gedung Putih, melakukan diskusi dengan Obama tentang apa yang ingin disampaikan.
Lalu rancangan pertama selesai, dikirim ke Obama.
Obama akan memotong atau menambahi atau memberi ide lain dan dikirim balik ke Favreau.
Proses revisi ini diulang hingga empat atau lima kali sampai semua puas.
Jadi ada kerja keras dibalik pidato hebat.

Karena itu jika Anda ingin spesial, harus tetap berlatih dan meningkatkan standar.
ANTARA SKILL (KEMAMPUAN) DAN WILL (KEMAUAN)
Menurut Anda mana yang akan membawa kita pada kesuksesan, kemampuan/keahlian atau kemauan?
Keahlian membuat kita tahu apa yang terbaik untuk dilakukan, tapi tanpa kemauan untuk memberikan yang terbaik, kita tidak curahkan seluruh kemampuan kita.
Sebaliknya kalau ada kemauan, sekalipun belum ada kemampuan maka kita akan mencari jalan, betapapun sulitnya sampai kita akhirnya bisa menjadi ahli.
Jadi jangan takut jika tidak punya kemampuan, selama masih punya kemauan untuk menjadi lebih baik, untuk belajar dan untuk meraih cita-cita kita, hingga bisa menjadi ahli di bidang apapun.

“Champions aren’t made in gyms. Champions are made from something they have deep inside them a desire, a dream, a vision. They have to have the skill and the will. But the will must be stronger than the skill.”
Pemenang tidak dibentuk di gym. Pemenang terbentuk dari dalam diri, dari impian, dari hasrat, dan visi. Mereka harus punya kemampuan dan kemauan. Tapi kemauan lebih kuat daripada kemampuan
Muhammad Ali

“So many of our dreams at first seems impossible, then they seem improbable, and then, when we summon the will, they soon become inevitable.”
Banyak sekali impian yang awalnya tidak mungkin bisa, lalu menjadi mungkin saja bisa, lalau ketika kita punya kemauan, maka menjadi pasti bisa.
- Christopher Reeve (Pemeran Superman I-IV)


Isa Alamsyah
Belajar Kehidupan dari Naik Tangga
Pernahkah Anda naik tangga?
Pasti pernah ya.
Kira kira orang yang overweight naik tangga dan orang yang tubuhnya proporsional, naik tangga mana yang lebih berat?
Bagaimana kalau orang tersebut sakit keras, bisakah naik tangga?
Kalau Anda menggendong satu orang sambil naik tangga bisa? Bagaimana kalau dua? Bagaimana kalau tiga orang? Sulit bukan.
Pernahkan terpikir, kita banyak bisa belajar kehidupan dari cara kita naik tangga?

Anggap tangga adalah jalan kita menuju puncak.
Jika kita mau naik ke puncak tapi kita mempunyai banyak beban dalam diri kita, seperti; kita tidak yakin bisa, kita ragu-ragu, kita malas kerja keras, kita tidak punya modal, maka kita overweight dengan excuses, pasti kita akan sulit naik ke puncak kesuksesan.
Berapa banyak excuse yang Anda miliki? Semakin banyak excuses maka semakin banyak beban yang kita pikul, semakin sulit menuju sukses.

Untuk naik tangga Anda harus sehat.
Untuk sampai ke puncak Anda juga harus sehat fisik, psikis, dan pikiran.
Anda harus positif terhadap diri sendiri, positif terhadap keadaan, positif terhadap Tuhan.

Lalu apakah Anda bisa menggendong banyak orang sambil naik tangga?
Tentu sulit, dan berbahaya.
Untuk sukses Anda tidak boleh dibebani orang lain atau menjadikan orang lain sebagai beban.
Jangan mengerjakan sendirian segala hal.
Buat setiap karyawan, anggota keluarga, bawahan, atau teman-teman jadi mandiri sehingga bisa naik tangga sendiri. Berikan pendidikan, lakukan pembagian kerja.
Kalau semua tergantung Anda nanti semuanya jatuh.

Itu sekilas tentang pelajaran hidup dari tangga,
Dan masih banyak hal lain yang bisa kita renungkan.
Kurangi excuse dalam hidup Anda! No Excuse! Salam sukses.

Penulis: Isa Alamsyah
Apakah Anda berada Habitat yang Tepat?
Pernahkah Anda melihat Singa?
Sebagian besar mungkin pernah.
Di mana? Di kebun binatang?
Ya sebagian besar melihat singa di kebun binatang, betul?
Apakah Anda takut ketika melihat singa di kebun binatang? Tidak.
Kenapa? Karena Singa sudah dalam kerangkeng.
Kalaupun ada yang dilepas, singanya sudah jinak,
kita bisa menyentuh bisa berfoto ria.

Bagaimana jika Anda bertemu singa di habitatnya alam bebas?
Menakutkan bukan?
Seandainya saja kita melihat singa 50 m jaraknya dari kita di alam bebas,
jantung kita sudah terasa copot.
Lemas, karena hampir tidak mungkin bisa lepas dari mangsanya.

Apa yang membedakan singa di padang Afrika dengan singa
di kebun binatang di kebun binatang? Atau di sirkus?
Kenapa singa di sirkus jadi bahan hiburan, tetapi singa di padang rumput menakutkan?
Singa menakutkan di padang rumput, karena padang rumput adalah habitatnya.
Ketika singa berada di habitatnya mereka mempunyai segala kemampuannya dan menjadi mahluk menakutkan.

Ikan piranha sungguh menakutkan.
Tapi ketika ditaruh di dalam aquarium ikan ganas itu menjadi hiasan yang menarik.
Ikan hiu juga ganas, tetepi ketika ada di aquarium raksasa menjadi totonan.
Jika ikan hiu diletakkan di tengah lapangan, mungkin 1 jam pertama mungkin menggelepar dengan taring terbuka, menakutkan, tapi setelah itu lemas menuju ajal.
Semua mahluk ketika diluar habitatnya maka mereka menjadi lemah.

Bagaimana dengan kita?
Setiap kita juga mempunyai habitatnya (boleh di baca jati diri) masing-masing, apabila kita keluar dari habitat tersebut maka kita akan lemah.

Habitat atau jati diri kemuliaan manusia terletak pada akal dan hatinya, ketika manusia kehilangan ini maka ia kehilangan kemuliaannya.

Seorang pemimpin habitatnya adalah amanah dan kapabilitas. Kalau mereka kehilangan amanah dan tidak punya kapabilitas maka segala yang dipimpinnya akan menuju kehancuran.


Seorang muslim (mohon maaf bagi yang beragama lain jika tidak terlalu familiar dengan bagian ini), habitatnya adalah Al Quran dan hadits. Jika muslim ada dalam habitat ajaran Quran dan hadist maka mereka akan menjadi umat terhormat, punya harga diri, berperestasi dan menyejukkan bagi lingkungan dan masyarakat(rahmat bagi sekalian alam). Jika Muslim keluar dari habitat Quran dan hadits (sebagaimana sebagian besar muslim di dunia saat ini) maka mereka kehilangan harga diri, jadi cemoohan, tertawaan, dan direndahkan.

Fenomena musholah yang ditempatkan di lokasi yang tidak strategis dan sulit dijangkau di sebagian besar mall (padahal ruang merokok ada di tempat strategis dan terkesan mewah) atau fenomena aksi main hakim sendiri atau perusakan atas nama agama, adalah sedikit contoh yang terjadi akibat muslim sudah keluar dari habitat aslinya Quran dan hadits. Karena tidak berpegang dengan ajarannya, maka Muslim tidak punya kekuatan bargain dan menjadi silent majority, tetapi di sisi lain ada juga yang memaksakan kehendaknya jadi bertindak belebihan atau anarkis. Jadi tidak proporsional (tidak tawazun).

Orang sukses habitatnya adalah berkumpul dengan orang sukses, membaca buku-buku positif dan bergaul dengan orang yang berpikiran positif, ikut fan page positif, dan aktif di website yang memberi energi positif.

Pelajar dan ilmuwan, habitatnya di dunia buku, pustaka, dan diskusi.

Intinya, pada setiap individu, pada setiap profesi ada tempat atau atmosfer yang paling ideal untuk mencapai puncak.
Temukan atmosfer tersebut, cari habitat terbaik dan Anda akan sukses.
Insya Allah.

Penulis: Isa Alamsyah
Tamu yang tak tahu diri
Isa Alamsyah

Ada seorang tamu yang datang ke sebuah rumah.
Ia diberi izin untuk menginap di rumah tersebut.
Ketika jadwal makan sang tamu meminta makanan apa yang ingin dimasaknya.
Sang tamu bahkan menghabiskan makanan sebelum pemilik rumah dan anak-anaknya makan.
Sang tamu bahkan memutuskan di mana ia tidur dan menentukan sang pemilik rumah tidur di mana.
Ia membuat peraturan apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan sang pemilik rumah.
Seandainya mempunyai tamu seperti itu apa yang Anda lakukan?
Saya akan mengusirnya!
Saya akan menendangnya keluar!
Saya akan panggil polisi untuk menyeretnya keluar!
Mungkin itu jawaban Anda.
Betul?

Tapi sadarkan bahwa kita mungkin adalah tamu tersebut.
Kita hidup di dunia meminjam fasilitas Allah Sang Pencipta.
Ia meminjamkan kita bumi dan langit, jiwa dan raga.
Dia juga memberi tahu kita apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh, agar kita selamat.
Tapi kita sebagai tamu membuat aturan sendiri.
Memutuskan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Untung saja Sang Pencipta Maha sabar sehingga kita diberi waktu untuk mengubah diri.
Kita tidak serta merta diusir dari dunia.
Mumpung ada kesempatan, kenapa kita tidak berubah.